Salam Tabligh!
Assalamu’alaikum wr. wb,
Pembaca yang budiman!
Hal pertama yang harus dilakukan seseorang untuk diakui menjadi muslim adalah mempersaksikan bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasululullah. Persaksian ini dikenal sebagai dua kalimah syahadah:
“Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah”
Inilah fondasi pertama yang harus dibangun seorang muslim, yang kemudian diikuti empat fondasi lainnya: menegakkan shalat, membayar zakat, puasa ramadhan, dan berhaji ke tanah suci.
Tentu ada alasan yang sangat kuat mengapa syahadat dijadikan fondasi yang pertama-tama harus dipasang dalam mendirikan bangunan Islam pada diri seseorang. Syahadat merupakan komitmen dan resolusi diri untuk melaksanakan kehidupan di dunia berdasarkan petunjuk Allah. Dengan adanya komitmen tersebut, langkah-langkah selanjutnya secara bertahap dapat dijalani.
Pernyataan bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, sesungguhnya merupakan pernyataan pembebasan diri dari segala hal kecuali hanya yang berasal dari Allah saja. Inilah pernyataan untuk tunduk dan patuh hanya kepada Allah dan Rasul-Nya dengan tulus ikhlas. Pernyataan yang diawali dengan menolak segala macam bentuk pengaruh dari manapun asalnya, kecuali yang berasal dari Allah SWT. Apapun dan siapapun tidak boleh memberikan pengaruh kepadanya kecuali bersesuaian dan sejalan dengan ketentuan Allah.
Sudah seharusnyalah kita membebaskan diri dari semua pengaruh selain Allah, karena Dialah pencipta, pemilik, pengatur, dan penguasa alam semesta di mana kita tinggal beserta semua isinya. Dialah pemilik sesungguhnya. Semua yang kita miliki hanyalah titipan Allah untuk waktu tertentu di dunia sebagai amanat untuk digunakan sebagai sarana dalam pengabdian kepada-Nya. Kita semua milik Allah dan kepada-Nya semua akan kembali
Dahulu kita tidak ada, kemudian ada dan lahir di bumi, kemudian kehidupan kita di bumi akan berakhir dan selanjutnya kita akan melewati kehidupan yang abadi di alam akhirat. Kita ada karena diciptakan oleh Allah.
Allah adalah Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Dia Pencipta segala sesuatu pencipta langit dan bumi, dan bila berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka cukup mengatakan: “jadilah”, maka jadilah ia. Dia menciptakan bumi sebagai hamparan tempat kita tinggal dan langit sebagai atap. Dia pencipta apa-apa yang ada antara langit dan bumi.
Dia adalah Pencipta yang paling baik. Dia yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya, dan memulai penciptaan manusia dari tanah, menetapkan ajal dan memberinya pasangan dari jenisnya sehingga mampu berkembang biak.
Selanjutnya Allah menciptakan manusia dari saripati tanah, kemudian dijadikan-Nya saripati itu air mani yang tersimpan kokoh, kemudian air mani itu dijadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu dijadikan-Nya segumpal daging, segumpal daging dijadikan-Nya tulang belulang, dan tulang belulang itu dibungkus-Nya dengan daging, maka dijadikan-Nya makhluk yang (berbentuk) lain.
Penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa dilakukan melalui proses perkawinan, yakni pembuahan terhadap sel telur yang Allah berikan kepada wanita oleh sel sperma yang terdapat pada air mani laki-laki. Allah mensyariatkan pembuahan boleh dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap wanita yang terikat dalam ikatan pernikahan. Tanpa ikatan pernikahan, hubungan seksual laki-laki dan perempuan merupakan perbuatan zina yang termasuk dosa besar.
Dialah yang memiliki kuasa terbesar. Tak ada sekutu dan sesuatu yang menandingi-Nya. Segala titah-Nya pasti terwujud. Di dalam diri-Nya melekat semua sifat-sifat kebaikan. Dia menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya). Ciptaan Allah amatlah rumit dan kompleks sehingga tidak ada makhluk yang dapat melakukannya. Allah membuat perumpamaan dengan menciptakan nyamuk atau makhluk yang lebih rendah dari itu.
Hingga saat ini dan sampai akhir zaman nanti tidak ada yang dapat menciptakan nyamuk selain Allah. Yang bisa dilakukan manusia hanyalah melakukan modifikasi atas bahan-bahan baku yang kesemuanya telah diciptakan Allah. Terhadap nyamuk, manusia memang bisa melakukan rekayasa genetika sehingga terjadi mutasi genetik dan menghasilkan perubahan genetik dan bentuk nyamuk, tetapi tetaplah menjadi seekor nyamuk. Manusia tidak bisa menciptakan seekor nyamuk tanpa bahan-bahan dasar yang telah Allah ciptakan sebelumnya.
Keberhasilan teknologi cloning yang telah mampu mengembangbiakkan domba tanpa proses perkawinan bukanlah keberhasilan menciptakan domba, tetapi hanya keberhasilan melakukan rekayasa atas proses perkembangbiakan dengan melakukan rekayasa genetika terhadan DNA yang diambil dari kelenjar susu domba induk. Tanpa bahan dasar DNA dari domba induk yang telah Allah sediakan di alam, manusia tidak akan bisa membuat domba. “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah”
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan di dalam tubuh manusia terdapat struktur tubuh dan fungsi-fungsi yang amat rumit. Penelitian tentangnya hingga kini masih jauh dari selesai dan tidak akan pernah selesai. Masih sangat banyak rahasia yang terdapat di dalamnya. Di antara yang sudah diketahui, terbukti betapa rumit dan kompleknya sehingga orang yang paling ahli tentang tubuh manusia, masih menyadari bahwa yang tidak diketahui masih amat banyak.
Tubuh manusia terdiri dari banyak sekali sel, dalam setiap kilogram berat badan terdapat sekitar satu trilyun sel (bayangkan, 1 trilyun = 1.000 milyar; dan 1 milar = 1.000 juta). Seseorang dengan berat badan 60 kilogram memiliki kurang lebih 60 trilyun sel. Pada setiap sel ter-dapat inti yang di dalamnya mengandung deoxyribonecleic acid atau DNA, yaitu zat yang disebut sebagai gen. Di dalam gen terdapat kode gen yang tersusun lebih dari 3 milyar huruf kimia, semuanya tersimpan dalam untai-untai berukuran sangat kecil yang memiliki berat hanya seper 200 milyar gram dan lebar hanya seper 500 ribu milimeter.
Untuk memudahkan membayangkan betapa kecil dan ringannya DNA kita, bila seluruh populasi penduduk dunia yang berjumlah 6 milyar orang DNA nya dikumpulkan hanya akan menjadi seberat satu butir beras. Gen adalah cetak biru kehidupan kita dan elemen kunci yang memungkinkan diteruskannya kehidupan dari generasi ke generasi berikutnya, dan sel adalah unit dasar dari seluruh makhluk hidup.1 Mempelajari ciptaan Allah berupa tubuh manusia saja tidak ada habisnya. Sudah sangat banyak buku-buku dan penelitian tentangnya. Meskipun demikian, masih banyak lagi yang belum berhasil diketahui.
Andaikata seluruh air laut dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah, niscaya akan habis air laut sebelum habis ditulis ilmu Allah, dan bila didatangkan tambahan sebanyak itu (akan habis juga sebelum selesai ditulis ilmu Allah). Bahkan bila ditambahkan tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya tidak habis juga ditulis ilmu Allah. Kita semua mengerti bahwa volume air laut sangat banyak dan jumlahnya tak terhingga. Berapapun kita mengambilnya tidak pernah berkurang juga. Air laut yang menguap akan kembali menjadi air tawar melalui hujan.
Diturunkannya dari awan air yang banyak tercurah, supaya ditumbuhkan-Nya dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan dan kebun-kebun yang lebat. Hujan mengairi bumi dan menghidupkannya setelah kematiannya. Tanaman tumbuh subur, hewan dan manusia bisa hidup. Sisanya sebagian disimpan oleh bumi menjadi persediaan air tawar yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan, dan sebagian lainnya dialirkan kembali ke laut melalui sungai-sungai yang sangat indah. Peritiwa tersebut semakin membuktikan bahwa jumlah volume air laut tak terhingga.
Andaikata air laut yang jumlah volumenya tak terhingga tersebut semuanya dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah, niscaya akan kering sebelum ilmu-Nya selesai ditulis. Bahkan dengan penambahan hingga tujuh kali tak berhingga, masih juga tidak cukup menuliskan ilmu-Nya.
Bandingkan dengan ilmu manusia! Andaikata ilmu manusia dibukukan semuanya dan air sungai Mahakam dijadikan tinta untuk menuliskannya, belum kering sungai Mahakam tentu ilmu manusia telah habis ditulis. Ini menunjukkan bahwa seberapapun luasnya ilmu manusia, tetap saja ada batasnya, meskipun kita tidak ada yang tahu di mana letak batasnya.
Penjelasan Allah tersebut untuk meyakinkan kita bahwa sesungguhnya ilmu Allah sangat tidak terbatas. Tidak bisa diukur dan diperbandingkan dengan ilmu jenis makhluk apapun. Laut tidak bisa untuk mengukur ilmu Allah, demikian pula langit, bumi, bulan, bintang-bintang, dan makhluk apapun tetap tidak bisa.
Seharusnya kita semakin yakin bahwa Allahlah pencipta yang sesungguhnya. Manusia hanya bisa merangkai dan memodifikasi bahan-bahan yang telah diciptakan Allah. Alat-alat sederhana berupa pisau, parang, linggis, senjata, dan lain-lain dibuat manusia hanya dengan memodifikasi besi yang telah Allah ciptakan dan sediakan di alam. Rumah dibangun dengan merangkai dan memodifikasi batu, tanah, kayu, besi, alumunium, kain, dan lain-lain. Manusia membuat mobil dari besi, kayu, alumunium, karet, dan lain-lain. Manusia tidak bisa membuat besi, kayu, batu, alumunium, dan lain-lain tanpa bahan dasar. Semua bahan dasar telah tersedia, dan semuanya yang menciptakan Allah.
Pengetahuan terhadap ciptaan-ciptaan Allah yang berhasil kita ketahui seharusnya menjadi bukti dan penguat atas keyakinan kita kepada Allah. Di dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, merupakan bukti-bukti bagi orang-orang yang berakal. Pengertian sebaliknya, hanya orang-orang yang tidak berakal saja yang tidak menjadikan pengetahuan-nya atas alam semesta ini sebagai sesuatu yang mengantarkannya meyakini bahwa Allahlah sang Maha Pencipta yang harus kita taati.
Sebagai Sang Maha Pencipta, Allah adalah penguasa sesungguhnya bagi seluruh alam dan mampu melakukan apa saja. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam, mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan yang mati dari yang hidup, dan memberi rezeki kepada yang dikehendaki-Nya tanpa hitungan.
Kita manusia semuanya berada dalam genggaman-Nya, tidak ada yang bisa lari dari kuasa-Nya, karena memang tidak tersedia ruangan dan tempat sesempit dan sekecil apapun yang berada di luar kuasa-Nya. Atas takdir Allah kita di-ciptakan sebagai makhluk paling sempurna. Akan tetapi akan menjadi makhluk paling hina kecuali tetap beriman kepada Allah dan beramal shaleh.
Allah telah membekali manusia dengan sifat-sifat kefasikan dan ketakwaan. Semua potensi menjadi buruk atau baik telah diinstall pada diri setiap manusia, diantaranya tersimpan dalam gen-gen yang jumlahnya lebih dari satu trilyun per kilogram berat badan. Di dalamnya tersimpan gen positif dan negatif yang dilengkapi dengan tombol nyala padam. Lingkungan yang buruk memicu menyalanya gen-gen negatif dan lingkungan baik memicu menyalanya gen-gen positif.
Manusia punya kuasa memilih: mau menyalakan atau memadamkan yang positif atau negatif, tentu dengan segala konsekuensi yang harus ditanggungnya. Barang siapa berbuat baik sekecil apapun akan melihat akibatnya, dan barang siapa berbuat buruk sekecil apapun juga akan melihat akibatnya. Setiap kita berbuat baik, gen positif menyala. Sebaliknya, setiap kita berbuat buruk, gen negatif menyala.
Perbuatan baik adalah perbuatan mengikuti ilham takwa, yakni melakukan amalan yang diperintahkan atau diijinkan syara’. Melakukan perintah Allah adalah perbuatan baik. Mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya juga perbuatan baik. Setiap perbuatan baik memberikan akibat baik di dunia dan akhirat. Apa yang akan kita lihat sebagai akibat perbuatan baik adalah kebaikan juga.
Mengerti dan memahami bahwa Allahlah yang menciptakan segala sesuatu seharusnya mengantarkan kita tunduk dan patuh hanya kepada-Nya. Manusia telah diciptakan menjadi sebaik-baik makhluk, maka jangan sampai memperlakukan sesama makhluk Allah sebagai sekutu-Nya, karena hanya akan meruntuhkan derajatnya menjadi serendah-rendahnya makhluk yang rendah.
Mempersaksikan bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, adalah pernyataan membebaskan diri dari semua jenis pengaruh dari siapapun dan apapun, dan saat terbebas sepenuhnya kemudian mengikat diri kepada dzat yang memiliki kuasa dan pengaruh tak terbatas yakni Allah Subhanahu wata’ala. Berada dalam kuasa dzat yang memiliki kuasa tak terbatas, menjadikan kita menjadi manusia paling bebas. Wallahu a’lam. []
Samarinda, 20 April 2014
Agus Sukaca
guskaca@gmail.com