Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya naik al-kalimu at-thayibu dan amal shaleh yang dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur (Qs. Faathir/35: 10)
Di antara adab berbicara bagi seorang muslim adalah menjaga agar yang keluar dari lisannya adalah al kalimu at thayyibu yang dengannya manusia mendapatkan pahala di sisi Allah.
Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Kalimat thayyibah adalah sedekah, dan setiap langkah yang dijalankan menuju shalat atau masjid adalah sedekah.” (HR Ahmad, dari Abu Hurairah)
“Barangsiapa di antara kalian bisa menjaga diri dari api neraka, hendaklah ia bersedekah meskipun dengan setengah biji kurma. Dan barangsiapa tidak mendapatkan, hendaklah ia mengucapkan kalimat thayyibah.” (HR Ahmad, dari Abdi bin Hatim)
“Tidak ada thiyarah tapi yang baik dari itu adalah al-fa`lu (rasa optimis).” Maka ditanyakan; “Wahai Rasulullah, apa itu al-fa`lu?” beliau bersabda: ” (Yaitu) kalimah thayyibah yang salah satu dari kalian telah mendengarnya.”
Orang beriman dan beramal saleh yang akan dimasukkan ke surga diberi petunjuk dengan kata-kata yang thayyib dan jalan yang terpuji (Qs. Al-Hajj/22: 23-24).
Pengertian Kalimat Thayyibah
Al-kalimu ( الْكَلِمُ) adalah bentuk jamak dari kalimah (الْكَلِمَة ) yang berarti kata-kata atau kalimat. Sedangkan at-thayibu (الطَّيِّبُ ) berarti baik, menjelaskan sifat dari kata-kata tersebut. Menurut kamus Lisan al-arab Pengertian kata at-thayyib juga bergantung dari kata-kata yang disifatinya. Ardhun thayyibah berarti tanah subur untuk tumbuhan. Riihun thayyibun berarti angin sepoi-sepoi, tidak kencang. Thukmatun thayyibah berarti makanan halal. Baldatun thayyibah berarti negeri yang aman banyak kebaikannya. Kalimah thayyibah berarti perkataan yang baik. Dengan kata lain at-thayyibu mensifati segala bentuk kebaikan untuk setiap kata yang digunakan.
Dalam al Qur’an kata at Thayyib sering digunakan sebagai lawan kata dari al khabits yang berarti buruk, seperti yang terdapat dalam ayat-ayat berikut (terjemahan):
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu yang sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang al-khabits (yang buruk/munafik) dari at-thayyib (yang baik/mukmin) [Qs. Ali Imran/3: 179]. Janganlah kamu sekalian menukar al-khabits (yang buruk) dengan at-thayyib (yang baik) [Qs. An-Nisa/4: 2]. Katakanlah:”Tidak sama al-khabits (yang buruk)dengan at-thayyib (yang baik), meskipun kebanyakan yang buruk itu membuat engkau takjub, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapatkan keberuntungan (Qs. Al-Maidah/5: 100). Orang-orang yang mengikuti nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka berbuat makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka at thayyibat (segala yang baik) dan mengharamkan bagi mereka al khabaits (segala yang buruk) [Qs. Al-A’raf/7: 157].
Al kalimu thayyibu adalah kata-kata yang baik dalam pandangan Islam yang intinya adalah kalimat tauhid:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”
Kalimat Thayyibah Paling Utama
Semua jenis kata-kata yang membawa kepada tauhid, pujian dan penghambaan diri kepada Allah, seruan kepada kebajikan dan amal shaleh, mencegah dari kemungkaran dan kata-kata yang merupakan manifestasi keimanan seseorang kepada Allah adalah kalimah thayyibah.
Di antara sekian banyak kalimat thayyibah, menurut Rasulullah Saw 4 kalimat thayyibah paling utama :
عَنْ هِلَالِ بْنِ يَسَافٍ عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرْبَعٌ أَفْضَلُ الْكَلَامِ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Dari Hilal bin Yasaf dari Samurah bin Jundab dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Kalimat yang paling utama itu ada empat, tidak akan membahayakan bagimu dengan mana saja kamu memulainya, yaitu; Subhanallah (Maha suci Allah), Al Hamdulillah (segala puji bagi Allah), Laa ilaaha illallah (tidak ada ilah kecuali Allah), dan Allahu akbar (Allah Maha besar).” (HR Ibnu Majah)
Siapapun yang senang mengucapkannya dengan ikhlas akan diganjar Allah dengan: menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daunnya (HR Ibnu Majah, dari Abu Darda’), diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan (HR Ahmad), dikabulkan do’a-do’anya (HR Nasa’i), setiap bacaan akan menumbuhkan satu pohon di surga baginya (HR Ibnu Majah).
1. Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ )
Adalah kalimat tasbih yang artinya mahasuci Allah. Tasbih dilakukan oleh guntur dan para malaikat; burung-burung; gunung-gunung; apa-apa yang ada di langit dan bumi; tujuh langit dan bumi dan siapa-siapa yang berada di dalamnya. Manusia yang beriman dan mencintai Allah dan Rasul-Nya suka bertasbih. [Qs 13: 13, Qs 24: 41, Qs 38: 18, Qs 57: 1, Qs 17: 44].
Allah memerintahkan kita bertasbih dengan memuji-Nya sebelum matahari terbit dan tenggelam, pada malam hari, pada siang hari; ketika bangun; ketika selesai sujud; saat terbenam bintang-bintang (fajar). [Qs 20: 130, Qs 52: 48, Qs 50: 40, Qs 52: 49]
Disamping sebagai wirid sehari-hari, subhanallah menjadi bagian percakapan sehari-hari antara lain ketika:
Mendengar sesuatu yang mengguncang hati
Ketika Rasulullah memikirkan tentang fitnah terhadap isteri beliau, malam-malam beliau terbangun dan berkata: “Subhanallah, perbendaharaan apa lagi yang Allah turunkan? Dan fitnah apa lagi yang Allah turunkan?” {HR Bukhari)
Menyampaikan penolakan
Ketika Ummu Rubayi meminta Rasulullah tidak menjatuhkan hukuman qishash kepada seseorang, jawaban Rasulullah adalah: “Subhanallah wahai Ummu Rabayi, bukankah hukuman qishash itu sudah merupakan ketentuan dari Allah?” (HR Muslim)
Meluruskan sesuatu yang tidak tepat
Rasulullah Saw pernah menjenguk seorang laki-laki muslim yang sedang sakit parah sampai kurus dan lemah seperti seekor burung kecil. Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya: “Apakah kamu pernah berdoa ataupun memohon sesuatu kepada Allah?” Sahabat tersebut menjawab; ‘Ya, saya pernah berdoa; ‘Ya Allah ya Tuhanku, apa yang akan Engkau siksakan kepadaku di akhirat kelak, maka segerakanlah siksa tersebut di dunia ini! Mendengar pengakuannya itu, Rasulullah pun berkata: ‘Subhanallah, mengapa kamu berdoa seperti itu. Tentu kamu tidak akan tahan. Mengapa kamu tidak berdoa: “Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka.” (HR Muslim)
Dari Aisyah bahwa ia berkata: Kami bertalbiyah untuk melakukan haji, hingga setelah Kami berada di Saraf aku mengalami haid. Kemudian Rasulullah Saw menemuiku sementara aku sedang dalam keadaan menangis. Lalu beliau berkata: “Apa yang menyebabkanmu menangis wahai Aisyah?” Aku katakan; aku telah mengalami haid, padahal aku belum selesai melakukan haji. Kemudian beliau bersabda: “Subhanallah, sesungguhnya hal tersebut adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan pada anak-anak wanita Adam.” Kemudian beliau bersabda: “Lakukanlah seluruh ibadah haji, hanya saja janganlah engkau melakukan thawaf di Ka’bah.” (HR Abu Daud)
Suatu saat Abu Hurairah duduk bersama Rasulullah Saw dalam keadaan junub. Ia pulang meninggalkan beliau untuk mandi besar, kemudian balik mendatangi beliau dan ternyata beliau masih dalam keadaan duduk seperti semula. Beliau bertanya: “Dari mana kamu?” Aku menjawab: “Sebenarnya saat pertama kali engkau bertemu denganku tadi aku dalam keadaan junub, dan aku merasa segan bila duduk di dekatmu dalam keadaan junub, hingga aku memaksakan pulang untuk mandi janabat.” Maka beliau berkata: “Subhanallah, sesungguhnya seorang mukmin itu tidak najis.” (HR Ahmad)
2. Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ )
Alhamdulillah adalah kalimat pujian kepada Allah sebagai tanda mensyukuri nikmat karunia-Nya. Allah memerintahkan kita mengucapkan Alhamdulillah di waktu pagi dan petang; sebelum matahari terbit, sebelum tenggelam (maghrib), di malam hari dan selesai sujud; pada waktu bangun berdiri pada saat selamat dari orang zalim; mendapatkan kelebihan dibandingkan orang lain; dihilangkan dari duka cita; [Qs 40: 55, Qs 50: 39, Qs 52: 48, Qs 23: 28,
Qs 27: 15, Qs 35: 34].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menyempurnakan wudlu adalah separuh dari iman, kalimat Alhamdulillah mengisi -penuh- timbangan, tasbih dan takbir mengisi -penuh- langit dan bumi (HR Nasa’i). Sesungguhnya Allah sangat suka orang yang mengucapkan alhamdulillah setelah makan minum (HR Muslim). Rasulullah memerintahkan kita mengucapkannya ketika bersin. (HR Ibnu Majah)
Disamping sebagai dzikir dan do’a, Alhamdulillah digunakan juga sebagai bagian pembicaraan kita, sebagaimana contoh-contoh berikut: Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang bagaimana keadaan Rasulullah setelah ia keluar menjenguk beliau menjawab; “Alhamdulillah, beliau semakin baik”. (HR Bukhari)
Uqbah bin Amir mendengar hadits Rasulullah ketika bersama beliau dalam perang tabuk: “Barangsiapa yang bangun dan matahari sudah mulai berlalu, lalu ia berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian ia shalat dua rakaat, ia keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat ia dilahirkan ibunya”. ‘Uqbah berkata: Alhamdulillah yang menganugerahkan kepadaku mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR Darimi)
Mari kita hiasi pembicaraan yang kita lakukan dengan kalimat Alhamdulillah, setiap menerima kebaikan dari orang lain, mendengarkan cerita kebaikan, mendengar sahabat atau saudara mendapatkan kebaikan, setiap menerima nikmat Allah, dan setiap mengabarkan tentang kebaikan. Demikian pula setiap selesai menjalankan kegiatan-kegiatan yang baik.
Membiasakan mengucapkan Alhamdulillah dengan tulus mengundang nikmat Allah yang lebih besar menghampiri kita, sebagaimana janji-Nya: “Bila kamu sekalian bersyukur, sungguh akan Aku tambah nikmat-Ku. Tetapi bila kamu sekalian kufur, ketahuilah bahwa adzab-Ku amatlah pedihnya. (Qs. Ibrahim/14: 7)
3. Laa ilaaha illallah (لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ )
Laa ilaaha illallah adalah kalimat tauhid yang merupakan dzikir terbaik (HR Nasa’I dan Ibnu Majah). Artinya: tidak ada ilah kecuali Allah. Bersaksi bahwa laa ilaaha illallah adalah persyaratan menjadi muslim. Allah mempersaksikan bahwa tidak ada ilah kecuali Dia, demikian pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu (Qs. Ali Imran/3: 18). Merupakan kalimat yang menjadi cabang iman yang paling utama (HR Ahmad).
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah. Jika mereka mengucapkannya kemudian mendirikan shalat seperti shalat kita, menghadap ke kiblat kita dan menyembelih seperti cara kita menyembelih, maka darah dan harta mereka haram (suci) bagi kita kecuali dengan hak Islam dan perhitungannya ada pada Allah.” (HR Bukhari)
Disamping sebagai dzikir dan do’a Rasulullah Saw, beliau juga mengucapkan dalam berbagai pembicaraan, antara lain: Pernah Nabi Saw datang kepada sahabat-sahabat beliau dengan gemetar sambil berkata: “Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang telah dekat, hari ini telah dibuka benteng Ya’juj dan Ma’juj seperti ini”. Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. (HR Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tuntunlah orang yang sedang berada di penghujung ajalnya agar membaca (kalimat), ‘Laa ilaaha illallah.'” (HR Muslim)
Orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa’at Rasulullah pada hari kiamat adalah yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara ikhlas dari hatinya (HR Bukhari). Setiap kita melafalkannya iman kita terbarukan (HR Ahmad dan Tabrani).
4. Allahu Akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)
Takbir adalah kalimat pengagungan Allah. Allah Tuhan yang tidak mempunyai anak, tanpa sekutu dalam kerajaan-Nya, dan tanpa penolong memerintahkan kita mengagungkan-Nya dengan bertakbir, atas petunjuk yang Dia diberikan. (Qs 17: 111, Qs 22: 37)
Disamping sebagai bagian dari dzikir dan do’a, takbir menjadi bagian dari ucapan-ucapan orang yang beriman, antara lain sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyerang penduduk Khaibar pada pagi buta, yang ketika itu mereka (penduduk Khaibar) sedang berangkat untuk berladang dengan membawa sekop-sekop mereka. Tatkala melihat beliau, mereka berkata: “Awas, ada Muhammad dan pasukannya”. Lalu mereka berlari berlindung di baik benteng. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tangannya seraya bertakbir: “Allahu Akbar, hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut” (Qs. ash-Shaffaat/ 177). [HR Bukhari]
Rasulullah ketika mendengar laporan Ibnu Mas’ud bahwa ia telah membunuh Abu Jahal, beliau bersabda: “Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah membenarkan janjiNya, menolong hambaNya dan menghancurkan pasukan sendirian. Mari tunjukkan kepadaku.” Maka kami pun pergi mencarinya, ketika mendapatkannya beliau bersabda: “Ia adalah Fir’aun umat ini.” (HR Ahmad)
“Rasulullah Saw apabila melihat hilal beliau berkata: “Allahu Akbar! Ya Allah, nampakkan hilal kepada kami dengan aman, iman, keselamatan, Islam dan taufiq untuk melakukan apa yang dicintai dan diridlai Tuhan kami. Tuhan kami dan Tuhan kalian adalah Allah.” (HR Darimi)
Ketika Anas bin Malik melaporkan bahwa Ummu Sulaim telah melahirkan, Rasulullah Saw bersabda: , “Allahu Akbar, apa anaknya?”, (HR ahmad)
Ketika beberapa orang bersaksi kepada Usman bin Affan tentang beberapa kebaikannya, ia berkata: “Allahu Akbar, demi Rabb pemilik Ka’bah mereka telah bersaksi bahwa saya adalah seorang syahid.” (HR Tirmidzi)
Dari Ghudlaif bin Al Harits dia berkata; Saya pernah bertanya kepada Aisyah; Apakah kamu melihat Rasulullah Saw mandi janabah pada awal malam atau akhir malam? Dia menjawab; Terkadang beliau mandi di awal malam dan terkadang beliau mandi di akhir malam! Saya berkata; Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan perkara ini mudah. (HR Abu Daud)
Amru bin Abasah pernah mengingatkan Mu’awiyah ketika akan menyerang Romawi dalam masa perjanjian dengan berteriak dari atas kuda: “Allahu Akbar, hendaklah kalian penuhi perjanjian dan jangan berlaku curang.” Ia mengingatkan sabda Rasulullah agar tidak mengkhianati perjanjian dengan suatu kaum hingga habis masanya. (HR Tirmidzi)
Marilah kita latih lisan kita untuk mengucapkan hanya kalimat-kalimat yang thayyibah, yang akan mengantarkan diri kita kepada derajat kemuliaan yang tinggi di dunia dan akhirat. Kalimat thayyibah mengispirasi diri sendiri dan orang lain menuju kesuksesan.
Wallahu a’lam!
Narasumber utama artikel ini:
Agus Sukaca