banner 728x90

Manusia Mantap Tunaikan ZIS

Salam Tabligh #6

 

Manusia terbaik adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

 

Zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) merupakan sebagian dari amal-amal yang memberikan manfaat bagi orang lain. Perintah membayar zakat, berinfak, dan bershadaqah kita dapati bertebaran di dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Allah memerintahkan zakat berdampingan dengan perintah shalat pada 82 tempat dalam al-Qur’an. Ini menunjukkan hubungan erat antara keduanya. Di antaranya Allah berfirman:

“Dan dirikanlah shalat dan berikan zakat” (QS 24 (An-Nur) ayat 56).

“Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mendirikan shalat, menunaikan zakat, beramar makruf nahi mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan” (QS 22 (al-Hajj) ayat 41)

Zakat merupakan salah satu pilar dari 5 pilar utama bangunan Islam, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “ Islam dibangun di atas 5 pilar: persaksian bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, memberikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke baitullah” (HR Muttafaq ‘alaih)

Ketika mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, Rasulullah Saw memerintahkan: “ajarilah mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang miskin di antara mereka ( HR Bukhari).

Zakat Infak Shadaqah adalah ibadah dengan dimensi sosial tinggi yang menjadi solusi bagi pengentasan kemiskinan dan pembiayaan perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Oleh karena itu nilai kemanfaatannya bagi orang lain sangatlah besar.

“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”, demikian sabda Nabi Saw (Kitab Bukhari hadits no 1339). Persoalannya, kebanyakan justru lebih merasa senang ketika menerima. Beberapa kasus berikut ini sebagai bukti:

  • Pembagian zakat sering menimbulkan kerumunan orang banyak. Mereka rela berdesak-desakan berjam-jam sekedar untuk mendapatkan bagian yang jumlahnya tidak seberapa banyak, ada yang sampai pingsan bahkan meninggal. Kenapa mereka melakukan? Apakah karena mereka miskin?
  • Pada saat launching produk handphone merk tertentu dengan harga diskon beberapa waktu lalu, banyak orang rela mengantri, berdesak-desakan, sampai ada korban. Mereka ingin mendapatkan HP dengan harga lebih rendah. Apakah karena mereka miskin?
  • Banyak orang kegirangan ketika menerima sesuatu, tetapi diam atau bahkan cemberut saat diajak berinfaq

Senang menerima tanpa diikuti senang memberi mempersempit rejeki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

  • “Berinfaqlah dan jangan kamu hitung-hitung (pelit) karena nanti Allah akan berhitung kepadamu dan jangan kamu tutup rapat guci tempat menyimpan makanan itu karena nanti Allah akan menutup rejekimu” (Kitab Bukhari hadits no 2402).
  • “Perumpamaan bakhil (orang pelit bershadaqah) dengan munfiq (orang yang suka berinfaq) seperti dua orang yang masing-masing mengenakan baju jubah terbuat dari besi yang hanya menutupi buah dada hingga tulang selangka keduanya. Adapun orang yang suka berinfaq, tidaklah dia berinfaq melainkan bajunya akan melonggar atau menjauh dari kulitnya hingga akhirnya menutupi seluruh badannya sampai kepada ujung kakinya. Sedangkan orang yang bakhil, setiap kali dia tidak mau berinfaq dengan suatu apapun maka baju besinya akan menyempit sehingga menempel ketat pada setiap kulitnya dan ketika dia mencoba untuk melonggarkannya maka dia tidak dapat melonggarkannya” (Kitab Bukhari hadits no1352).
  • “Janganlah kamu berkarung-karung (kamu kumpulkan harta dalam karung lalu kamu kikir untuk menginfaqkannya) sebab Allah akan menyempitkan reziki bagimu dan berinfaqlah dengan ringan sebatas kemampuanmu ” (Kitab Bukhari hadits no 1344).

Orang suka memberi yang diniatkan hanya untuk mencari ridha Allah, pasti diberikan balasan pahala buatnya (Kitab Bukhari hadits no 1213). Bentuk dan jumlahnya bermacam-macam. Bersabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa menginfaqkan hartanya yang utama di jalan Allah, maka baginya tujuh ratus pahala” (Kitab Ahmad hadits no 1598). “Sesungguhnya shalat, puasa dan dzikir akan dilipat gandakan di atas berinfaq di jalan Allah sebanyak tujuh ratus kali lipat” (Kitab Abu Daud hadits no 2137).

Memberi dengan ikhlas karena Allah adalah bentuk kesyukuran kepada-Nya. Allah mempersiapkan tambahan nikmat bagi orang-orang yang bersyukur. Membiasakan memberi berarti membangun sikap keberlimpahan. Orang berkelimpahan adalah orang kaya. Perasaan berkelimpahan adalah fondasi utama orang kaya.

Orang yang bersyukur dengan membiasakan memberi berarti ia sedang memanggil nikmat Allah menghampirinya dan telah memiliki fondasi kuat menjadi kaya.

Anda merasa lebih berbahagia ketika sedang menerima sesuatu atau ketika sedang memberi? Lebih senang memberi adalah mental orang kaya dan sebaliknya adalah mental orang miskin. Bila Anda lebih merasakan kebahagiaan ketika menerima sesuatu (tangan di bawah) dibanding saat memberi, sebenarnya Anda sedang memelihara kemiskinan, terlepas berapapun harta yang Anda miliki.

Allah memerintahkan kita menjadi kaya dengan mewajibkan membayar zakat. Abubakar pada saat menjadi khalifah memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Kebolehan tidak membayar zakat hanya dalam keadaan darurat, yakni ketika tidak mampu. Orang yang tidak mampu menjadi obyek penyaluran zakat dan berhak menerima bagian.

Tentu Anda tidak mau dalam kondisi darurat sepanjang hayat! Artinya, Anda harus berjuang melaksanakan perintah Allah tersebut dengan berusaha menjadi kaya. Siapapun yang bersungguh-sungguh, Allah pasti menunjukkan jalan mencapainya.

Jalan menuju kaya diawali dengan memiliki perasaan senang ketika memberi. Berapapun Anda memberi tidak masalah. Yang penting merasakan kebahagian ketika memberi dan perasaan itu lebih kuat dibanding yang Anda rasakan ketika mendapatkan uang atau harta lainnya.

Berapa anggaran Anda menjadi “tangan di atas”?

Membiasakan tangan di atas perlu anggaran khusus. Tidak mungkin hanya dengan sisa anggaran pemenuhan kebutuhan pribadi dan keluarga. Ketika penghasilan Anda kecil mungkin tidak terpikirkan membeli barang-barang kebutuhan sekunder atau tersier. Seiring meningkatnya penghasilan, kebutuhan pribadi dan keluarga juga semakin meningkat sehingga boleh jadi tidak bersisa. Bahkan ada yang justru berani berhutang untuk memenuhi keinginannya yang memerlukan anggaran lebih besar dari penghasilan.

Cara terbaik adalah menyiapkan pos anggaran khusus! Jumlahnya mengikuti besarnya penghasilan, minimal 2,5 %. Bila dianggarkan lebih besar pasti manfaat yang diperoleh lebih dahsyat. dikeluarkan di depan supaya tidak tergoda menggunakannya untuk keperluan lain.

Jangan menunggu nishab! Bayangkan dalam pikiran bahwa Anda telah menjadi kaya, dan bulan depan Anda akan membayar lebih banyak. Allah pasti menyiapkan jalan untuk mewujudkannya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman: ”Aku bersama persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku… (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Wallahu ‘Alam!

Wassalamu’alaikum wr wb.

Bantul, 14 Rabi’ul Akhir 1433

Agus Sukaca

guskaca@gmail.com

banner 468x60