banner 728x90

Shalat Sesuai Tuntunan Nabi

فَإِذَا قَضَيۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذۡڪُرُواْ ٱللَّهَ قِيَـٰمً۬ا وَقُعُودً۬ا وَعَلَىٰ جُنُوبِڪُمۡ‌ۚ فَإِذَا ٱطۡمَأۡنَنتُمۡ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ‌ۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَـٰبً۬ا مَّوۡقُوتً۬ا

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Qs. an-Nisa/4: 103)

صَلُّوا كَمَا رَأَيتُمُنِي أُصَلِي

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.

(HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533)

 
Arti Penting dan Kedudukan Shalat Fardhu

Arti penting dan kedudukan shalat fardhu (wajib) yang istimewa terlihat dari kenyataan berikut ini:

Pertama, shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan Allah, melalui perintah yang diterima langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik r.a., “Shalat difardukan kepada Nabi saw. pada malam Isra lima puluh (kali), kemudian dikurangi sehingga menjadi lima (kali) lalu diserukan, Ya Muhammad, keputusan ini di sisi-Ku tidak dapat diubah dan bagimu yang lima ini adalah lima puluh (kali pahalanya).” (H.R. Ahmad, an-Nasai, dan at-Tirmidzi)

Kedua, shalat merupakan “tiang agama” —perumpamaan yang sudah sangat jelas artinya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Pokok urusan (agama) ini adalah Islam dan tiangnya adalah shalat.” (al-Mujam al-Kabir, dari Muadz ibnu Jabal).

Ketiga, shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab pada Hari Kiamat. Sabda Nabi saw., “Yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya beres, maka bereslah seluruh amalnya dan jika shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya.” (al-Mu’jam al-Ausath, Mushannaf Abi Syaibah dari Ibnu Malik).

Keempat, shalat adalah benteng terakhir dari tegaknya Agama Islam. Jika shalat tidak ditegakkan maka robohlah tiang agama Islam seluruhnya. Rasulullah saw. telah memperingatkan: “Sesungguhnya akan terlepas ikatan-ikatan Islam satu demi satu. Setiap kali satu ikatan lepas, manusia akan tergantung pada ikatan yang berikutnya. Ikatan yang paling awal terlepas adalah hukum dan yang terakhir adalah shalat.” (Shahih Ibnu Hibban, dari Abu Umamah). Shalat adalah ibadah yang berfungsi mencegah terjadinya perbuatan keji dan munkar, sebagaimana firman Allah SwT berikut:

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ‌ۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۗ

Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar dan sungguh (shalat) mengingat Allah (zikir) yang paling utama. (Qs. al-Ankabut/29: 45)

Kelima, shalat adalah pokok ibadah mahdhah yang wajib diamalkan oleh setiap Muslim laki-laki dan perempuan tanpa kecuali, mulai dari usia baligh hingga akhir hayat. Allah swt. menyediakan tempat di neraka Saqar bagi orang yang meninggalkan shalat.

مَا سَلَڪَكُمۡ فِى سَقَرَ (٤٢) قَالُواْ لَمۡ نَكُ مِنَ ٱلۡمُصَلِّينَ (٤٣

Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka Saqar? Mereka menjawab, kami dahulu termasuk orang-orang yang meninggalkan shalat. (Qs. al-Mudatstsir/74: 42-43)

Mengingat hal ini, maka pembahasan tentang shalat merupakan prioritas awal dalam pembahasan rangkaian ibadah. Tulisan tatacara shalat yang disajikan ini merupakan ringkasan yang dipandang mencukupi untuk memberikan tuntunan kepada kita sesuai dengan petunjuk dan teladan dari Rasulullah saw.

 

Tata Cara Shalat Fardhu (Wajib)

Bila hendak menjalankan shalat, maka lakukanlah dengan tatacara sebagai berikut:

Mula-mula berdiri tegak, menghadap kiblat, lalu mengucap “Allahu Akbar” dengan disertai niat ikhlas hanya karena Allah; seraya mengangkat kedua belah tangan sejurus bahu, mensejajarkan ibu jari pada daun telinga. Lalu letakkanlah tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri di atas dada; lalu bacalah do’a iftitah:

 

أَللّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ. أَللّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الْخَطَا يَا  كَمَا يُنَقَّي الثَّوْبُ الْاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ
أَللّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.

Alla-humma ba-‘id baini- wa baina khatha- ya-ya kama- ba-‘adta bainal masyriqi wal maghrib. Alla-humma naqqini- minal khatha-ya-‘ kama- yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bilma-i wats tsalji wal barad.

Atau (alternatif lain doa iftitah):

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَا وَاتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَا الْمُشْرِكِيْنَ, إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَ أَنَا اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ (وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
أَللّهُمَّ أَنْتَ الْمُلْكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفُتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلي ذُنُوْبِي جَمِيْعًا لَايَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِاَحْسَنِ الْاَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِاَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَلَيْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ إِلَيْكَ.

Wajahtu wajhiya lilladzi- fatharas samawa-ti wal ardla hani-fan musli man wama – ana- minal musyriki-n. Inna shala-ti- wanusuki wamahya-ya wamama-ti- lilla-hi rabbil ‘a-lami-n. La-syari-kalahu wa bidza-lika umirtu wa ana awwalul muslimi-n (wa ana- minal muslimi-n).

Alla-humma antal maliku la- ila-ha illa- anta, anta rabbi- wa ana- ‘abduka, dhalamtu, dhalamtu nafsi wa’taraftu bidzambi- fagh firli- dzunu-bi-jami-‘an. La-yagh firudz dzunu-b-i -Illa- anta, wah dini- liahsanil akhla-qi la-yahdili ahsaniha- illa- anta. Wash-rif’anni- sayyiaha- la-yash rifu ‘anni- sayyiaha- illa – anta. Lab baika wasadaika walkhairu kull’uhu- fi-yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana-bika wa ilaika. Taba rakta wa ta’a-laita astagh firuka wa atu-bu ilaika”.

Lalu berdo’a mohon perlindungan dengan membaca:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“A’a-dzu billa-hi minasy syaitha-nir raji-m”

dan membaca:

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

“Bismilla-hirahma-nirrahi-m”

lalu membaca surat al-Fatihah dan diikuti do’a sesudah itu: “A-mi-n“.

 ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ () ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ () مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ () إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ () ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ()
صِرَٲطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

 

Kemudian bacalah salah satu surat dari al-Quran dengan diperhatikan artinya dan dengan perlahan-lahan. Kemudian angkatlah kedua belah tangan seperti dalam takbir permulaan lalu ruku’lah dengan bertakbir seraya melempangkan (meratakan) punggung dengan leher, memegang kedua lutut dengan dua belah tangan, sementara itu berdo’alah:

سُبْحَانَكَ أللّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ أللّهُمَّ اغْفِرْليِ

Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-hummaghfirli“,

atau berdo’a lah dengan salah satu do’a dari Nabi SAW.

Kemudian angkatlah kepala untuk i’tidai dengan mengangkat kedua belah tangan seperti dalam takbiratul ihram dan berdo’alah:

سَمِعَ اللهُ لِمَنَ حَمِدَهُ

Sami’alla-hu liman hamidah

dan bila sudah lurus (tegak) berdiri berdo’a-lah:

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

Rabbana- wa lakal-hamd“.

Lalu sujudlah dengan bertakbir “Allahu Akbar” serta letakkanlah kedua lutut dan jari kaki di atas tanah, lalu kedua tangan diletakkan di depan lutut agak menyamping keluar, kemudian dahi dan hidung ditumpukan di tempat sujud dengan menghadapkan ujung jari kaki ke arah Qiblat serta merenggangkan tangan daripada kedua larnbung dengan mengangkat siku.

Dalam bersujud itu hendaklah kita berdo’a:

سُبْحَنَكَ أللّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ أللّهُمَّ اغْفِرْليِ

Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-hummaghfirli“,

atau berdo’alah dengan salah satu doa dari Nabi Muhammad saw.

Lalu angkatlah kepala dengan bertakbir dan duduklah tenang dengan berdo’a:

أللّهُمَّ اغْفِرْليِ وَرْحَمْنِي وَجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

Alla-hum maghfirli-warhamni-wajburni- wahdini- warzuqni“.

Lalu sujudlah kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca tasbih seperti dalam sujud yang pertarma. Kemudian angkatlah kepala dengan bertakbir dan duduklah sebentar, lalu berdirilah untuk raka’at yang kedua dengan menekankan (tangan) pada tanah. Dan kerjakanlah dalam raka’at yang kedua ini sebagai dalam raka’at yang pertama, hanya tidak membaca do’a ‘iftitah.

Setelah selesai dari sujud kedua kalinya, maka duduklah di atas kaki-kiri dan tumpuan kaki kanan serta letakkanlah kedua tangan diatas kedua lutut; julurkanlah jari-jari tangan-kiri, sedang tangan-kanan menggenggamkan jari kelingking, jari manis dan jari-tengah serta mengacungkan jari telunjuk dan sentuhkan ibu-jari pada jaritengah.

Duduk ini bukan dalam raka’at akhir. Adapun duduk dalam raka’at akhir maka caranya memajukan kaki kiri, sedang kaki kanan bertumpu dan duduk bertumpukan pada pantat. Dan bacalah tasyahud sebagai berikut:

اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَا تُ اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَي عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ
اَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ مُهَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Attahiyya-tu lilla-h washshalawa-tu waththayyiba-t, assala-mu ‘alaika ayyuhan nabivyu wa rahmatulla-hi wa baraka-tuh. Assala-mu ‘alainawa’ala- ‘iba-dilla-hish sha-lihi-n. Asyhadu alla- ila-ha i’llalla-h wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu- wa rasu-luh”.

Lalu bacalah shalawat pada Nabi Muhammad saw. sebagai berikut:

أللّهُمَّ صَلِّ عَلَي مُحَمَّدٍ وعَلَي الِي مُحَمَّدٍ, كَمَا صَّلَيْتَ عَلَي اِبْرَاهِيمَ وَالِ اِبْرَاهِيمَ
وَبَارِكْ عَلَي مُحَمَّدٍ وعَلَي الِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَي اِبْرَاهِيمَ و الِ اِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Alla-humma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala- a-li Muham mad, kama- shallaita’ala- lbra-hi-m wa a-li lbra-hi-m, wa ba-rik ‘ala. Muhammad wa a-li Muhammad, kama- ba-rakta ‘ala- lbra-hi-m wa a-li lbra-hi-m, innaka hami-dum maji-d”.

Kemudian berdo’alah kepada Tuhan, sekehendak hati yang lebih pendek daripada dalam tasyahud akhir. Kemudian berdirilah untuk raka’at yang ketiga kalau shalat kita itu tiga atau empat raka’at, dengan bertakbir mengangkat tangan dan kerjakanlah dalam raka’at yang akhir atau rakaat ketiga, seperti dalam dua raka’at yang pertarna, hanya cukup membaca, Fatihah saja, tidak dengan membaca surah apapun. Sesudah raka’at yang akhir, bacalah tasyahhud serta shalawat kepada Nabi Muhammad saw., lalu hendaklah berdo’a mohon perlindungan dengan membaca doa:

أللّهُمَّ إِنِّي اَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Alla-humma inni- a’u-dzu bika min ‘adza-bi jahannama wa min adza-bil-qabri wa min fitnatil mahya- wal mama-ti wa min syarri fitnatil ma-si-hid dajja-l “.

Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan ke kiri, yang pertama sampai terlihat pipi-kanan kita dan yang kedua sampai terlihat pipi-kiri kita oleh orang yang di belakang kita sambil membaca:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Assala-mu ‘alaikum   wa rahmatulla-hi wa baraka-tuh.

jika shalat dua raka’at, maka letak do’a isti’adzah, (“A’u-dzubilla-h”) setelah membaca shalawat kepada Nabi, sesudah raka’at yang kedua, lalu bersalamlah sebagai yang tersebut.

Perhatian : Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam cara melakukan shalat sebagai yang tersebut di atas.

 

BEBERAPA POSISI POKOK GERAKAN SHALAT

1. Takbir

1-GerakanShalat_takbir.jpg

2. Posisi berdiri

2-GerakanShalat_sikap berdiri.jpg

3. Sujud

3-GerakanShalat_sujud.jpg

4. Takhiyat awal

4-GerakanShalat_duduk takhiyat awal.jpg

5. Posisi telunjuk jari dalam takhiyat

5-GerakanShalat_tunjuk jari takhiyat.jpg

6. Takhiyat akhir

6-GerakanShalat_duduk takhiyat akhir.jpg

7. Salam

7-GerakanShalat_salam.jpg

 

Beberapa Hal Penting Seputar Shalat Fardhu

Berikut ini adalah hal-hal penting seputar masalah sholat wajib, dirangkum dari buku Soal Jawab yang Ringan-Ringan karangan Pak AR Yogya (K.H. AR Fachruddin).

1. Shalat wajib (fardhu) lebih utama dilaksanakan secara jama’ah

Apabila kita perhatikan dengan seksama perintah-perintah Rasulullah Muhammad saw tentang hal sholat, kita dapat mengambil pengertian bahwa melaksanakan shalat wajib lima kali sehari itu, harus dilakukan dengan jama’ah di masjid. Itulah cara mengerjakan shalat fardhu yang disenangi Rasulullah saw. Terpaksanya dapat dilakukan di rumah tetapi tetap harus bersama-sama yang lain, berjamaah; misalnya bersama isteri dan anak-anaknya.

Nabi Muhammad saw. sangat mementingkan jama’ah dalam mengerjakan shalat wajib (hamper tidak pernah beliau shalat sendiri). Pernah terjadi ketika beliau melihat ada orang akan shalat wajib sendirian, beliau memerintahkan orang lain supaya makmun, meskipun yang diperintah itu sudah mengerjakan shalat wajib.

Pernah pada suatu waktu Nabi bersabda, beliau akan membakar rumah orang yang tidak mau berjama’ah, padahal ia sedang tidak berhalangan, misalnya sedang sakit.

Apabila ketika anda sampai di masjid, jama’ah sudah selesai, makmunlah kepada siapa saja yang masih shalat atau sedang shalat. Rasulullah pernah bersabda: “shalatlah kamu di belakang orang yang membaca “la-ila-ha illala-h”.

Imam itu dimakmum (diikuti). Apabila imam sudah bertakbir, bertakbirlah kamu. Kalau imam sudah ruku’, ruku’lah kamu. Kalau imam sudah sujud, sujudlah kamu. Kalau imam itu benar, kamu pun ikut benar. Dan kalau imam salah, kamu tidak ikut salah”.

Tidak ada tuntunan dari Rasulullah yang menerangkan, bahwa dalam kita mengerjakan shalat harus memilih golongannya, mazhabnya, organisasinya, sukunya, bangsanya dan sebagainya. Tidak ada tuntunan yang demikian itu.

Mengerjakan shalat fardhu harus dengan berjama’ah, menjadi imam atau makmun. Sekali lagi, sedapat mungkin kerjakanlah dengan jama’ah. Jangan shalat sendirian. Shalat fardhu yang dikerjakan dengan jamaah pahalanya dilipatkan 27 kali, selain itu besar sekali manfaatnya.

Adapun tentang shalat sunat, lebih baik dikerjakan di rumah dan sendirian, kecuali shalat tarawih, shalat jenazah, shalat hari raya dan lain-lain yang memang telah ada tuntunannya.

2. Hukum Meninggalkan Shalat Fardhu

Bagaimana kalau ada orang meninggalkan shalat?

Memang masih banyak saudara-saudara kita bangsa Indonesia yang sudah mengaku beragama Islam, tetapi belum mengerjakan shalat. Apabila belum mengerjakan shalatnya itu karena ketidaktahuannya, maka yang bersalah justru kita yang sudah tahu tetapi tidak mau memberitahu kepada mereka. Kita yang sudah mengetahui tentang kewajiban shalat bagi orang yang sudah mengaku Islam, wajib memberikan pengertian kepada mereka yang belum mengetahuinya.

Adapun bagi kita yang sudah mengetahui tentang wajib shalat, tetapi dengan sengaja meninggalkan shalat, berarti kita meremehkan perintah Allah. Kalau bukan karena sedang tidur atau dalam keadaan tidak sadar atau lupa, kita tidak boleh meninggalkan shalat meskipun hanya sekali. Shalat yang sudah ditinggalkan tidak dapat ditebus dengan shalat berapa pun jumlahnya, karena memang tidak ada aturan tebus-menebus shalat.

3. Tidak mendapati air untuk wudlu, sedang bepergian, tidak ada rukuh, shalat semampunya

Apabila tidak mendapati air untuk berwudlu, dapat diganti dengan tayamum: bersuci dengan debu. Cara tayamum, sebagaimana telah diurai dalam Berkala Tuntunan Islam edisi 2/2011 (hal. 35), adalah sebagai berikut: (1) Mengucap basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) sambil meletakkan kedua telapak tangan di tanah (boleh di dinding, atau tempat yang mengandung debu) kemudian meniup debu yang menempel pada kedua telapak tangan tersebut; (2) Mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah satu kali, kemudian langsung mengusapkan ke tangan kanan lalu ke tangan kiri, cukup sampai pergelangan telapak tangan, masing-masing satu kali.

Apabila sedang bepergian, baik ketika sedang dalam perjalanan atau sudah sampai di tempat tujuan, shalat fardhu dapat dilakukan secara jamak dan qashar. Jamak adalah mengumpulkan dua shalat fardhu dalam satu waktu. Qashar adalah meringkas jumlah rakaat shalat. Shalat Dhuhur dapat dijamak dengan shalat Ashar, dilaksanakan waktu shalat Dhuhur (jamak taqdim), atau diwaktu Ashar (jamak ta’khir). Shalat Maghrib dijamak dengan Shalat Isyak. Shalat yang empat rakaat (Dhuhur, Ashar dan Isyak) dapat diqashar (diringkas) menjadi dua rakaat.

Bagi wanita, apabila tidak dapat mengenakan mukena (rukuh), cukup memakai kaos kaki, leher dan dada serta kepala ditutup dengan kain kerudung. Yang pokok, shalat harus dikerjakan (dengan aurat tertutup), jangan ditinggalkan.

Apabila karena keadaan (sakit, didalam kendaraan) tidak dapat shalat dengan berdiri, kerjakanlah shalat sambil duduk. Apabila tidak dapat duduk atau tidak kuat karena sedang sakit, kerjakanlah dengan berbaring miring dan menghadap kiblat. Apabila berbaring miring pun tidak dapat, kerjakanlah dengan telentang. Pokoknya shalat harus dikerjakan sebisanya.

4. Yang Dikerjakan Sebelum dan Sesudah Shalat Fardhu

Sebelum masuk waktu shalat, supaya sudah siap sedia (sudah berwudlu). Kemudian sesudah masuk waktu shalat, salah seorang supaya melafalkan adzan (seruan pemberitahuan sudah masuk waktu shalat) dengan ucapan: Allahu akbar, allahu akbar (2x); Asyhadu alla- ila-ha illalla-h (2x); Asyhadu anna Muhammadar-rasu-lulla-h (2x); Hayya alash-shala-h (2x); Hayya alal fala-h (2x); Allahu akbar, Allahu akbar; La- ila-ha illalla-h. Artinya: Allah Yang Maha Agung; Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah; Saya bersaksi Nabi Muhammad itu Utusan Allah; Mari mengerjakan shalat; Mari mencari kebahagiaan; Allah Yang Maha Agung; Tiada Tuhan kecuali Allah.

Orang yang mendengar seruan adzan tersebut supaya menjawab dengan kalimat yang sama (dengan bacaan pelan-pelan saja), kecuali pada bacaan: Hayya alash-shala-h dan Hayya alal fala-h, dijawab dengan lafal: La- haula wala- quwwata illa- billah.

Apabila shalat sudah akan dimulai, yang menyerukan adzan tadi supaya melakukan iqamat (memberitahukan bahwa shalat akan dimulai) dengan ucapan demikian: Allahu Akbar, Alla-hu Akbar; Asyhadu alla- ila-ha illalla-h; Asyhadu anna Muhammadar-rasulullah; Hayya alash-shala-h; Hayya alal fala-h; Qad qa-matish-shalah (2x) —artinya: sungguh sudah waktunya mengerjakan shalat—; Allahu akbar, Allahu akbar; La- ila-ha illalla-h.

Diutamakan sebelum masuk waktu shalat, kita sudah bersiap-siap menyucikan diri (wudlu) kemudian berangkat ke masjid atau musholla. Menunggu waktu shalat di masjid atau mushalla itu sangat besar pahalanya, sebesar pahala orang shalat.

Sesudah shalat supaya tetap duduk sementara waktu untuk berdzikir, mengucapkan bacaan-bacaan yang sudah dituntunkan dalam al-Qur’an: Fa-idza- qadlaitumush-sha;la-ta fadzkurulla-h (apabila engkau sudah selesai shalat, berdzikirlah (ingatlah) dengan menyebut asma Allah. Umpamanya dengan membaca:

  • Astaghfirullahal-adzim, alladzi- la- ila-ha illa-huwal hayyuil qayyu-mu wa atu-bu ilaih (3x)
  • Subhanallah (33x); Alhamdulillah (33x); Allahu akbar (33x)
  • La- ila-ha illalla-hu wahdahu- la- syari-ka lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa hua ala- kulli syai’in qadi-r.
  • Allahumma shalli ala- Muhammad. Alla-humma shalli ‘alaihi wasallim.

Artinya:

Hamba mohon ampun kepada Allah Dzat Yang Maha Agung, yang tidak ada Tuhan kecuali Allah. Dia Yang Hidup dan Yang Berdiri Sendiri, hamba bertobat (mohon ampun) kepada Engkau Paduka (3x);

Maha Suci Allah (33x); Segala puji bagi Allah (33x); Allah Yang Maha Agung (33x);

Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya; Yang Memiliki Segala Kekuasaan dan segala puji dan Allah Yang Menguasai Segala Sesuatu.

 

banner 468x60