banner 728x90

Ramadan Bulan Sejarah dan Kebangkitan Peradaban Islam

Khutbah Idul Fithri

 

oleh: Dr. Taufiqurrahman Kurniawan, MA

 

الحمد لله الذى انعم علينا بنعمة الايمان والاسلام
أشهد ان لا اله إلا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل على محمد وعلى اله واصحابه اجمعين
 اما بعد،
فيا عبدالله، أوصيكم وإياي بتقى الله، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لااله الا الله وحده، صدق وعده، ونصر عبده، وأعزجنده وهزم الاحزب وحده، لااله الاالله والله أكبر الله أكبر ولله الاحمد.

 

 

Jamaah kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah.

 

Pada hari yang mulia ini, marilah kita senantiasa haturkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kita sekalian, sehingga kita masih mendapatkan kesempatan hadir ditempat ini untuk menunaikan salat jamaah id.

 

Pada hari yang fitri ini marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan dan introspeksi diri agar kualitas hidup kita dimasa mendatang menjadi lebih baik, baik hubungan kita sesama manusia maupun hubungan kita kepada Allah SWT.

 

Pada hari yang fitri ini secara serentak umat Islam telah merayakan kemenangan dari hasil perjuangan selama satu bulan penuh menunaikan ibadah puasa dalam rangka melaksanakan kewajiban dari Allah SWT. Selama satu bulan penuh umat Islam telah menjalani training terhadap dua aspek penting yaitu aspek mental maupun fisik. Aspek mental agar pribadi muslim dapat terbina dengan mapan, kuat, serta tidak tergoyahkan dari hal-hal yang tidak melalaikan umat Islam, aspek fisik agar pribadi muslim dapat terjaga kesehatannya dari berbagai gangguan penyakit, namun semua ini hanya untuk meraih derajat kemuliaan yaitu taqwallah, ketaqwaan kepada Allah SWT. Inilah mutiara yang sangat berharga dan mulia yang harus diraih oleh umat Islam. Sebab Allah SWT telah berfirman;

 

أن أكرمكم عند الله اتقكم – ١٣

 

Artinya: “sesungguhnya orang yang paling mulai disisi Allah SWT ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.” (QS: Al-Hujurat: 13).

Karena taqwallah itulah sebagai kunci keberhasilan dan kesuksesan bagi umat Islam disegala aspek kehidupan.

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu,

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,

 

Pada hari Jumat 19 Ramadan 1437 H / 24 Juni 2016 M yang baru lalu, adalah hari ulang tahun agama dan peradaban Islam yang ke-1450 menurut perhitungan tahun kamariah. Hari tersebut adalah hari lahirnya agama dan peradaban Islam 1450 tahun kamariah yang lalu ketika pertama kali al-Quran diwahyukan dan Muhammad saw ditahbiskan menjadi rasul.

 

Sedikit tentu kita bertanya kapankah persisnya wahyu pertama itu diturunkan dan bagaimana metode yang dipakai dalam penyelidikan? Pendekatannya didasarkan kepada pendekatan bayani-kum-burhani. Untuk itu digunakan data-data riwayat (ayat, hadis dan tarikh) yang merupakan data bayani dan data astronomis yang merupakan data burhani. Analisis dilakukan dengan cara konfirmasi silang antara data bayani dan data burhani.

 

Dari sejumlah data bayani ditemukan fakta sebagai berikut:

 

  1. Bahwa wahyu pertama kali diterima oleh Nabi saw adalah pada hari Senin. Hal ini dinyatakan dalam sejumlah riwayat hadis, antara lain hadis,

عَنْ أَبِى قَتَادَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَىَّ

(رواه أحمد واللفط له ومسلم وأبوداود)

 

Dari Abū Qatādah [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Rasulullah saw pernah ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau menjawab: Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari wahyu [pertama] diturunkan kepadaku [HR Aḥmad, Muslim, dan Abū Dāwūd. Lafal hadis adalah lafal Aḥmad].

 

2. Bahwa wahyu pertama diturunkan itu adalah di malam hari. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi” [Q. 44: 2]. Malam diturunkannya al-Quran pertama itu disebut Malam Qadar (Malam Kemuliaan). Ini ditegaskan dalam firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada Malam Qadar [Q. 97: 1]. Jadi al-Quran diturunkan pertama kali adalah pada malam Senin.

 

3. Bahwa wahyu al-Quran pertama kali diturunkan itu adalah di bulan Ramadan. Hal ini didasarkan kepada penegasan al-Quran sendiri dalam surat al-Baqarah ayat 185, “(Hari-hari tertentu itu adalah) bulan Ramadan yang padanya al-Quran diturunkan …” [Q. 2: 185].

 

Hanya saja tidak ada keterangan yang tegas pada tanggal berapaal-Quran itu diturunkan di bulan Ramadan. Tetapi terdapat dua data yang dapat memberikan gambaran awal sebagai berikut,

 

  • Bahwa al-Quran diturunkan pada hari yang disebut Hari Pemisahan, yaitu hari terjadinya kontak senjata antara dua pasukan. Hal ini disebutkan dalam al-Quran sendiri, “… … … dan apa yang Kami turunkan (al-Quran) kepada hamba Kami pada Hari Pemisahan, yaitu hari bertemunya dua pasukan” [Q. 8: 41].

 

  • Data sejumlah riwayat hadis menyebutkan bahwa Hari Pemisahan, yang merupakan hari bertemunya dua pasukan itu, adalah hari terjadinya Perang Badar. Ini disebutkan antara lain dalam riwayat al-Ḥākim,

 

عَنِ اْبنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُماَ فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ “إن كنتم آمنتم بالله وما أنزلنا على عبدنا
 يوم الفرقان” يعني بالفرقان يَوْمَ بَدْرٍ يَوْمَ فَرَقَ الله بَيْنَ الْحَقِّ وَاْلباَطِلِ – رواه الحاكم

 

Dari Ibn ‘Abbās r.a. mengenai firman Allah “dan apa yang Kami turunkan (al-Quran) kepada hamba Kami pada Hari Pemisahan, yaitu hari bertemunya dua pasukan” [diriwayatkan bahwa] yang dimaksud dengan Hari Pemisahan  adalah hari Perang Badar, yang merupakan hari Allah memisahkan antara yang hak dan yang batil [HR al-Ḥākim. Ia dan aż-Żahabī menyatakannya sahih].

 

Berdasarkan hadis di atas dan sejumlah riwayat lainnya para ahli tafsir menafsirkan Hari Pemisahan, yaitu hari bertemunya dua pasukan itu, sebagai hari (tanggal) terjadinya Perang Badar. Demikian ditegaskan oleh aṭ-Ṭabarī, Ibn Kaṡīr, al-Qurṭubī dan beberapa ahli tafsir lainnya yang menyebutkan tanggal yang berbeda antara lain 17, 18, 19, 21 dan 24 Ramadan. Dengan demikian al-Quran turun pertama kali pada malam Senin di bulan Ramadan pada tanggal yang sama dengan tanggal terjadinya Perang Badar.

 

Begitu pula lama Nabi SAW tinggal di Makkah sejak wahyu pertama diturunkan ini merupakan awal pelacakan tahun pertama kali diturunkan Al-Qur’an. Hal ini terdapat tiga versi riwayat yang sama-sama riwayat hadis sahih, yaitu,

 

  • Riwayat yang menegaskan 10 tahun. Ini terdapat dalam hadis Anas Ibn Mālik,

 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قال كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم … … … بَعَثَهُ اللَّهُ عَلَى رَأْسِ أَرْبَعِينَ سَنَةً فَأَقَامَ بِمَكَّةَ
 عَشْرَ سِنِينَ وَبِالْمَدِينَةِ عَشْرَ سِنِينَ – رواه البخاري ومسلم

 

Dari Anas Ibn Mālik [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Adalah Rasulullah saw … … … diutus oleh Allah ketika berusia 40 tahun dan beliau tinggal di Mekah 10 tahun dan di Madinah 10 tahun [HR al-Bukhārī dan Muslim].

 

  • Riwayat yang menyatakan 13 tahun. Ini terdapat dalam beberapa hadis, antara lain,

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما قَالَ بُعِثَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لأَرْبَعِينَ سَنَةً ، فَمَكُثَ بِمَكَّةَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ سَنَةً يُوحَى إِلَيْهِ (رواه البخاري ومسلم

 

Dari Ibn ‘Abbās [diriwayatkan bahwa] beliau berkata: Rasulullah saw diutus (menjadi Nabi saw) ketika berusia 40 tahun, dan beliau berada di Mekah selama 13 tahun menerima wahyu [HR al-Bukhārī dan Muslim].

 

  • Riwayat yang menyatakan 15 tahun. Ini terdapat dalam hadis,

 

عَنْ عَمَّارِ بْنِ أَبِى عَمَّارٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِمَكَّةَ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً – رواه مسلم

 

Dari ‘Ammār, dari Ibn ‘Abbās [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Rasulullah saw bermukim di Mekah 15 tahun [HR Muslim]. Maksudnya Rasulullah saw bermukim di Mekah 15 tahun sejak menerima wahyu pertama hingga hijrah ke Madinah.

 

Para ulama menegaskan bahwa riwayat 13 tahun lebih sahih. Ibn Kaṡīr menyatakan bahwa riwayat yang paling masyhur adalah yang menyatakan 13 tahun. Ibn Ḥajar menyatakan bahwa riwayat 13 tahun (riwayat kedua) lebih sahih dari riwayat 10 tahun (riwayat pertama) dan riwayat 15 tahun (riwayat ketiga). An-Nawawī dan al-Mubārakfūrī menegaskan, “Pendapat yang benar adalah 13 tahun.”Itu berarti bahwa beliau menerima wahyu pertama hingga berhijrah ke Madinah adalah tahun 14 SH. Aṭ-Ṭabarī menyatakan bahwa Nabi saw berada di Mekah selama 13 tahun penuh lebih beberapa bulan tepatnya selama 13 tahun 5 bulan 22 hari. Sehingga beliau berhijrah pada tahun ke-14 dari kenabiannya. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa wahyu al-Quran pertama diturunkan kepada Nabi saw adalah pada malam Senin 19 Ramadan tahun 14 SH yang bertepatan dengan tanggal 25 Agustus 609 M.

 

Ijtima atau konjungsi jelang Ramadan tahun 14 SH terjadi pada hari Selasa, 05 Agustus 609 M pukul 14:30:41 Waktu Mekah. Tinggi toposentrik titik pusat bulan saat itu adalah 02º 06’ 03” dan elongasi toposentrik +04° 01′ 44″. Posisi geometris seperti ini menurut kriteria mana pun (kesepakatan Istanbul 1978) belum memungkinkan hilal untuk terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu tanggal 1 Ramadan tahun 14 SH jatuh pada hari Kamis 07 Agustus 609 M. Tanggal 17 Ramadan tahun 14 SH jatuh pada hari Sabtu, 23 Agustus 609 M. Tanggal 19 Ramadan 14 SH jatuh pada hari Senin, 25 Agustus 609 M. Dengan ini, data astronomi mengkonfirmasi riwayat yang menyatakan bahwa Perang Badar terjadi tanggal 19 Ramadan dan dengan demikian al-Quran diwahyukan pertama kali yang menandai lahirnya peradaban Islam adalah pada hari Senin 19 Ramadan tahun 14 SH. Jadi riwayat yang menyatakan bahwa Perang Badar dan wahyu pertama diturunkan terjadi pada tanggal 17 Ramadan tidak terkonfirmasi oleh data astronomi karena menurut data astronomi tanggal 17 Ramadan tahun 14 SH adalah hari Sabtu, sementara Nabi saw menerima wahyu pertama adalah hari Senin. Dengan menghitung sejak hari Senin tanggal 19 Ramadan tahun 14 SH, maka usia peradaban Islam pada hari Kamis, 18 Ramadan 1437 H baru lalu, genap mencapai usia 1450 tahun kamariah dan hari Jumat, 19 Ramadan 1437 H adalah hari ulang tahunnya yang ke-1450.

 

Melihat sejarah di atas, terkait adanya fungsi ‘ubudiah Ramadan adalah momen penting dalam rangka menggugah semangat kebangkitan beragama dan peradaban Islam untuk pembentukan dan pembinaan pribadi muslim menjadi umat pilihan yang sanggup dan mampu beramal serta berjuang untuk tercapainya cita-cita Islam dan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat dan pribadi-pribadi muslim yang taqwa sehingga terwujud baldatunthoyyibatunwarabbunghafur, masyarakat yang beradab, makmur yang penuh rahmat dan ampunan Allah SWT serta menjadi umat yang sanggup bangkit dari keterpurukan moral bangsa menuju bangsa yang berkemajuan dan beradab. Oleh sebab itu tujuan diutusnya Nabi SAW tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak dan budi pekerti yang mulia dan terpuji.

 

انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق

 

“Sesungguhnya aku diutus agar supaya untuk menyempurnakan akhlak

 

Salah satu tugas kenabian Rasulullah SAW adalah membentuk insan manusia kamil yang bijak dan bermartabat sebagai fungsi makhluk yang berakal, dengan memberikan tauladan yang baik dimata Allah dan manusia.

 

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu,

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,

 

Rasulullah Muhammad SAW, pernah mengatakan kepada para sahabat bahwa umatku yang masuk surga itu 1:1000 orang, artinya setiap seribu manusia hanya satu orang yang masuk surga Allah SWT, seperti itu gambaran sulitnya masuk surga. Pertanyaannya, siapa satu orang di antara seribu itu? Terkadang kita merasa bangga dan puas terhadap amaliah kita sehari-hari. Bahkan kita merasa paling benar dan paling banyak amaliahnya. Namun sesungguhnya itu tanda sedikitnya amaliah kita, Allah SWT berfirman:

 

قل هل ننبئكم بالاحسرين اعمالا -١٠٣
الذين ضل سعيهم فى الحياة الدنيا وهم يحسبون انهم يحسنون صنعا -١٠٤

 

Artinya: Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling rugi perbuatannya.” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al-Kahfi: 103-104).

 

Tatkala manusia menganggap dirinya benar dan bersih dari kesalahan dan dosa, justru itulah manusia yang paling bersalah dan banyak dosa. Manusia tersebut telah terbius dan tergoda dengan bisikan syaithan yang sangat halus hingga tidak terasa dan terlena. Dunia yang semakin tua ini semakin banyak problem di atasnya, apa yang di atasnya itu, yakni manusia yang tengah beraksi dalam menempuh kehidupannya itu. Baik itu dalam aspek sosial, budaya, politik, ekonomi dan keagamaan. Kehidupan yang semakin banyak masalah disebabkan telah ditumpangi banyak kepentingan umat manusia sehingga lalai atas tugas dan kewajiban sebagai umat beragama yang seharusnya, bagi umat Islam lalai terhadap tugas dan kewajiban sebagai seorang muslim. Semua persoalan duniawi telah diperjuangkan dengan mati-matian seolah kehidupan dunia itu adalah tujuan utama. Padahal, kehidupan dunia ini hanya sebatas umur manusia tersebut yang sangat terbatas dan tidak kekal.

 

Setting sosial yang dipengaruhi oleh gejolak moral/ahlak manusia yang jauh dari moral Islam, sehingga kebanyakan umat Islam prilakunya bukan lagi Islam, akan tetapi prilaku jahiliah, indikatornya adalah banyak kedhaliman merajalela, berkata kepada saudara muslim tidak lagi menyejukkan, fitnah mengfitnah tidak lagi dianggap dosa, penganiayaan, pembunuhan, pencurian, korupsi terhadap uang rakyat dianggap tidak ada hukuman dari Allah, perzinaan sudah menjadi trend masyarakatsebagai fantasi dan hiburan setiap pergantian tahun baru,kesenjangan sosial menganga, orang kaya serba kecukupan sudah lupa dengan tetangga yang miskin dan serba kekurangan, sementara perjudian, narkoba, mabuk mabukan sebagai hiasan di kalangan masyarakat kita baik tingkat bawah maupun tingkat artis dan pejabat, dan masih banyak lagi fenomena kemungkaran yang ada di tengah-tengah negeri ini.

 

Fenomena kemungkaran di atas tampaknya sebuah prilaku yang mudah untuk dihapus dengan waktu yang singkat tanpa proses taubatan nasukha, cukup mendatangi majelis-majelis dzikir yang ada dengan acara doa dan tangisan, namun doa dan tangisan itu hanya sekedar polesan yang semu.Doa dan tangisan tidak cukup mengatasi problem dan prilaku bejat manusia tanpa ada pembinaan dan kajian Islam yang kontinyu (istimrar), seperti halnya Rasulullah membina para sahabatnya.

 

Kita dapat melihat sejarah kemenangan Islam saat diperjuangkan oleh Rasulullah SAW ketika fathul Makkah tahun 630 M atau sekitar tahun ke 6 H yang dimulai perjanjian Hudaibiyah yang telah dilanggar oleh kaum Quraisy, namun dengan pasukan 10000 tentara, umat Islam telah dapat menaklukkan Makkah dan memenangkannya. Ini sebuah tonggak penting bagi kaum muslimin untuk menggugah ghirah perjuangan Islam sekarang ini dan telah membuka kran terhadap perjuangan Islam untuk mengontrol aspek kehidupan tersebut agar dapat aman, nyaman, bermoral Islam dan terlebih lagi toleransi antar umat manusia.

 

Kita dapat melihat sejarah ketika perjanjian Hudabiyah saat itu Kaum Quraisy mengutus Suhail bin Amru, dalam pertemuan tersebut Suhail membacakan syarat-syarat perjanjian secara panjang lebar sebagaimana diamanatkan pihak Quraisy. Akhirnya perjanjian tersebut disepakati kedua belah pihak dengan mengutus Ali bin Abi Thalib untuk mengutus supaya menulis hasil kesepakatan itu dengan dimulai menuliskan lafadh; “bismilllahirrahmanirrahim, inilah kesepakatan yang disetujui oleh Muhammad Rasulullah dan Suhail bin Amr”, mendengar apa yang ditulis itu, Suhail angkat bicara dengan mengatakan “stop”; “Seandainya aku percaya bahwa Muhammad itu Rasulullah maka aku akan mengikutinya, karena aku tidak percaya maka tolong hapus kata Rasulullah.

 

Melihat perkataan antara Suhail dan Ali, Nabi tersenyum, lalu beliau memanggil Ali bin Abi Thalib untuk menghapus kata Rasulullah itu, namun ternyata Ali menolak dan mengatakan: “Karena aku percaya bahwa engkau Rasulullah maka aku tidak akan menghapus kalimat itu, maka Rasulullah SAW dengan tersenyum menyuruh untuk menunjukkan kepada Ali dimana kalimat Rasulullah itu,maka Ali menunjukkan kepada Rasulullah isi perjanjian tersebut, pada akhirnya Rasulullah mengangkat tangannya dan menghapuskan kata “Rasulullah” yang diinginkan oleh Suhail. Inilah Rasulullah menunjukkan toleransinya demi melancarkan kesuksesan kepentingan umat Islam.

 

Salah satu bentuk toleransi umat Islam zaman modern ini adalah dengan menjaga kenyamanan dan keamanan umat beragama dengan tidak meninggalkan substansi agama Islam, dengan menunjukkan kearifan akhlak umat Islam didepan umat yang lain.

 

 

Jama’ah kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah

 

Demikianlah khutbah idul fitri pada pagi hari ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan kita akhiri khutbah id ini dengan berdo’a kepada Allah SWT secara khusuk dan penuh tawadduk merendahkan diri di hadapan-Nya.

الحمد لله حمدا يوافى نعمه ويكفئ مزيده، ربنا لك الحمد كما ينبغى لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطنك، اللهم صل وسلم على رسولك وعلى نبيك محمد الطاهروعلى اله الطيبين واصحابه المتقين
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات انك سميع قريب مجيب الدعوات
اللهم ربنا افرغ علينا صبرا وثبت اقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين
اللهم اصلح لنا ديننا الذي هو عصمة امرنا، واصلح لنا دنيانا التى فيها معاشنا واصلح لنا اخرتنا التى اليها معادنا واجعل الحياة زيادة لنا فى كل خير واجعل الموت راحة لنا من كل شر.
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار. سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين، والحمد لله رب العالمين.

 

 

 

 

 

 

banner 468x60