Salam Tabligh #10
Pembaca yang budiman!
Tantangan dakwah Islam pada awal masa kenabian amatlah luar biasa berat. Apabila mendengar seseorang dari kalangan terpandang masuk Islam, Abu Jahal dan kawan-kawannya akan memperingatkan, menakut-nakuti, menjanjikan sejumlah uang dan kedudukan. Namun apabila yang masuk Islam itu berasal dari kalangan orang biasa, mereka akan melancarkan pukulan dan siksaan.
Di antara para sahabat yang mengalami siksaan adalah paman Usman bin Affan, Mush’ab bin Umair, Bilal dan Ammar bin Yasir. Paman Usman bin Affan pernah diselubungi tikar dari daun kurma dan diasapi dari bawahnya.
Ketika ibunya Mush’ab bin Umair tahu anaknya masuk Islam, maka ia tidak memberinya makan dan mengusirnya dari rumah. Padahal anaknya itu biasa hidup enak sehingga kulitnya mengelupas seperti ular yang berganti kulit.
Bilal, yang pada saat itu menjadi budak Umayyah bin Khalaf, pernah dikalungi tali di lehernya dan kemudian diserahkan kepada anak-anak kecil untuk dibawa berlari-lari di sebuah bukit di Makkah. Hal ini menjadikan leher Bilal membilur karena bekas jeratan tali. Setelah itu, Bilal disuruh duduk di bawah terik matahari dan dibiarkan kelaparan.
Penyiksaan paling keras yang dialami Bilal adalah ketika ia ditelentangkan di padang pasir saat terik matahari. Saat itu, Umayyah meletakkan batu besar di atas dada Bilal sambil berkata: “Tidak demi Allah, kamu tetap seperti ini hingga mati atau kamu mengingkari Muhammad serta menyembah Latta dan Uzza“. Bilal tetap teguh memilih Islam dan hanya mampu berkata: “ahad…ahad…” Apa yang sedang dialami Bilal itu terlihat oleh Abu Bakar yang kemudian membelinya dengan harga tinggi dan memerdekakannya.
Ammar bin Yasir adalah budak Bani Makhzum yang masuk Islam bersama ibu dan bapaknya. Orang-orang musyrik yang dipimpin Abu Jahal menyeret mereka ke padang pasir yang panas dan menyiksanya. Selagi mereka disiksa, Rasulullah lewat dan kemudian bersabda: “Sabarlah wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya tempat yang sudah dijanjikan bagi kalian adalah surga“.
Yasir, ayah Ammar, meninggal dunia dalam penyiksaan itu. Ibunya, Sumayyah, juga meninggal karena ditikam Abu Jahal dengan tombak. Sementara Ammar masih bertahan hidup dengan penyiksaan yang menyakitkan. Sebuah batu panas diletakkan di atas dada Ammar, dan sebagian tubuhnya dibenamkan di pasir yang panas membara. Mereka mengatakan: “Kami tidak akan membiarkanmu kecuali kamu mau mencaci Muhammad dan mengatakan hal-hal yang baik tentang Lata dan Uzza“.
Karena penderitaan yang sangat berat, Ammar terpaksa memenuhi permintaan mereka hingga dilepaskan. Setelah itu, ia menemui Nabi SAW sambil menangis dan meminta ampun. Kemudian turunlah ayat mengenai dirinya:
مَن ڪَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ إِيمَـٰنِهِۦۤ إِلَّا مَنۡ أُڪۡرِهَ وَقَلۡبُهُ ۥ مُطۡمَٮِٕنُّۢ بِٱلۡإِيمَـٰنِ وَلَـٰكِن مَّن شَرَحَ بِٱلۡكُفۡرِ صَدۡرً۬ا فَعَلَيۡهِمۡ غَضَبٌ۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬ -١٠٦-
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, sesudah ia beriman (ia mendapat kemurkaan Allah), kecuali yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap beriman (ia tidak berdosa) [Q.s. an-Nahl: 106].
Selain beberapa nama di atas, tentu masih ada banyak lagi orang-orang yang masuk Islam dan mendapatkan siksaan luar biasa. Abu Fakihah, budak bani Abdid-Dar, Khabbab bin al-Arrat, budak Ummu Ammar binti Siba’ al-Khuza’iyah dan yang lainnya merupakan nama-nama orang yang masuk Islam dan telah mendapat siksaan dan tekanan berat. Menghadapi tekanan-tekanan itu, Rasulullah kemudian mengambil langkah bijaksana. Beliau melarang mereka yang masuk Islam menampakkan ke-Islamannya, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Beliau menemui mereka dengan cara sembunyi-sembunyi untuk mengajarkan Islam. Beliau menjadikan rumah al-Arqam bin Abil-Arqam al-Makhzumy yang berada di atas bukit Shafa dan terpencil sehingga terhindar dari mata-mata Quraisy sebagai markas tempat pertemuan. Di situlah Beliau menyelenggarakan pengajian untuk mengajarkan Islam dan membina para sahabat dengan sangat baik. Para sahabat saat itu mengaji langsung kepada Rasulullah, sehingga mereka memahami ajaran Islam dengan baik dan istiqamah. Pada akhirnya, semangat mereka dalam menjalankan ajaran Islam dan mendakwahkannya pun sangat luar biasa.
***
Kini, tantangan ber-Islam tidak kalah berat jika dibandingkan pada jaman Rasulullah. Banyak orang yang menghalang-halangi Islam diamalkan pada semua aspeknya. Ajaran-ajaran yang menyangkut masalah individu biasanya tidak terlalu dipersoalkan. Tetapi, ajaran yang menyangkut aspek sosial dan politik banyak orang tidak suka. Ujung-ujungnya, pengamal Islam kaffah banyak dimusuhi.
Terkait dengan itu, Allah mengingatkan bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha hingga umat Islam mengikuti millah mereka. Cara yang biasanya dilakukan adalah mengajak umat Islam menjadi pemeluk agama mereka, atau tetap beragama Islam tetapi pola pikir dan gaya hidupnya mengikuti mereka. Cara yang kedua rupanya lebih berhasil. Banyak dijumpai umat Islam yang mengikuti pola mereka dalam kehidupan ekonomi, sosial dan politik serta meninggalkan millah Islam. Berbagai cara dan tipu daya mereka lakukan, mulai cara-cara halus seperti iming-iming harta dan pangkat, sampai dengan cara yang kasar dan kejam seperti ancaman dan peperangan.
Orang-orang yang memusuhi Islam akan tetap ada sampai hari kiamat nanti. Tetapi kita tidak perlu khawatir! Sepanjang kita tetap istiqamah dalam ber-Islam sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah al-maqbullah, segala macam tipu daya akan dapat diatasi dengan baik. Sudah menjadi sunnatullah, apabila di dunia ini ada baik dan buruk, ada mukmin dan kafir, ada kawan dan musuh. Kesemuanya menjadi bagian dari proses pengujian bagi umat manusia, apakah mereka menjadi pecundang atau sukses dalam melaluinya.
Para sahabat memberikan contoh langsung dibawah bimbingan Rasulullah SAW. Pada masa-masa sulit, penuh ancaman dan marabahaya, mereka mengaji secara rutin di darul Arqam, sebagaimana dijelaskan di atas. Meskipun dengan cara sembunyi-sembunyi, mereka tetap hadir dalam “Majelis Pengajian” untuk mendapatkan pengajaran dan bimbingan tentang bagaimana seharusnya ber-Islam langsung dari Rasulullah. Pada saat keadaan membaik dan umat Islam mulai kuat, para sahabat tetap sering berada di dalam majelis bersama Rasulullah untuk mengaji. Hasilnya, mereka menjadi generasi terbaik sepanjang jaman.
Kini, Rasulullah SAW sudah tidak berada di tengah-tengah kita. Meski demikian, Beliau telah meninggalkan dua hal penting yang dapat menghindarkan dari kesesatan, yakni al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya. Berpegang teguh kepada keduanya akan membawa kita menjadi umat terbaik di muka bumi, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ -١١٠-
“Kamu sekalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” [Q.s. ali-Imran: 110].
Oleh sebab itu, apa yang harus kita lakukan adalah mempelajari, memahami dan mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah dalam kehidupan sehari-hari. Semangat mempelajari keduanya hendaknya dimotivasi untuk memahami dan mengamalkannya. Kita dapat belajar sendiri atau mengikuti Majelis Ta’lim dalam pengajian.
Perintah Mengaji
Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda,”Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, curahan rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di sisi-Nya.” (HR Muslim)
Pengajian dikenal juga sebagai Majelis Taklim. Pengajian merupakan suatu majelis dimana orang-orang biasa berkumpul untuk belajar agama Islam kepada seorang guru atau ustadz. Di Indonesia, pengajian telah tumbuh dan berkembang menjadi media pendidikan non formal dalam pembelajaran Islam yang memiliki peranan cukup besar dalam pemahaman dan pengamalan Islam. Lokasi yang banyak menyelenggarakan pengajian biasanya dikenal sebagai daerah santri. Orang-orang yang tinggal di daerah itu umumnya taat pada ajaran Islam. Hal ini wajar, mengingat religiusitas seseorang biasanya terkait dengan kesenangannya mengikuti pengajian. Maka, semakin gemar mengaji, semakin tinggi kesalehan seseorang.
Fungsi Pengajian
Selain sebagai media pembelajaran Islam, pengajian juga bisa berfungsi sebagai wahana pembinaan kehidupan berjamaah dan juga pendukung atmosfer kehidupan Islami. Fungsi sebagai media pembelajaran didapatkan melalui proses taklim yang selalu ada dalam setiap ke-giatan pengajian. Suatu pengajian dapat dikatakan baik apabila dilakukan secara berkala (rutin). Materi-materinya juga telah disusun menyerupai kurikulum dan silabus pada pendidikan formal. Dengan demikian, peserta yang rutin mengikuti pengajian akan mendapatkan pemahaman ajaran Islam, sebagaimana direncanakan dalam kurikulum atau silabus.
Fungsi pengajian sebagai media pembinaan jamaah terjadi melalui proses berkumpulnya peserta secara rutin. Dengan seringnya peserta pengajian bertemu akan membentuk hubungan silaturrahim yang semakin kuat. Kuatnya hubungan ini akhirnya akan membentuk suatu jamaah atau komunitas pengajian yang secara kontinu dapat dilakukan pembinaan. Sedangkan, fungsi pengajian sebagai pendukung atmosfer kehidupan Islami terjadi melalui kegiatan itu sendiri dan hasil interaksi sesama peserta. Orang yang senang mengaji adalah orang yang bersemangat membangun kesalehan diri. Semangat jamaah pengajian adalah semangat menuju ke-salehan. Dengan demikian, maka atmosfer yang melingkupi pengajian adalah atmosfer kesalehan.
Seseorang yang sering berada dalam jamaah pengajian akan mendapatkan atmosfer kesalehan. Atmosfer ini akan mempengaruhi pikiran dan perasaannya. Karena itu, ia akan merasa nyaman sebagai pribadi yang saleh sebagaimana atmosfer yang melingkupinya. Kebiasaan seseorang mengaji akan semakin dapat memahami Islam, mendapatkan jamaah yang terdiri dari orang-orang yang bergerak menuju kesalehan dan atmosfer kesalehan yang dapat menuntunnya menjadi Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya.
Tempat Pengajian
Pengajian dapat diselenggarakan di mana saja dan pada tempat-tempat yang baik, seperti masjid, gedung pertemuan, gedung sekolah/perguruan tinggi, rumah tinggal, dan lain-lain. Semua tempat tersebut baik, dan memiliki keistimewaan sendiri-sendiri.
Masjid adalah tempat utama untuk pengajian. Keuntungan yang dapat dipetik adalah sambil membiasakan shalat jamaah di masjid; menjadi salah satu usaha memakmurkan masjid; membiasakan hati umat terikat dengan masjid. Seseorang yang hatinya terikat dengan masjid menjadi salah satu golongan yang dilindungi Allah di hari kiamat nanti.
Gedung pertemuan adalah tempat yang baik untuk pengajian. Sebab, gedung yang dikhususkan untuk pertemuan biasanya telah ditata (dirancang) sedemikian rupa sehingga nyaman digunakan. Pengajian di gedung-gedung pertemuan akan menambah semaraknya syi’ar Islam.
Gedung sekolah/perguruan tinggi juga merupakan tempat yang baik untuk pengajian. Jamaah pengajian ini biasanya terdiri dari para civitas akademika di sekolah/perguruan tinggi terkait. Namun demikian, lebih baik lagi apabila gedung tersebut juga dimanfaatkan untuk pengajian masyarakat sekitar, sehingga keberadaan sekolah/perguruan tinggi lebih menyatu dengan masyarakat.
Rumah tinggal adalah tempat yang tidak kalah baiknya untuk pengajian. Rasulullah telah memberi contoh dengan menjadikan rumah al-Arqam bin Abil Arqam sebagai tempat pengajian yang saat itu diselenggarakan secara sembunyi-sembunyi ketika umat Islam masih dalam kondisi lemah. Untuk itu, rumah tinggal bagus untuk pengajian jamaah-jamaah kecil yang tinggal di sekitarnya. Semakin banyak pengajian semakin baik. Semakin banyak tempat digunakan untuk pengajian juga semakin baik. Mari mengaji dan mengajak orang mengaji!
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Agus Sukaca