Tafsir Surat al-Baqarah 25-29
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُۖ ڪُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡہَا مِن ثَمَرَةٍ۬ رِّزۡقً۬اۙ قَالُواْ هَـٰذَا ٱلَّذِى رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَـٰبِهً۬اۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٲجٌ۬ مُّطَهَّرَةٌ۬ۖ وَهُمۡ فِيهَا خَـٰلِدُونَ 25۞ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡىِۦۤ أَن يَضۡرِبَ مَثَلاً۬ مَّا بَعُوضَةً۬ فَمَا فَوۡقَهَاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا مَثَلاً۬ۘ يُضِلُّ بِهِۦ ڪَثِيرً۬ا وَيَهۡدِى بِهِۦ كَثِيرً۬اۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦۤ إِلَّا ٱلۡفَـٰسِقِينَ 26 ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مِيثَـٰقِهِۦ وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦۤ أَن يُوصَلَ وَيُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ 27 كَيۡفَ تَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَڪُنتُمۡ أَمۡوَٲتً۬ا فَأَحۡيَـٰڪُمۡۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡ ثُمَّ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ 28) هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعً۬ا ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّٮٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَـٰوَٲتٍ۬ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬ 29
Terjemah:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya (25). Sesungguhnya Allah tidak akan merasa malu membuat perumpamaan apapun berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah dengan perumpamaan itu kecuali orang-orang yang fasiq (26). (Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menyambungnya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itu lah orang-orang yang rugi (27). Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (28). Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju (bermaksud menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (29).
Berita gembira bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (25) [البقرة/25]
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah 25)
Ayat di atas, juga ayat-ayat berikutnya, selanjutnya akan dibahas makna tafsirnya dengan bertolak dari kata-kata kunci atau frasa (gabungan kata) yang ada dalam ayat tersebut.
(بَشِّرِ) basysyir [berikan kabar gembira, yaitu kabar yang menyenangkan dan disukai oleh jiwa manusia].
Ayat ini menyebutkan balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal salih setelah pada ayat sebelumnya mengancam dengan balasan bagi orang-orang yang kafir, orang-orang yang ingkar. Inilah metode Allah di dalam al-Qur’an yaitu menakuti dengan ancaman dan juga menggembirakan dengan balasan pahala yang sangat besar. Allah memang juga mempergunakan metode yang dikenal sebagai reward & punishment (pahala dan hukuman) kepada manusia.
(جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ) jannaatin tajrii min tahtiha-l-anhaar [surga-surga (kebun atau taman-taman yang mentakjubkan) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya]. Sungai-sungai itu mengalir di antara pohon-pohon yang teduh dan istana-istana yang ada di surga.
(الْأَنْهَارُ) al-anhaar [sungai-sungai]. Sungai di dalam ayat ini bersifat umum. Yang dimaksud dengan sungai ini adalah sungai yang istimewa, yang tidak biasa dijumpai di dunia. Dalam ayat lain, Allah menjelaskan jenis sungai macam apa yang di surga itu.
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ (15) [محمد/15]
(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya (QS Muhammad 15)
(كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ) kullamaa ruziquu minhaa min tsamaratin rizqan qaaluu hadza-lladzi ruziqnaa min qabl [setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.”]
Yang menarik dari penggalan ayat ini adalah setelah disebutkan surga yang di dalamnya ada sungai-sungai, maka kemudian juga ada pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan sebagai rizqi untuk dinikmati. Dan buah-buahan itu sama dengan yang diberikan sebelumnya.
(وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا) wa utuu bihi mutasyaabiha [mereka diberi buah-buahan yang serupa]. Tentunya karena di surga maka buah-buahannya sangat lezat dan berkualitas tinggi, dan itu serupa satu sama lainnya dalam hal kelezatan dan kualitas.
(أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَلَهُمْ فِيهَا) wa lahum fiihaa azwaajun muthahharah [dan di dalam surga itu ada pasangan-pasangan, jodoh-jodoh, bisa suami bisa istri yang suci].
(مُطَهَّرَة) muthahharah [suci]. Kata itu secara umum inderawi bisa berarti “bebas dari buang air besar maupun kecil ataupun kotoran-kotoran yang biasa menempel di tubuh atau pakaian”. Secara maknawi bisa berarti “bebas dari akhlaq atau perilaku yang tercela seperti berbohong”. Sedangkan kalau bagi wanita maka bebas dari darah haidh atau nifas. (Lihat juga Tafsir al-Muyassar)
Di dalam beberapa ayat yang lain, penggalan ayat itu ada penjelasan yang rinci, yaitu:
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ (48) [الصافات/48]
Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang sopan (tidak liar) pandangannya dan jelita matanya (QS As Shaaffat 48).
كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ (58) [الرحمن/58]
Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan (QS Ar Rahman 58).
وَحُورٌ عِينٌ (22) كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ (23) [الواقعة/22، 23]
Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik (QS Al Waaqi’ah 22-23).
وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا (33) [النبأ/33]
Dan gadis-gadis remaja yang sebaya (QS An Naba’ 33),
(وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) wa hum fiihaa khaaliduun [dan mereka kekal di dalamnya (surga)]
(خَالِدُون) khaaliduun [mereka tetap menetap di dalam surga dan tidak keluar dari surga selama-lamanya].
Keterkaitan serta makna ayat ini dan ayat sebelumnya:
- Pada ayat sebelumnya, orang supaya menjaga diri dari siksa api neraka dengan cara beriman kepada al-Qur’an, dengan melaksanakan ajaran-ajarannya seperti yang paling penting adalah beribadah kepada Allah saja.
- Allah menyuruh Nabi Muhammad SAW atau ummatnya agar menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih bahwa mereka akan memperoleh balasan surga dengan segala sifat kebaikannya.
- Ayat ini juga menyuruh kita semua untuk menyampaikan kabar gembira bagi kaum mukminin lainnya, memberi semangat kepada mereka untuk beramal lebih giat dengan menyebutkan balasan perbuatan mereka dan hasil yang akan diperolehnya. Dengan demikian, amal shalih itu menjadikan kaum mukminin menjadi bersemangat, menjadi sadar akan hasilnya dan juga terasa ringan.
Perumpamaan nyamuk dan lainnya.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (26) [البقرة/26]
Sesungguhnya Allah tidak akan merasa malu membuat perumpamaan apapun berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah dengan perumpamaan itu kecuali orang-orang yang fasiq (QS Al Baqarah 26).
(لَا يَسْتَحْيِي) laa yastahyii [Dia (Allah) tidak akan merasa malu]
(أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا) an yadhriba matsalan maa [akan menjadikan sesuatu sebagai perumpamaan bagi yang lain (yang bisa menyingkap sifat atau keadaan apakah itu berupa keburukan atau kebaikan)]. Menjelaskan suatu hal (orang) yang mempunyai kesamaan dengan hal (orang) lain sebagaimana dijelaskan.
(بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا) ba’uudhatan famaa fauqahaa [(berupa) nyamuk atau yang lebih rendah dari itu (terjemahan Departemen Agama)]. Sedangkan tafsiran Imam Ath-Thabari mengatakan “nyamuk atau yang lebih besar dari itu”.
Menurut Imam Ath-Thabari, berdasar riwayat Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas, ayat ini turun sebagai jawaban bagi pengingkaran orang-orang kafir dan munafiq atas perumpamaan-perumpamaan yang dibuat bagi mereka dalam ayat sebelumnya (lihat Tuntunan Islam,edisi 6), yaitu:
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ (17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ (18) أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آَذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (19) يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (20) [البقرة/17-20]
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir (QS Al-Baqarah 17-20).
Masih menurut Imam Ath-Thabari, dari ayat tentang nyamuk itu, Allah tidak bermaksud memberitahukan tentang nyamuk itu sendiri tetapi Allah tidak malu atau segan menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan. Dan ayat tentang nyamuk itu dan juga ayat-ayat Al-Baqarah 17-20, menunjukkan bahwa orang-orang kafir dan munafiq itu terkesan mengingkarinya sebagai terlihat dalam sambungan ayat Al-Baqarah 26:
فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا
Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan (Rabb) mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”
(الْحَقُّ) al-haqqu [kebenaran], sesuatu yang sudah tetap dan cocok serta sesuai dengan keadaan yang ada.
Maksud penggalan ayat di atas adalah bahwa orang-orang beriman memikirkannya dan memahaminya sebagai kebenaran dari Allah SWT. Sedangkan orang-orang kafir mereka bingung dan menyanggah tidak mengetahui perumpamaan itu.
(يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا) yudzillu bihi katsiiran wa yahdii bihi katsiiraa [dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk.]
Maksudnya adalah: Dengan perumpamaan ini orang-orang kafir dan munafiq menjadi semakin sesat karena mengingkari atau mendustakan apa yang mereka ketahui kebenarannya, yaitu bahwa perumpamaan yang dibuat oleh Allah itu adalah kebenaran yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan orang-orang beriman bertambah keimanannya dengan perumpamaan ini. Orang-orang beriman membenarkan apa yang mereka ketahui kebenarannya bahwa perumpamaan yang dibuat Allah itu sesuai dengan kenyataan yang ada.
Isi pokok ayat di atas ada kaitan makna dengan dua ayat di bawah ini
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَاناً وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ [المدّثر / 31]
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia (QS Al Muddatstsir 31).
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (124) وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ (125) [التوبة/124، 125]
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira.
Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir (Al-Taubah 124-125).
وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ wa maa yudzillu bihi illa–l–faasiqiin
[Dan tidak ada yang disesatkan Allah dengan perumpamaan itu kecuali orang-orang yang fasiq]
(الْفَاسِقِينَ) al-faasiqiin [orang-orang fasiq]. Orang-orang yang keluar (berpaling) dari ketaatan kepada Allah.
(الفسق) al-fisq [keluar].
Berikut dua contoh pemakaian kata fasiq yang berupa kata kerja yaitu yafsuquun dan fasaqa.
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (59) [البقرة/59]
Lalu orang-orang yang lalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang lalim itu siksa dari langit, karena mereka keluar tidak taat kepada perintah-Ku (QS Al-Baqarah 59).
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً [الكهف / 50]
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia keluar tidak taat kepada (mendurhakai) perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dhalim (QS Al-Kahfi 50).
Sebagian kecil ciri-ciri orang fasiq
Ciri-ciri orang fasiq yang digambarkan di dalam Al-Qur’an adalah banyak sekali. Di antara ciri-ciri sebagian kecil digambarkan di dalam ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah 27-29 berikut ini:
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (27) كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28) هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29) [البقرة/27-29]
(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menyambungnya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi (Al-Baqarah 27).
(يَنْقُضُونَ) yanqudhuuna [melanggar]
(عَهْدَ اللَّهِ) ‘ahda Allaahi [perjanjian Allah (dengan manusia supaya manusia beriman kepada Allah dan mentaati-Nya dan juga kepada Rasul-nya)].
(مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ) min ba’di miitsaaqihi [setelah terjadi perjanjian persetujuan dan penguatannya].
Kalau digabung ayat Al-Baqarah 26-27, maka artinya adalah bahwa Allah tidak menyesatkan kecuali orang-orang yang meninggalkan ketaatan kepada Allah, yang enggan mengikuti perintah dan larangan-Nya, yang melanggar perjanjian yang telah ditetapkan oleh Allah kepada mereka dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi dan rasul yang memerintahkan agar mengimani Nabi Muhammad SAW, tidak menyembunyikannya, menyampaikan kebenarannya dan mengikuti ajarannya. (Lihat Tafsir al-Thabari, Jami’ al–Bayaan ’an Ta’wiil Aayii–l-Qur’aan).
وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ
Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menyambungnya (QS Al Baqarah 27).
Pada ayat ini, Allah SWT tidak menjelaskan mengenai hal apa yang diperintahkan untuk disambung. Ayat ini kalau dikaitkan dengan tafsiran penggalan ayat sebelumnya maka akan berarti bahwa orang-orang fasiq itu memutuskan hubungan dengan Rasulullah Muhammad saw dan orang-orang yang beriman.
Di lain ayat, Allah mengisyaratkan bahwa di antara hal yang harus disambung adalah hubungan kekeluargaan.
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) [محمد/22]
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (QS Muhammad 22)
Pada ayat lainnya, Allah mengisyaratkan bahwa manusia diperintahkan untuk beriman kepada semua rasul. Orang Islam tidak boleh memutuskan hubungan antara sebagian rasul dengan sebagian yang lain, yaitu dengan cara mengimani sebagian dari mereka dan mengingkari sebagian yang lain.
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (150) أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا (151) [النساء/150، 151]
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan (QS An Nisaa’ 150-151)
Hadits shahih riwayat Imam Muslim di bawah ini memperkuat isyarat ayat di atas bahwa para nabi itu semuanya bersaudara satu bapak tetapi berlainan ibu.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku orang yang paling dekat dengan ‘Isa bin Maryam ‘alaihis salam di dunia dan akhirat, dan para Nabi adalah bersaudara (dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka satu” (HR Imam Bukhari No. 3187 — nomor ini merujuk program software “Kitab Sembilan Imam”)
Petunjuk dari ayat al-Baqarah 26-27 ini:
- Janganlah adanya rasa malu itu membuat orang lantas tidak berbuat baik dan tidak mengucapkan kebaikan itu serta tidak mengajak orang lain untuk juga berbuat baik.
- Perlunya perumpamaan yang bagus atau menjelaskan dengan membuat perumpamaan yang bagus untuk mendekatkan makna kepada keadaan jiwa atau pikiran orang.
- Apabila Allah menurunkan kebaikan berupa petunjuk atau lainnya, maka bertambah pula petunjuk dan kebaikan orang-orang mu’min. Tetapi bagi orang-orang kafir atau munafiq, maka bertambahlah kesesatan dan kejelekan pada mereka. Yang demikian itu karena kecenderungan kedua kelompok itu secara kejiwaan memang berbeda.
- Peringatan bagi manusia yang suka keluar dari ketaatan. Karena hal itu biasanya akan diikuti dengan perbuatan-perbuatan buruk lainnya seperti menyalahi janji, memutus kebaikan, memutus silaturrahmi atau kekeluargaan, dan mencegah hal-hal yang baik.
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28) [البقرة/28]
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Al-Baqarah 28).
(كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ) kaifa takfaruuna billaahi [mengapa kamu kafir kepada Allah]. Ini adalah pertanyaan untuk menyatakan keheranan yang disertai dengan peringatan dan kritikan.
(وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ) wa kuntum ‘amwaatan fa ahyaakum [padahal dahulunya kamu mati kemudian Allah menghidupkan kamu].
Ini adalah bukti atas kekeliruan kekafiran manusia yang diciptakan oleh Allah dari bukan apa-apa kemudian menjadi hidup.
Imam Ath-Thabari, mengutip pendapat Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dahulunya mati adalah ketika masih berbentuk nutfah (sungsum) di tulang punggung Adam.
(ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ) tsumma yumiitukum summa yuhyiikum [kemudian mematikan yang hidup dan menghidupkan yang mati]. Hal ini menunjukkan adanya wujud Allah dan kekuasaan-Nya.
(ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ) tsumma ilaihi turja’uun [kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan]. Dihidupkan yang kedua kalinya adalah kebangkitan akhir manusia.
Proses mati dua kali dan hidup dua kali ini juga dijelaskan di dalam ayat lain yang sekaligus berupa akibat kekafiran manusia di dunia sehingga mereka masuk neraka.
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ (11) [غافر/11]
Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (QS Al Mukmin 11)
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29) [البقرة/ 29]
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju (bermaksud menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqarah 29).
(خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا) khalaqa lakum maa fi–l–ardhi jamii’aa. Ditafsirkan secara agak panjang, penggalan ayat ini berarti bahwa Allah menciptakan segala sesuatu yang di muka bumi itu sebagai anugerah, kasih sayang dan kebaikan Allah untuk diambil manfaatnya oleh manusia.
Syaikh Asy-Syanqithi, di dalam kitab tafsirnya Adhwa’ al-Bayaan, menjelaskan bahwa kata menciptakan (خَلَقَ) di dalam ayat ini juga mengandung arti menentukan (قَدَّر). Hal ini terlihat di dalam ayat lain yang mirip dengan ayat ini.
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ (10) ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ (11) [فصلت/10، 11]
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Kemudian Dia menuju (bermaksud menciptakan) langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS Al Fushshilat 10-11)
(ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ) tsumma–stawaa ‘ila-s-samaa’i [kemudian Dia (Allah) bermaksud menciptakan langit].
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di di dalam kitab tafsirnya Taisiir al-Kariim al-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam al-Manaan, menjelaskan bahwa ada tiga makna yang berkaitan dengan kata istawaa (اسْتَوَى), yakni:
- (اسْتَوَى إِلَى) istawaa ‘ila [bermaksud menciptakan].
Pada ayat ini, As-Sa’di memilih makna “bermaksud menciptakan”.
- (اسْتَوَى) istawaa [sempurna dan komplit].
Kata tersebut terlihat penerapannya dalam ayat yang lain, misalnya:
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آَتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (14) [القصص/14]
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (QS Al Qashshash 14).
- (اسْتَوَى عَلَى) istawaa ‘ala [bersemayam tinggi dan jauh berada di atas]
إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ [الأعراف : 54]
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. (QS Al A’raaf 54)
(Lihat juga ayat-ayat lain sebagai berikut: Yunus 3; Ar Ra’d 2; Al Furqaan 59; As Sajdah 4; Al Fath 29; Al Hadiid 4)
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (5) [طه/5]
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam (tinggi) di atas ‘Arsy. (QS Thaahaa 5)
وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ (12) لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ (13) [الزخرف/12، 13]
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasang dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya” (QS Az Zukhruf 12-13).
(فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ) Dia (Allah) menyempurnakan penciptaannya menjadi komplit tujuh langit.
Penafsiran atau penjelasan mengenai penggalan ayat ini sebaiknya tidak kita bicarakan. Andai saja kita bicarakan, maka kita khawatirkan akan bersifat perkiraan atau menebak-nebak.
Yang perlu kita lakukan adalah kita mengimani penggalan ayat ini. Lagipula, yang kita tekankan di sini adalah tuntunan yang perlu kita cemati dan sebisa mungkin dengan sekuat tenaga, kita mengamalkan tuntunan.
narasumber utama artikel ini:
M. Yusron Asrofie