banner 728x90

Pemahaman Tauhidullah

 

 

Definisi Tauhid

Kata  “tauhid” di dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari kata kerja wahhada-yuwahhidu-tawhidan, yang arti harfiyahnya: menyatukan, mengesakan, atau mengakui bahwa sesuatu itu satu. Dengan demikian, secara bahasa, tauhidullah berarti menyatukan Allah,  mengesakan Allah atau mengakui bahwa Allah itu satu. Sedangkan secara istilah, tauhidullah bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun baik dalam hal rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, maupun asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat-Nya.

Allah SWT berfirman:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4) – الإخلاص : 1-4

Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa (1). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3), dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4). (Qs. al-Ikhlas: 1-4)

 

Kedudukan dan Keutamaan Tauhidullah

Dalam ajaran Islam, tauhidullah adalah merupakan esensi dari keimanan kepada Allah swt. Tauhidullah memiliki kedudukan dan keutamaan yang sangat kuat, diantaranya adalah:

  1. Tauhidullah merupakan tujuan Allah menciptakan manusia dan jin

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ – الذاريات : 56

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56)

Makna menyembah Allah dalam ayat ini, sebagaimana ditafsirkan oleh para ulama salaf, adalah mentauhidkan Allah SWT.

  1. Tauhidullah  adalah hak Allah yang harus ditunaikan setiap hamba-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا. رواه البخاري و مسلم

“Sungguh Hak Allah yang harus ditunaikan hamba yaitu mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya artinya mentauhidkan Allah dalam beribadah. Sehingga seseorang tidak boleh menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepada-Nya. Dia,  wajib membersihkan diri dari syirik dalam ibadah. Orang yang tidak membersihkan diri dari syirik maka belumlah dia dikatakan sebagai orang yang beribadah kepada Allah saja

  1. Tauhidullah adalah fondasi dan landasan utama ajaran Islam, dan  merupakan inti ajaran Rasulullah dan Rasul-rasul sebelumnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ – النحل : 36

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS An Nahl: 36)

Menurut Muhammad bin Abdul Wahab, Thogut adalah sebutan yang mencakup seluruh apa apa yang diibadahi selain Allah dan ia rela untuk diibadahi, baik berupa al ma’buud (sesuatu yang diibadahi), atau al matbuu’ (yang diikuti), atau al muthoo’ (yang ditaati) pada hal hal yang tidak termasuk dalam ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya.

  1. Tauhidullah adalah ajaran yang paling utama diantara cabang-cabang keimanan.
    Rasulullah SAW bersabda:
  « الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ ». رواه مسلم

Iman itu ada tujuh puluh tujuh atau enam puluh tujuh cabang: yang paling utama adalah perkataan ‘Laa Ilaaha Illallah’, dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang menyakitkan dari jalan.dan malu adalah salah satu cabang iman” (HR.Muslim).

  1. Tauhidullah dapat menghapuskan dosa-dosa dan mendatangkan ampunan dari Allah.

Rasulullah saw bersabda dalam sebuah Hadits Qudsi:

قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً رواه الترمذى

Allah berfirman “Wahai anak adam, jikalau kamu datang kepadaku dengan membawa dosa seisi bumi, kemudian kamu menjumpaiku (dalam keadaan) tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan membawa seisi bumi ampunan.” [HR. At-Tirmidzi].

  1. Tauhidullah dapat mendatangkan jaminan Allah  berupa memasukkan seseorang ke dalam Syurga dan diselamatkan dari api neraka.  

Nabi bersabda:

  مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ. رواه البخاري مسلم

Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sembahan (yang hak) kecuali Allah semata tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa ‘Isa adalah hamba-Nya, rasul-Nya dan kalimat-Nya yang Allah anugerahkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya (diantara ruh-ruh yang Allah ciptakan), dan surga itu benar adanya, dan neraka itu benar adanya niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga, atas apa yang dia amalkan.” [HR. Bukhary dan Muslim].

Nabi SAW bersabda:

« مَنْ لَقِىَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارِ » رواه مسلم

Barangsiapa yang bertemu Allah (dalam keadaan) tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk surga, dan barangsiapa yang bertemu Allah (dalam keadaan) menyekutukan-Nya dengan sesuatu maka dia akan masuk neraka.” [HR.Muslim].

 

Macam-Macam Tauhid

Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-Hadits Nabi,  Para Ulama’ Al-Muwahhidin (Ahli Tauhid) pada umumnya membagi tauhidullah menjadi 3 macam,  yaitu:

Tauhid Rububiyyah,

Tauhid Uluhiyyah, dan

Tauhid Asma’ Wa dan Shifat.

Ketiga macam tauhid ini terkumpul dalam firman Allah yang berbunyi:

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا  – مريم : 65

Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah dia dan teguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (Allah yang patut disembah)?” [QS. Maryam: 65].

 

Narasumber utama artikel ini:

Zaini Munir Fadloli

banner 468x60