banner 728x90

Shabar, Shalat, Bertemu Allah

Tafsir Qs. al-Baqarah (2) ayat 45-46

 

 وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ (45) الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (46) – البقرة: 45 – 46

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu, (45). (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (46) [QS. al-Baqarah/2: 45-46].

 

(وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ) wasta’iinuu bish-shabri: Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar. Memohon pertolongan kepada Allah adalah berdoa kepada-Nya yang isinya memohon pertolongan. Berdoa atau memohon pertolongan kepada Allah itu dituntunkan untuk dilakukan dengan sabar dan terus-menerus. Seorang hamba seringkali berdoa dengan keinginan segera dikabulkan, padahal tuntunan mengatakan supaya tidak tergesa dikabulkan.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Abu ‘Ubaid bekas budak Ibnu Azhar dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “(Doa) kalian akan diijabahi selagi tidak terburu-buru, dengan mengatakan; ‘aku telah berdoa, namun tidak kunjung diijabahi” [HR. Bukhari, No. 5865; HR. Muslim, No. 4916 dan 4917; HR. Abu Dawud, No. 1269; HR. Tirmidzi, No. 3309 dan 3532;  HR. Ibnu Majah, No. 3843; HR. Ahmad, No. 8784 dan 9921].

(بِالصَّبْرِ) bish-shabri: dengan sabar. Sabar itu terbagi menjadi tiga, yaitu:

  1. Sabar dalam menaati tuntunan dan aturan Allah ta’ala;
  2. Sabar untuk tidak durhaka, melanggar tuntunan dan aturan Allah ta’ala;
  3. Sabar dalam menerima ketentuan takdir Allah ta’ala.

 Di dalam hadits sahih riwayat Imam Ahmad, Rasulullah bersabda:

وَالصَّلَاةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ

Shalat adalah cahaya (lembut, seperti cahaya rembulan), sedekah adalah bukti, sabar adalah sinar (sinar yang panas, seperti sinar matahari)” [HR. Muslim, No. 328; HR. Ahmad, No. 21834]. Sahih.

Hadits di atas menunjukkan bahwa di dalam sabar itu ada cahaya, tetapi juga ada sesuatu hal yang sulit dan juga ada rasa kepanasan.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا – يونس: 5

 Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya” [QS. Yunus: 5].

(وَالصَّلَاة) wash-shalaah: dan shalat. (وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ) wa innahaa la-kabiiratun: sungguh (shalat dan bisa juga ditambah mohon pertolongan dengan sabar) itu merupakan suatu perkara besar (yang berat). (إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ) illaa ‘ala al-khaasyi’iin: kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

Khusyu artinya keberadaan hati di hadapan Rabb dalam keadaan tunduk dan merendah, dan tenangnya anggota badan (tidak bergerak-gerak) yang dilakukan secara bersamaan. Di antara tanda-tanda khusyu’ ialah jika seorang hamba dihadapkan kepada kebenaran, maka dia menerimanya dan tunduk patuh. Menurut al-Junaid, khusyu’ adalah ketundukan hati kepada Dzat Yang Maha Mengetahui yang gaib. Para ulama sepakat bahwa khusyu’ itu berada di dalam hati, dan hasilnya ada di anggota tubuh atau anggota tubuhlah yang menampakkan khusyu itu.

 

Al-Baqarah Ayat 46

(الَّذِينَ يَظُنُّونَ) alladziina yadhunnuuna: (yaitu) orang-orang yang meyakini. Kata yadhunnuuna di sini berarti meyakini berdasar ilmu yang sangat kuat. Kata dhanna-yadhunnu itu memiliki dua arti, kadang dipakai untuk arti meyakini berdasarkan ilmu yang kuat, dan kadang dipakai juga untuk perkiraan yang asal-asalan. (أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ) annahum mulaaquu Rabbihim: bahwa mereka akan menemui Rabb-nya (Tuhannya). (وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ) wa annahum ilaihi raaji’uun: dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka pelajaran yang dapat kita petik dari QS. al-Baqarah ayat 45-46 adalah sebagai berikut:

  1. Anjuran untuk berdoa, memohon pertolongan kepada Allah ta’ala dengan sabar dan melakukan shalat ketika menghadapi hal-hal yang sulit dan berat.
  2. Keutamaan bersikap khusyu’ dengan menghadirkan hati dalam shalat dan doa, merendahkan diri di hadapan Allah ta’ala, bersikap tenang dan tenteram, dan merasa membutuhkan pertolongan-Nya.
  3. Mengingat kematian dan meyakini akan bertemu berhadapan dengan Allah ta’ala sehingga perlu mempersiapkan diri dengan membawa bekal takwa dan amalan-amalan baik, ridha Allah dan ampunan-Nya.

 

narasumber utama artikel ini:

M. Yusron Asrofi

artikel terkait: Menuju Negara Keabadian – oleh Pak AR Fachruddin.

banner 468x60