banner 728x90

Nikmat Bani Israil Diselamatkan

Tafsir Qs. al-Baqarah (2) ayat 49-50

 

وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (49) وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (50) – البقرة: 49-50

 

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. (Qs. al-Baqarah: 49-50)

 

(وَإِذْ) wa idz : Dan ingatlah ketika .(penjelasan panjang ungkapan ini, lihat Tafsir al-Baqarah ayat 30 di Berkala Tuntunan Islam Edisi 9 tahun 2012, halaman 7).

(نَجَّيْنَاكُمْ) najjainaakum: Kami selamatkan kamu sekalian (Bani Isra’il pada zaman Nabi Musa ‘alaihis salaam). Bisa juga ungkapan ini diartikan Kami membebaskan kamu dari kehancuran

(مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ) min aali Fir’auna: dari para pengikut Fir’aun (termasuk Fir’aun juga). Fir’aun adalah Raja Mesir pada masa Nabi Musa ‘alaihis salaam.

Kata “aali” berarti kaum atau pengikut, juga berarti keluarga.

Mengapa al-Qur’an memakai ungkatan aali Fir’aun? Ungkapan ini menurut al-Qurtubi sebutan bagi suatu kaum atau pengikut yang mempunyai keyakinan sama dengan keyakinan orang yang disebutkan, yaitu Fir’aun. Ungkapan ini juga bisa bermakna Fir’aun dan pengikut-pengikutnya.Lihat ayat-ayat berikut:

 

 كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَكُلٌّ كَانُوا ظَالِمِينَ ()  – الأنفال: 54

(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang lalim. (Qs. al-Anfaal: 54)

 

 فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (46) – غافر: 45، 46

Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat.  (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (Qs. Ghafir: 45-46)

 

Di dalam hadits yang berisi do’a shalawat untuk Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam, kata “aali” dipakai untuk menyebut keluarganya karena konteks bunyi hadits itu merujuk juga untuk para sahabatnya. Artinya, kalau ada ungkapan “aali” dan disertai kata lainnya, maka artinya bisa lain. Dalam konteks atau kaitan di dalam do’a shalawat, maka arti yang tepat untuk kata “aali” adalah “keluarga”.

 

Ka’ab bin ‘Ujrah meriwayatkan:

سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكُمْ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Kami pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; “Wahai Rasulullah, bagaimana caranya kami bershalawat kepada tuan-tuan kalangan Ahlul Bait sementara Allah telah mengajarkan kami bagaimana cara menyampaikan salam kepada kalian?”. Maka Beliau bersabda: “Ucapkanlah:

Allahumma shalli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majid. Allahumma baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin kamaa baarakta ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majiid

Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. (HR Bukhari 3119)

 

(يَسُومُونَكُمْ) yasuumuunakum: mereka menimpakan, mereka membuat kamu (kaum Bani Isra’il zaman Nabi Musa ‘alaihis salaam) merasakan

(سُوءَ الْعَذَابِ) suu’al ‘adzaab:  siksaan paling dahsyat, paling mengerikan

(يُذَبِّحُونَ) yudzabbikhuuna: menyembelehi, menyembelih dalam jumlah banyak sekali (massacre)

(أَبْنَاءَكُمْ) abnaa’akum: anak laki-laki kamu

(وَيَسْتَحْيُونَ) wa yastakhyuuna:memberi hidup

(نِسَاءَكُم) nisaa’akum: para kaum wanita kamu, termasuk anak-anak perempuan.

(ْ بَلَاءٌ عَظِيمٌ) balaa’un ‘adliim: sebuah cobaan, ujian yang sangat dahsyat yang sudah tidak tertahankan lagi karena buruknya cobaan itu.

Secara umum, pemakaian di dalam al-Qur’an, Bala’  adalah ujian atau cobaan dengan sesuatu yang kelihatan bagus dan sesuatu yang  kelihatan jelek. (Lihat artikel Bala)

 

Ayat al-Baqarah 49 dan seterusnya ini merupakan rincian penjelasan dari ayat sebelumnya yang berbunyi:

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُواْ بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ – البقرة : 40

Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (Qs. al-Baqarah: 40)

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ – البقرة : 47

Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (Qs. al-Baqarah: 47)

 

Dua ayat di atas masih bersifat umum, sedangkan mulai ayat 2: 49, ayat tersebut dan ayat-ayat berikutnya mulai memerinci nikmat-nikmat apa saja yang telah diberikan kepada Bani Isra’il.

(فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ) faraqnaa bikumul bahra: Kami belah lautan untuk kamu (Bani Isra’il). Kata ganti “kamu” di ayat ini merujuk kepada kamu Bani Isra’il yang saat itu ada di Madinah, yang mewakili  kakek moyang mereka Bani Isra’il pengikut Nabi Musa ‘alaihis salaam.

(فَأَنْجَيْنَاكُمْ) fa-anjainaakum: lalu Kami selamatkan kamu. Penyelamatan ini ada dua macam. Pertama penyelamatan dari air laut yang dalam. Dan kedua penyelamatan dari Fir’aun dan pengikutnya atau tentaranya. Caranya adalah:

(وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ) wa-aghraqnaa aala Fir’auna: dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya. Mereka tenggelam ke dalam laut yang dalam dan mati.
(وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ) wa antum tandluruun: sedangkan kamu menyaksikan atau memperhatikan (memandang dengan seksama).

 

Nalar (an-Nadhar)

Secara bahasa kata nadlar, menurut Ibnu Mandlur di dalam Lisaan al-‘Arab adalah:

النَّظَر حِسُّ العين …… وتقول نَظَرت إِلى كذا وكذا مِنْ نَظَر العين ونَظَر القلب

An-Nadlar (Nalar) adalah indera mata ……Ketika engkau mengatakan: Aku memandangi ini dan itu dengan pandangan mata dan hati

Sedangkan menurut Imam Al-Raaghib Al-Isfahaanii, Mufradaat Alfaadl al-Qur’aan, nadlar adalah:

النظر: تقليب البصر والبصيرة لإدراك الشيء ورؤيته، وقد يراد به التأمل والفحص، وقد يراد به المعرفة الحاصلة بعد الفحص، وهو الروية. يقال: نظرت فلم تنظر. أي: لم تتأمل ولم تترو، وقوله تعالى: قل انظرو ماذا في السموات …. يونس 101: أي: تأملوا.
واستعمال النظر في البصر أكثر عند العامة، وفي البصيرة أكثر عند الخاصة، قال تعالى: {وجوه يومئذ ناضرة * إلى ربها ناظرة  القيامة : 22 – 23

An-Nadhar (Nalar): bergerak-geraknya mata dan mata hati untuk mengetahui sesuatu dan melihatnya, maksudnya adalah memandang dengan penuh perhatian dan menyelidik. Dengan demikian orang akan mengetahui (ma’rifah kepada) sesuatu yang dihasilkan dari penyelidikan. Itulah refleksi, pertimbangan dan pengetahuan yang diperoleh. Maka bisa juga dikatakan bahwa engkau memperhatikan padahal engkau tidak melihatnya, atau engkau tidak memperhatikan dengan seksama dan tidak mempertimbangkan atau berefleksi terhadap hal itu. Firman Allah Ta’ala: Katakanlah, perhatikan apa yang ada di langit (Yunus 10: 101), yakni: perhatikan dengan seksama dan penuh. Secara umum penggunaan mata (al-bashar) lebih banyak, sementara secara khusus penggunaan mata hati (al-bashirah) lebih banyak. Firman Allah Ta’ala: Pada hari itu, wajah-wajah akan berseri-seri, memandang kepada Tuhannya. (al-Qiyamah 75: 22-23).

 

Penjelasan secara bahasa dan juga penggunaan al-Qur’an, kata an-nadlar (nalar) mengacu kepada dua hal yaitu memandang secara seksama dan penuh perhatian baik secara wadag maupun dengan menggunakan mata hati. Al-Qur’an menyuruh secara tidak langsung untuk memperhatikan gejala alam dengan menggunakan kata nadhar.

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ   (20) الغاشية : 17-20

17.  Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, 18.  Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19.  Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20.  Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (al-Ghasyiyah 88: 17-20).

 

Penggunaan kata nadlar (nalar) di dalam al-Qur’an sangat kelihatan positif baik berdasar surat 10: 101 maupun 88: 17-20. Kalau manusia memandang, memperhatikan, mempertimbangkan secara seksama dan hati-hati dan dengan penuh perhatian, maka hal itu memang yang dikehendaki oleh al-Qur’an. Oleh karena itu penggunaan nalar menjadi sangat positif.

 

Makna Ayat Al-Baqarah 49-50

Dimulai dari ayat Al-Baqarah 40 dan 47, kaum Bani Isra’il di Madinah diingatkan oleh al-Qur’an tentang nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada kakek moyang mereka yang mengikuti Nabi Musa ‘alaihis salaam. Hal ini dilakukan supaya Bani Isra’il mau mensyukurinya dan mau mengikuti Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam mengimaninya dan masuk agama Islam.

Nikmat itu kemudian dirinci dengan nikmat berupa diselamatkannya Bani Isra’il dari siksaan dan penindasan yang dilakukan oleh Fir’aun dan pengikutnya atas mereka dengan siksaan yang sangat dahsyat. Tidak hanya mereka selamat, tetapi Fir’aun dan pengikutnya binasa ditenggelamkan oleh Allah ta’aala ke dalam lautan dan kaum Bani Isra’il bisa lari keluar dari Mesir.

 

Kisah Tenggelamnya Fir’aun dan Sebab-Sebab Pengejaran Nabi Musa AS.

Surat Asy-Syu’araa’ (26) ayat 1-68  menjelaskan secara rinci kisah Nabi Musa ‘alaihis salaam ketika berhadapan dengan Fir’aun dan kemudian lari membawa Bani Isra’il keluar dari negeri Mesir. Berikut terjemahnya:

1. Thaa Siin Miim.

2. Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang menerangkan.

3. Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.

4. Jika Kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.

5. Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.

6. Sungguh mereka telah mendustakan (Al Qur’an), maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokan.

7. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?

8. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman.

9. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

10. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya): “Datangilah kaum yang lalim itu,

11. (yaitu) kaum Firaun. Mengapa mereka tidak bertakwa?”

12. Berkata Musa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku.

13. Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun.

14. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku”.

15. Allah berfirman: “Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan),

16. Maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakanlah olehmu: “Sesungguhnya kami adalah Rasul Tuhan semesta alam,

17. lepaskanlah Bani Israel (pergi) beserta kami”.

18. Firaun menjawab: “Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.

19. dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna”.

20. Berkata Musa: “Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.

21. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.

22. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israel”.

23. Firaun bertanya: “Siapa Tuhan semesta alam itu?”

24. Musa menjawab: “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”.

25. Berkata Firaun kepada orang-orang sekelilingnya: “Apakah kamu tidak mendengarkan?”

26. Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu”.

27. Firaun berkata: “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila”.

28. Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal”.

29. Firaun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”.

30. Musa berkata: “Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendati pun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?”

31. Firaun berkata: “Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar”.

32. Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.

33. Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.

34. Firaun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai,

35. ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?”

36. Mereka menjawab: “Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir),

37. niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu’.

38. Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum,

39. dan dikatakan kepada orang banyak: “Berkumpullah kamu sekalian.

40. semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang”

41. Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka bertanya kepada Fir’aun: “Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?”

42. Firaun menjawab: “Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)”.

43. Berkatalah Musa kepada mereka: “Lemparkanlah apa yang hendak kamu Lemparkan”.

44. Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: “Demi kekuasaan Firaun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang”.

45. Kemudian Musa melemparkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.

46. Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah).

47. mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,

48. (yaitu) Tuhan Musa dan Harun”.

49. Firaun berkata: “Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya”.

50. Mereka berkata: “Tidak ada kemudaratan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,

51. sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman”.

52. Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israel), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli”.

53. Kemudian Firaun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota.

54. (Firaun berkata): “Sesungguhnya mereka (Bani Israel) benar-benar golongan kecil,

55. dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita,

56. dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga”.

57. Maka Kami keluarkan Firaun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air,

58. dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia,

59. demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israel.

60. Maka Firaun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit.

61. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”.

62. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.

63. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

64. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain.

65. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.

66. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.

67. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.

68. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

 

narasumber utama artikel ini:

M. Yusron Asrofie

artikel terkait: Bala’

banner 468x60