Terkait dengan pelajaran ke 3, yakni mengingat kematian dan meyakini akan bertemu berhadapan dengan Allah ta’ala sehingga perlu untuk mempersiapkan diri dengan membawa bekal takwa dan amalan-amalan baik, ridha Allah dan ampunannya, berikut tulisan Pak AR Fachruddin (Ketua Muhammadiyah 1968-1990) terkait hal di atas.
MENUJU NEGARA ‘KEABADIAN’
Rasulullah SAW, adalah utusan Allah, bersabda: “Aturlah, siapkanlah lima perkara sebelum engkau kedatangan lima perkara: 1. Ketika engkau kaya sebelum engkau melarat; 2. Ketika engkau senggang sebelum engkau repot; 3. Ketika engkau sehat sebelum engkau sakit; 4. Ketika engkau muda sebelum engkau tua; dan 5. Ketika engkau hidup sebelum engkau mati.
Ada lagi sabda Nabi Muhammad SAW:
- Berbuatlah sekehendakmu, tetapi ketahuilah bahwa semua perbuatan itu pasti mendapat balasan.
- Cintailah apa saja dan siapa saja. Tetapi ketahuilah bahwa semua yang engkau cintai itu pasti akan berpisah. Entah engkau yang akan meninggalkannya, atau malah engkau yang ditinggalkannya.
Berhubung dengan itu, maka kita tidak perlu takut mati. Yang lebih perlu ialah, mari kita mencari bekal untuk mati berupa amal dan perbuatan baik yang disenangi Allah.
***
Para orang tua kita dahulu mengibaratkan orang hidup di dunia ini ibaratnya orang yang mampir minum dalam suatu perjalanan yang jauh. Kita semua adalah orang yang sedang menempuh perjalanan menuju negara keabadian.
Perjalanan kita masih jauh. Apalagi bila kelak sudah berada di alam keabadian. Di alam akhirat, akan sangat lama sekali. Oleh karena itu, kita perlu waspada.
Di dunia ini kita tidak lama. Waktu yang tidak lama itu harus kita pergunakan sebaik-baiknya. Jangan sampai waktu yang hanya sebentar itu kita sia-siakan. Hanya kita habiskan untuk bersenang-senang tanpa ada maknanya.
Kita mencari kesehatan. Kita mencari kekayaan. Kita mencari kedudukan. Kita mencari kesenangan. Semua itu harus kita usahakan dengan cara yang benar. Jangan sampai tersesat. Sebab kalau sampai tersesat, kita akan celaka untuk selamanya.
Menurut firman Allah dalam al-Qur’an, sudah dinyatakan bahwa semua orang akan mati. Semua yang hidup pasti mati. Semua benda yang wujud asalnya tidak ada, kemudian menjadi ada dan akhirnya rusak.
Menurut keyakinan kita sebagai orang Islam, bumi dengan segala isinya — langit dan semua benda yang tampak seperti matahari, bulan, bintang, kesemuanya asalnya tidak ada. Sekarang ada, dan kelak kalau sudah sampai waktu yang telah ditentukan akan rusak. Tentang apa yang akan terjadi sesudah itu, akal kita tidak mampu memikirkannya. Hal itu kita serahkan sepenuhnya kepada Allah.
Namun demikian, kita yakin bahwa Hari Akhir itu pasti ada. Pasti terjadi. Kapan terjadinya, hanya Allah sendiri yang tahu.
Hari Akhir artinya hari rusaknya semua makhluk. Sedang hari kiamat adalah hari dibangunkannya seluruh ummat manusia yang sudah mati.
Hari Akhir merupakan hari akhirnya semua makhluk hidup di dunia. Langit rusak. Matahari, bulan, bintang semuanya hancur. Lautan meluap, semua gunung meletus. Seluruh ummat manusia yang sudah mati dibangunkan kembali.
Keadaan Hari Akhir nanti serba mengerikan. Semua makhluk —manusia dan binatang — berlari-lari lintang pukang tanpa tujuan. Bingung. Masing-masing mencari keselamatan dirinya sendiri, dan tidak tahu siapa yang bisa menyelamatkannya. (Pak AR Fachruddin)
Medan mahsyar adalah tempat berkumpulnya seluruh ummat manusia. Berapa ratus juta, berapa milyar atau bahkan triliun, semua berkumpul jadi satu. Di mana tempatnya? Allah sendiri yang menciptakan medan mahsyar itu.
Percaya atau tidak, kelak kita semua pasti akan mengalaminya.
***
Nafsi-nafsi artinya sendiri-sendiri. Semua orang hanya memikirkan dan mencari keselamatannya sendiri. Bapak. Ibu, anak — istri, suami, saudara, teman, semuanya lintang pukang tidak memikirkan satu kepada lainnya. Antara satu dengan yang lain tidak ingat lagi. Tidak memikirkan lagi.
Keadaannya memang serba mengerikan. Dari atas terasa panas membakar karena matahari dekat sekali. Tidak ada pelindung sama sekali. Dan dari bawah terasa panas melelehkan. Padahal semua manusia tidak ada yang mengenakan alas kaki. Tanpa sandal, tanpa sepatu, tanpa lembar pakaian apapun.
Semua orang saling bertanya satu sama lain, “Ada apa ini? Di mana kita?” Semua orang bertanya, tetapi tidak ada yang dapat menjawabnya. Nafsi-nafsi, masing-masing sendiri-sendiri.
Kedatangan Hari Kiamat memang mengagetkan. Karena mendadak, serba menakutkan dan mengerikan.
Ketika datang Hari Kiamat atau Hari Akhir, dapatlah dilukiskan demikian. Orang-orang sama meninggalkan unta-untanya yang sedang bunting. Artinya, mereka tidak peduli lagi akan keuntungan besar yang tinggal meraihnya. Wanita-wanita yang sedang mengandung melahirkan bayinya dengan tidak merasa dan terasa. Binatang-binatang buas biasanya berkuasa di hutan, pada saat itu — dalam situasi yang sangat mengerikan — berkumpul menjadi satu. Semua merasa takut, tidak saling memangsa. Orang-orang berlarian kian kemari seperti orang mabuk. Padahal mereka dalam keadaan sadar.
Benar-benar Hari Akhir itu datangnya sangat mendadak dan sangat mengerikan.
(Pak AR, Yogya. Tulisan diambil dari buku Pesan dan Warisan Pak AR, penyunting: Soeparno A. Adhy, penerbit: PT Kedaulatan Rakyat, 1995)