banner 728x90

Kosakata Janji di dalam al-Qur’an

Al-Qur’an menggunakan tiga kata dalam berbicara soal janji, yaitu al-wa’d (الوعد), al-‘Ahd (العهد) dan al-Miitsaaq (الميثاق). Alma’arif di dalam skripsinya di Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Janji di dalam al-Qur’an” mempertanyakan hal-hal berikut:

Siapa yang paling banyak menggunakan kata itu? Bagaimana pemakaian dalam ayat-ayat al-Qur’an? Sampai seberapa penting masing-masing kata itu dipakai dalam al-Qur’an dan seberapa penting kata itu jika dikaitkan dengan boleh dan tidaknya dilanggar? Adakah dari kata itu digunakan sebagai ancaman, apa arti penting masing-masing kata itu dan perbedaan ketiganya?

Selanjutnya Alma’arif menyimpulkan:

Ketika Allah menggunakan kata janji dengan al-wa’d maka janji Allah itu pasti terlaksana atau terjadi dan Allah menggunakan al-wa’d berulang-ulang bahkan sampai menjadi ancaman (al-wa’iid: الوعيد). Ketika Allah menggunakan kata janji dengan al-‘ahd, maka janji Allah juga pasti terjadi hanya saja ada pengecualian seperti janji Allah untuk menjadikan Ibrahim dan keturunannya menjadi pemimpin di muka bumi, namun al-‘ahd itu tidak berlaku bagi orang zalim. Ketika Allah menggunakan kata janji dengan al-miitsaaq maka janji Allah itu juga pasti terjadi yang berisi kepastian datangnya kiamat, namun Allah hanya menggunakannya satu kali.

Al-Wa’d

Al-wa’d adalah janji yang paling banyak digunakan oleh Allah jika dibandingkan dengan kata yang lainnya seperti al-‘ahd dan al-miitsaaq. Dalam hal janji buruk atau ancaman disebut sebanyak 49 kali, janji yang baik sebanyak 26 kali, al-wa’d berupa kepastian datangnya hari kiamat sebanyak 20 kali, dan al-wa’d dari Allah kepada rasul berupa jaminan keselamatan para rasul, kiamat pasti terjadi dan pemberian Taurat kepad Nabi Musa sebanyak lima kali.

Dari sini terlihat bahwa Allah sangat mendominasi penggunaan al-wa’d dalam hal yang amat penting yang menyangkut keselamatan manusia di akhirat sampai al-wa’d terus diulang-ulang. Belum lagi penggunaan al-wa’d oleh para rasul kepada kaumnya yang berupa kepastian datangnya hari kiamat, di mana hal ini juga tentunya dukungan para rasul kepada al-wa’d Allah karena para nabi adalah  utusan-Nya, Sehingga al-wa’d adalah janji yang merupakan keharusan pelaksaannya atau terpenuhinya janji itu.   Al-wa’d adalah janji yang sifatnya amat sangat kuat.

Secara terperinci, ada beberapa subjek yang menggunakan al-wa’d dalam al-Qur’an yaitu Allah, para nabi, setan dan manusia. Adapun penjelasan rincinya sebagai berikut:

Al-wa’d yang digunakan oleh Allah kepada manusia berisi azab Allah terhadap orang-orang yang tidak beriman (kafir dan munafik), kepastian datangnya kiamat  atau kebangkitan, pahala, ampunan dan kenikmatan surga (bagi orang yang beriman dan beramal saleh). Selain yang menyangkut teologis, ada juga Allah menggunakan al-wa’d kepada manusia berisi orang yang beriman akan menjadi pemimpin di muka bumi, orang-orang mukmin akan mengalahkan musuh dalam perang, kemenanangan bangsa Romawi terhadap Persia, penaklukan kota Makkah, pemberian kenikmatan kepada Bani Israil, penghancuran dinding yang dibuat Zulkarnain. Selain al-wa’d yang digunakan Allah kepada manusia, al-wa’d juga digunakan Allah kepada para nabi yaitu al-wa’d berupa dipertemukannya Nabi Musa dengan ibunya, keselamatan para rasul, kiamat pasti terjadi dan pemberian Taurat kepada Nabi Musa.

Al-wa’d yang digunakan oleh para nabi untuk kaumnya yang berisi kepastian datangnya hari kiamat, al-wa’d dari Nabi Hud berupa azab karena tidak beriman, al-wa’d dari nabi Saleh berupa azab karena kaumnya menyembelih unta, al-wa’d dari nabi Nuh kepada kaumnya berupa azab karena kaumnya tidak beriman, al-wa’d dari nabi Musa kepada kaumnya karena kaumnya tidak beriman, al-wa’d dari Nabi Ibrahim kepada ayahnya berupa permohonan ampun untuk ayahnya.

Al-wa’d dari setan kepada manusia berupa ajakan setan dengan menakut-nakuti kemiskinan kepada manusia sehingga manusia harus kikir. Setan juga menjanjikan kepada manusia berupa ajakan memotong telinga hewan untuk dpersembahkan kepada berhala.

Al-wa’d dari manusia kepada manusia yaitu al-wa’d yang digunakan oleh orang zalim berupa ajakan supaya mengikuti mereka. Al-wa’d yang digunakan oleh manusia kepada Allah berupa kalau diberi harta yang banyak maka akan bersedekah dan menjadi orang yang saleh.

Selain itu, al-wa’d juga digunakan dalam perjanjian yang yang dua arah. Al-wa’d antara nabi Musa dengan kaumnya (Fir’aun) yang berisi pertemuan dalam pertandingan sihir dan kesabaran kaum Nabi Musa menunggunya selama 40 malam. Al-wa’d antara Allah dengan Bani Isra’il yang berisi ketaatan dalam bermunajat di sebelah kanan kaki gunung Sinai. Al-wa’d di antara dua pasukan yang berperang berupa kesepakatan penentuan hari perang.

 Al-‘Ahd

Al-‘ahd paling banyak digunakan oleh manusia setelah Allah berjanji banyak kepada manusia dengan menggunakan al-wa’d-Nya. Penggunaan al-‘ahd dari manusia ini dalam hal yang sangat penting karena menyangkut keimanan dan taat kepada rasul, namun demikian tidak sebanyak al-wa’d yang digunakan oleh Allah. Ada juga al-‘ahd yang menyangkut hubungan horizontal. Ketika Allah menggunakan kata al-‘ahd maka sararan pembicaraan lebih banyak kepada para nabi. Hanya sangat sedikit sasarannya kepada manusia (yaitu larangan menyembah setan satu kali, larangan mendekati harta anak yatim, dipakai satu kali dan janji membeli orang mukmin karena berjihad, juga dipakai satu kali) karena sasaran yang menyangkut nasib secara berulang-ulang sudah dilakukan Allah ketika menggunakan al-wa’d. Dari sini diketahui bahwa al-‘ahd adalah janji yang sangat kuat. Tetapi nilai kekuatannya masih di bawah al-wa’d karena kekuatan al-wa’d dapat dilihat dari banyaknya digunakan oleh Allah sampai terus diulang-ulang hingga banyak al-wa’d yang menjadi ancaman karena menyangkut perkara yang amat penting yaitu keselamatan di akhirat.

Makna al-‘ahd dalam al-Qur’an  janji atau perjanjian. Subjek yang menggunakan al-‘ahd dalam al-Qur’an adalah manusia, Allah dan nabi. Al-‘ahd yang digunakan oleh manusia kepada Allah disebut sebanyak 14 kali berupa beriman dan taat kepada Allah dan rasulnya, tidak mundur ke belakang ketika perang, akan bersedekah jika Allah memberikan karunia, kedustaan orang-orang zalim, kewajiban al-‘ahd baik kepada amanusia maupun kepada Allah,

Al-‘ahd yang digunakan oleh Allah disebut sebanyak 10 kali berupa pemberian nikmat kepada Bani Israil, pemberian balasan yang baik jika taat kepada-Nya, pelepasan Bani Israil dari cengkeraman Fir’aun, perintah agar Ibrahim dan Ismail membersihkan rumah-Nya, perintah agar Adam tidak mendekati pohon larangan, Ibrahim dan keturunannya akan menjadi pemimpin bagi umat manusia, larangan mendekati harta anak yatim kecuali yang lebih bermanfaat, larangan menyembah setan, membeli orang-orang yang mukmin jiwa dan harta mereka karena berjuang di jalan Allah.

Selain al-‘ahd dari manusia dan dari Allah, al-‘ahd juga digunakan dalam perjanjian yang dua arah yaitu antara kaum dengan nabinya berupa perjanjian damai antara kaum musyrik dengan nabi Muhammad, Tetap beriman dan setia kepada Nabi Muhammad. Antara kaum dengan Allah berupa taat kepada Allah dan melaksanakan apa yang diwahyukan, bantahan kepada orang kafir dimana mereka beranggapan telah mengadakan perjanjian dengan Allah untuk dibolehkan mengingkari ayat-ayatnya dan diberikan anak-anak.

Al-Miitsaaq

Al-Miitsaaq adalah janji yang kuat yang terikat dengan pasti (al-‘ahdu al-muhkam: العهد المحكم), contoh pemakainnya: Aku mengikat kuat sesuatu yakni aku mengerjakannya dengan teliti, kuat sekali dan terikat, bisa juga sebagai memegang amanah (al-i’timaan: الإئتمان) terhadap titipan. Dalam al-Qur’an, kata al-Miitsaaq yang paling sering muncul adalah tekanan pentingnya membawa amanah di mana segala sesuatu enggan dengan amanah itu kecuali amanah itu pada akhirnya dibawa atau diambil oleh manusia. Di antara amanah itu adalah iman, tauhid kepada Allah, i’tiqad (berkeyakinan dengan ikatan yang kuat) bahwa Allah adalah Maha Awal dan Maha Akhir. Hal yang terkuat dari al-Miitsaaq adalah janji atau perjanjian yang diambil dari para nabi. Ada juga janji yang pertama yang dijanjikan terhadap anak cucu Adam.

 

narasumber utama artikel ini:

M. Yusron Asrofie

banner 468x60