banner 728x90

The Power of Shalat

 

    Salam Tabligh #4

 

Kalau kita memperhatikan al-Qur’an dan Hadits, sangat jelas tergambar bahwa shalat memiliki fungsi istimewa dan menimbulkan energi luar biasa bagi siapa saja yang menegakkannya. Shalat adalah tiang agama dan kunci segala kebaikan. Kualitas shalat seseorang berbanding lurus dengan keteguhannya dalam beragama, kebaikan yang bakal diperolehnya, dan jauhnya seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.

 

Seseorang yang shalat tetapi masih enggan menolong, masih tergolong orang yang lalai dari shalatnya, sebagaimana disebut QS al-Maun: 5-7. Begitu hebatnya shalat, sampai-sampai cara Allah dalam memerintahkannya dilakukan dengan memanggil Nabi Muhammad menghadap langsung kepada-Nya di Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra’ Mikraj.

Shalat terdiri atas shalat fardhu dan shalat tathawwu’. Shalat fardhu adalah shalat yang wajib kita laksanakan 5 kali sehari semalam, yakni maghrib 3 raka’at, ‘isya 4 raka’at, shubuh 2 raka’at, dhuhur 4 raka’at, dan ‘ashar 4 raka’at. Shalat fardhu terbaik adalah yang dikerjakan pada waktunya dengan berjama’ah. Shalat tepat pada waktunya merupakan amalan yang paling diicintai Allah. Shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 kali derajat

Shalat tathawwu’ adalah shalat sunat, berfungsi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah sehingga disayangi-Nya, dan penyempurna shalat fardhu. Berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad saw. terdiri antara lain: shalat sesudah wudhu, shalat antara adzan dan iqamah, shalat tahiyat masjid, shalat rawatib, shalat lail, shalat dhuha, shalat akan bebergian, shalat istikharah, shalat ‘idain (idul fithri dan ‘idul adha), shalat gerhana (matahari dan bulan), dan shalat istisqa’.

Shalat tahiyat masjid adalah hak masjid, dilakukan 2 raka’at ketika memasuki masjid sebelum duduk meskipun imam sedang berkhutbah. Shalat rawatib terdiri atas 2 raka’at sebelum shubuh, 2 atau 4 raka’at sebelum dan sesudah dhuhur, 2 raka’at sebelum ashar, 2 raka’at sebelum dan sesudah maghrib, 2 atau 4 raka’at sesudah ‘isya’.

Shalat dhuha dikerjakan pada waktu matahari meninggi 2 raka’at, atau 4 raka’at, atau 8 raka’at dengan salam setiap 2 raka’at. Shalat safar dikerjakan 2 raka’at ketika akan bepergian. Shalat istikharah dilakukan 2 raka’at dengan doa khusus ketika akan mengambil ketegasan sesuatu yang penting.

Shalat lail dilakukan antara shalat ‘isya’ sampai menjelang terbit fajar, baik di dalam maupun di luar bulan Ramadhan. Waktu terbaik adalah sepertiga malam terakhir. Dikerjakan 11 raka’at dengan cara 2 raka’at-2 raka’at (4 kali), atau 4 raka’at-4 raka’at, atau 8 raka’at terus menerus dan hanya duduk pada penghabisannya lalu salam, dan diakhiri 3 raka’at.

Apakah anda sudah menjadikan shalat fardhu dan tathawwu’ sebagai bagian kebiasaan-kebiasaan utama harian, dan melaksanakannya dengan cara terbaik? Alhamdulillah bila sudah! Anda beruntung dan wajib mensyukurinya dengan menjaga kebiasaan tersebut, meningkatkan kualitasnya, serta mewujudkan isi bacaan-bacaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bila belum kesemuanya bisa diwujudkan, maka marilah berjuang membiasakannya mulai hari ini dan jangan menunda besok! Setan akan menggoda kita untuk memulainya besok, dan besok akan mengatakan hal yang sama sehingga besokpun kita mengatakan akan memulai besok lagi, demikian seterusnya sampai akhir hayat. Akhirnya kita menyesal karena ternyata ketika malaikat maut menjemput ternyata masih belum menjadi kebiasaan.

Tulislah komitmen anda: “mulai hari ini saya melaksanakan shalat fardhu berjama’ah” atau “mulai hari ini saya melaksanakan shalat dhuha dan shalat tahajud” atau lainnya.

Beritahukan kepada orang-orang yang anda cintai bahwa anda akan memulai kebiasaan-kebiasaan baru. Mintalah dukungan mereka.

Menuliskan komitmen tentang apa-apa yang akan kita lakukan sangatlah penting artinya karena bisa memberikan energi untuk mewujudkannya. Penelitian USA Today 2006 terhadap orang-orang yang telah menetapkan resolusi tahun baru, mereka diamati dan dipilah antara yang tidak menuliskannya dan yang menuliskannya. Tahukah anda, apa yang terjadi 12 bulan kemudian? Inilah hasilnya, sebagaimana dipaparkan oleh motivator kelas dunia, Bryan Tracy:

  • Orang-orang yang tidak menuliskannya, ternyata hanya 4% yang benar-benar berusaha merealisasikan;
  • Orang-orang yang menuliskannya, ternyata 44% berusaha merealisasikan.

Jadi, cara yang benar adalah: disiplin menuliskan tujuan, membuat rencana untuk meraih tujuan tersebut, dan kemudian bekerja meraihnya menaikkan kecenderungan meraih tujuan hingga lebih dari 1.000%

Dalam proses melaksanakannya, sebaiknya kita mengadopsi sebuah sistem dan menggunakan teknologi. Sistem yang baik menyederhanakan cara sehingga lebih mudah. Dalam hal melaksanakan shalat, kita perlu membuat sistem yang memungkinkan terjadi asosiasi antara peristiwa tertentu dengan shalat-shalat yang akan kita biasakan. Misalnya:

  • Suara adzan diasosiasikan dengan shalat berjama’ah di masjid. Begitu mendengar adzan segera menghentikan aktifitas dan pergi ke masjid.
  • Masjid diasosiasikan dengan shalat tahiyatul masjid. Begitu masuk masjid, langsung shalat tahiyatul masjid.
  • Shalat wajib dengan shalat rawatib. Shalat subuh dengan shalat qabliyah, dhuhur dengan qabliyah dan bakdiyah, ashar dengan qabliyah, dst.
  • Selesai berpakaian rapi sebelum berangkat kerja di pagi hari diasosiasikan dengan shalat dhuha. Begitu siap berangkat pergi pagi hari, shalat dhuha dahulu di rumah. Bagi yang berangkat terlalu pagi, shalat dhuha diasosiasikan dengan aktivitas awal saat tiba di tempat tujuan.
  • Waktu dinihari sepertiga malam terakhir, diasosiasikan dengan shalat tahajud.
  • Waktu ketika mau bepergian jauh, diasosiasikan dengan shalat safar.

 

Kita cukup melakukan hal ini terus menerus, maka lama-lama komitmen kita akan dialihkan pengendaliannya dari otak sadar ke otak bawah sadar. Ketika proses pengalihannya telah berjalan sempurna, jadilah komitmen tersebut menjadi kebiasaan yang melekat pada diri kita. Memang sangat berat pada awalnya. Ibarat pesawat yang mau tinggal landas, harus menge-rahkan tenaganya dahulu, tetapi setelah mengangkasa, geraknya menjadi sangat cepat dengan tenaga yang lebih ringan.

Ada kisah teladan dari salah seorang sahabat baik saya (50-an tahun), yang pernah terserang stroke. Dia berkomitmen melaksanakan shalat tahajud setiap malam. Ia menceritakan pengalamannya bagaimana berjuang membiasakan shalat tahajud yang ia ketahui dapat membantu terapi stroke. Ia gunakan 3 jam wekker untuk alarm pada pukul 03.00. Belum cukup, ia setting alarm ponselnya juga.

Pada waktunya alarm-alarm tersebut berbunyi bersahutan dan membangun-kannya dari tidur. Di hari pertama belum berhasil menggerakkannya shalat tahajud. Tetapi karena kesungguhan hatinya, setelah dilakukannya berulang-ulang akhirnya setiap pukul 03.00 dinihari ia dapat bangun dan mengawali hari-harinya dengan tahajud. Telah lebih setahun ia membiasakannya, dan sekarang telah menjadi rutinitas yang jarang terlewatkan. Ia sangat bersyukur karena tidak lagi merasakan gejala-gejala stroke.

Bagaimana dengan anda? Marilah kita berpacu dengan waktu, jangan sampai kedahuluan dijemput malaikat maut!

 

Bantul, 14 Muharram 1433 H.

 

Agus Sukaca

guskaca@gmail.com

 

banner 468x60