banner 728x90

Yang Sombong Tidak Akan Masuk Surga

Tafsir Surat al-Baqarah: 34

 

 

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ -البقرة/34

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka bersujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan (menolak) dan takabbur (menyombongkan diri) dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” [Q.s. al-Baqarah (2): 34].

 

Kalau ada pertanyaan, mengapa Iblis itu sombong dan menolak perintah Allah? Maka jawabannya, di dalam kesombongan itu ada perasaan dirinya lebih baik, lebih besar, lebih mulia dan lebih hebat. Berikut ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan apa yang membikin Iblis itu sombong.

 

Iblis Merasa Lebih Baik daripada Adam

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (11) قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12) قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ (13) -الأعراف/11-  13

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud (11). Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Menjawab iblis: Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah (12). Allah berfirman: Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (13)” [Q.s. al-A’raaf (7): 11-13].

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا -الإسراء/61

Artinya: “Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu semua kepada Adam, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?” [Q.s. al-Israa’ (17) :61].

(اسْجُدُوا) usjuduu: bersujudlah. Sujud adalah meletakkan dahi dan hidung di atas tanah (lantai atau apa pun yang merupakan dataran paling bawah sejajar dengan letak telapak kaki yang menapak). Terkadang sujud juga diartikan sebagai menundukkan kepala tanpa meletakkannya di atas tanah dengan disertai rasa rendah dan tunduk. (اسْجُدُوا لِآَدَمَ) bersujudlah kepada Adam. Sujud di sini adalah sebagai ungkapan pemuliaan dan pengagungan kepada Adam, sementara peribadatan hanya kepada Allah ta’ala. (فَسَجَدُوا) fa sajaduu: maka mereka kemudian bersujud. Para malaikat menaati perintah Allah ta’ala dengan melakukan sujud.

(إِلَّا إِبْلِيسَ) illaa ibliis: kecuali Iblis. Abu Bakr Jabir al-Jazaa’iri dalam “Aysar al-Tafaasiir” menyebutkan bahwa nama Iblis sebelumnya adalah al-Haarits. Ketika dia bersifat sombong dan tidak mau (menolak) untuk taat kepada Allah ta’ala, maka Allah kemudian menjadikannya Iblis, yaitu terputus dari semua kebaikan dan jadilah dia masuk golongan setan. Keterangan ini juga dapat dilihat di dalam “Tafsir Ibn Katsiir”.

(أَبَى) abaa: menentang, menolak dengan sangat atau menolak keras. Dalam al-Qur’an dan Terjemahnya, kata ini diterjemahkan dengan kata “enggan”. Meskipun begitu, kata enggan ini hendaknya dimaknai sebagai menentang, menolak dengan sangat atau menolak keras. Di dalam hadits Shahih, kata abaa (أَبَى) itu disamakan dengan membangkang (وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى), siapa yang membangkang kepada diriku berarti menolak dengan keras (masuk surga). Keterangan ini dapat dilihat dalam hadits berikut:

 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ حَدَّثَنَا هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan, telah menceritakan kepada kami Fulaih, telah menceritakan kepada kami Hilal bin Ali dari Atha bin Yasar dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Setiap umatku masuk surga kecuali yang enggan (menolak keras). Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan (menolak dengan keras)? Nabi menjawab: Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang membangkang perintahku berarti dia enggan (menolak masuk surga)” [HR. Bukhari: 6737 dan HR. Ahmad: 8373].

(وَاسْتَكْبَرَ) wastakbara: dan takabbur. Kata ini berarti “dan menyombongkan diri atau merasa dirinya lebih baik, dan lebih besar atau hebat”. Kata ini juga mengandung pengertian dalam tingkat ekstrimnya yaitu menolak kebenaran yang kemudian juga mengandung arti membangkang. Hal ini terlihat dalam ungkapan ayat al-Qur’an yang jelas pengertiannya bahwa kata istakbara (وَاسْتَكْبَرَ) – yastakbiru (يَسْتَكْبِرُ). Menurut Imam al-Tabari, kata tersebut berarti sombong, tidak mau beribadah kepada Allah ta’ala.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ -غافر/60

Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah (Beribadahlah) kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan (memberi pahala) bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari (tidak mau beribadah kepada-Ku, menolak beribadah kepada-Ku) menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” [Q.s. al-Mu’min (40): 60].

Dalam sebuah hadits shahih juga telah dijelaskan pengertian sombong, sebagaimana berikut:

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ دِينَارٍ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى بْنِ حَمَّادٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ الْفُقَيْمِيِّ عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Artinya: “Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar serta Ibrahim bin Dinar, semuanya dari Yahya bin Hammad, Ibnu al-Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad telah mengabarkan kepada kami Syubah dari Aban bin Taghlib dari Fudlail al-Fuqaimi dari Ibrahim an-Nakhai dari ‘Alqamah dari Abdullah bin Masud dari Nabi SAW, beliau bersabda: Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan. Seorang laki-laki bertanya: Sesungguhnya laki-laki menyukai apabila baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)? Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah itu bagus menyukai yang bagus, kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia”. [HR. Muslim: 131].

Di dalam riwayat al-Tirmidzi terdapat penjelasan atas hadits ini yang terdapat dalam akhir dari bunyi haditsnya:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَا حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبٍ عَنْ فُضَيْلِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ يَعْنِي مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ قَالَ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ إِنَّهُ يُعْجِبُنِي أَنْ يَكُونَ ثَوْبِي حَسَنًا وَنَعْلِي حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْجَمَالَ وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ بَطَرَ الْحَقَّ وَغَمَصَ النَّاسَ و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي تَفْسِيرِ هَذَا الْحَدِيثِ لَا يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ إِنَّمَا مَعْنَاهُ لَا يُخَلَّدُ فِي النَّارِ وَهَكَذَا رُوِيَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ وَقَدْ فَسَّرَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ التَّابِعِينَ هَذِهِ الْآيَةَ { رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلْ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ } فَقَالَ مَنْ تُخَلِّدُ فِي النَّارِ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin alMutsanna dan Abdullah bin Abdurrahman. Keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad, telah menceritakan kepada kami Syubah dari Aban bin Taghlib dari Fudlail bin Amr dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah dari Nabi SAW, beliau bersabda: Tidak akan masuk surga bagi seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong meskipun hanya sebesar biji dzarrah. Dan tidak akan pula masuk neraka, yaitu seorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya sebesar biji dzarrah. Abdullah berkata: Kemudian seseorang berkata kepada Beliau, sesungguhnya aku merasa bangga, jika pakaianku bagus dan sandalku juga bagus. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah menyukai keindahan. Akan tetapi yang dimaksud kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Sebagian Ahli Ilmu berkata terkait tafsir hadits ini, Tidak akan pula masuk neraka, yaitu seseorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya sebesar biji dzarrah. Maknanya, tidak akan kekal di dalam neraka. Dan seperti inilah sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Said alKhudri dari Nabi SAW. Beliau bersabda: Akan dikeluarkan dari neraka, yaitu seorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya sebesar biji dzarrah. Kalangan Tabiin memberikan tafsiran terkait ayat ini: siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh Engkau telah menghinakannya. Maksudnya, siapa yang Engkau kekalkan di dalam neraka, maka sungguh Engkau telah menghinakannya. Abu Isa berkata: ini adalah hadits hasan shahih gharib”. [HR. al-Tirmidzi: 1922].

 

Akibat dari Kesombongan

Kelanjutan penjelasan kosa kata dalam surat al-Baqarah (2) ayat 34 di atas adalah ungkapan terakhir ayat itu: (وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ) wa kaana minal kaafiriin: Dan dia (Iblis) itu termasuk golongan orang-orang yang kafir. Kata al-kaafiriin adalah bentuk jamak dari kata kaafir. Orang kafir adalah orang yang mendustakan Allah ta’ala. Mendustakan itu berarti tidak membenarkan. Dalam ungkapan lain, orang kafir adalah orang yang menolak dan membangkang serta tidak mau menaati perintah Allah atau salah seorang utusan-Nya (Rasul-Nya).

Perintah bersujud kepada Adam tersebut mempunyai arti menghormati Adam. Para malaikat menaati dan melaksanakan perintah Allah ta’ala dengan bersujud kepada Adam. Sedangkan Iblis tidak mau bersujud kepada Adam. Iblis merasa dirinya lebih baik dibandingkan Adam. Iblis menolak bersujud dan merasa dirinya lebih mulia karena dia diciptakan dari api, sedangkan Adam cuma diciptakan dari tanah. Karena penolakan dan pembangkangan Iblis untuk tunduk dan taat kepada Allah ta’ala, maka Iblis masuk ke dalam golongan makhluk yang kafir.

Alasan Iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam dijelaskan di dalam ayat-ayat berikut:

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ (71) فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (72) فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (73) إِلَّا إِبْلِيسَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (74) قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (75) قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (76) -ص/71-76

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah (71). Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (72). Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya (73). kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir (74). Allah berfirman: Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi? (75). Iblis berkata: Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah (76)” [Q.s. Shaad (38): 71-76].

 

Pelajaran yang dapat dipetik dari Q.s. al-Baqarah (2) ayat 34 di atas adalah, pertama,  Adam sebagai bapak umat manusia memiliki kedudukan yang tinggi karena memperoleh anugerah ilmu dari Allah ta’ala. Oleh karena itu, manusia harus terus belajar dan menambah ilmu supaya memiliki kedudukan yang mulia. Kedua, pelajaran bagi manusia akan bahaya sikap menolak dan berlaku sombong sampai tidak menaati perintah Allah ta’ala sehingga bisa berakibat menjadi kafir.

 

Narasumber utama artikel ini:

M. Yusron Asrofie

banner 468x60