Salam Tabligh #5
Puasa mengantarkan kita pada tingkatan takwa dan kemampuan pengendalian diri yang tinggi, modal utama meraih masa depan yang gemilang. Allah telah menyiapkan Ar-Rayyan, pintu khusus bagi kita yang gemar berpuasa untuk memasuki syurga-Nya yang berlimpah kenikmatan dan kesenangan. Ada pula kenikmatan dunia yang diberikan kepada ahli puasa.
Pembaca yang budiman!
Antara Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, ada puasa-puasa rutin yang dituntunkan Rasulullah SAW.: puasa 3 hari dalam sebulan, puasa Senin Kamis, dan puasanya Nabi Daud alaihissalam.
Puasa 3 Hari
Puasa 3 hari ini antara lain tersebut dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Ia berkata: “Kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi wasiat kepadaku agar aku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mendirikan shalat dhuha dua raka’at dan shalat witir sebelum aku tidur” (HR Bukhari). Puasa tiga hari (dalam sebulan) sama nilainya dengan puasa sepanjang jaman” (HR Bukhari).
Puasa Senin-Kamis
Puasa Senin Kamis adalah puasa yang senantiasa dilaksanakan Rasulullah. Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya tentang puasa Rasulullah. Maka ia berkata: “Beliau (Rasulullah SAW) berpuasa Sya`ban dan sangat menjaga puasa Senin dan Kamis.” (HR Ibnu Majah).
Adalah Usamah, salah satu sahabat yang selalu berpuasa Senin-Kamis. Bekas budaknya bertanya kepadanya: “Mengapa anda berpuasa pada hari Senin dan Kamis, padahal anda orang yang lemah dan telah lanjut usia?” Usamah menjawab: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa puasa Senin dan Kamis, lalu Beliau ditanya mengenai hal itu, maka Beliau menjawab: “Sesungguhnya seluruh amalan manusia akan diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis.” (Ahmad).
Puasanya Nabi Daud
Puasa Nabi Daud adalah puasa seperti yang dilaksanakan oleh Nabi Daud ‘alaihissalam, puasa sehari dan berbuka sehari, terus menerus secara berselang-seling. Abdullah bin Amru bin al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Apakah benar kamu berpuasa dahr (sepanjang masa) dan shalat sepanjang malam?” Aku jawab: “Benar”. Beliau berkata: “Jika kamu kerjakan itu nanti matamu akan mengantuk dan fisikmu menjadi lemah. Tidak ada nilai puasa bagi siapa yang mengerjakan puasa sepanjang masa. Puasa tiga hari (dalam sebulan) sama nilainya dengan puasa sepanjang jaman”. ‘Abdullah bin ‘Amru berkata: “Sungguh aku mampu lebih dari itu”. Beliau berkata: “Kalau begitu puasalah dengan puasanya Nabi Daud ‘alaihisalam, yang dia berpuasa sehari dan berbuka sehari sehingga dia tidak akan kabur ketika berjumpa dengan musuh” (HR Bukhari).
Marilah kita pilih salah satunya menjadi puasa rutin kita. Memilih yang tiga hari setiap bulan, sudah bagus karena begitulah yang diwasiatkan Rasulullah. Mau memilih puasa Senin-Kamis baik, karena itulah yang beliau amalkan. Berani berpuasa seperti yang dilakukan Nabi Daud, itulah yang paling berat yang dibolehkan.
Puasa mengantarkan kita pada tingkatan takwa dan kemampuan pengendalian diri yang tinggi, modal utama meraih masa depan yang gemilang. Allah telah menyiapkan Ar-Rayyan pintu khusus bagi kita yang gemar berpuasa untuk memasuki syurga-Nya yang berlimpah kenikmatan dan kesenangan. Disamping itu, ada pula kenikmatan dunia yang diberikan kepada ahli puasa.
Kenikmatan Dunia dalam Puasa
Di dalam tubuh kita terjadi proses metabolisme yang berjalan terus sepanjang kehidupan sehingga sel-sel, jaringan, organ, dan cairan tubuh dapat giat melakukan aktifitas. Metabolisme di dalam sel menghasilkan energi dan sampah. Energi digunakan sebagai bahan bakar seluruh komponen tubuh dalam melakukan kegiatan. Sedangkan sampah, adalah zat berbahaya bila tidak segera dibuang atau didaur ulang menjadi zat-zat yang bermanfaat.
Sebagian besar sampah adalah protein cacat yang tak berguna. Protein adalah salah satu zat gizi yang dipecah menjadi asam-asam amino di usus halus, kemudian diubah menjadi protein-protein baru dalam sel-sel kita. Proses pembuatan protein baru bisa menghasilkan banyak sampah berupa protein cacat. Pola makan yang didominasi oleh sumber hewani adalah penyebab utama produksi protein cacat.
Sampah dalam sel akan mempercepat penuaan sel, tak diperbaikinya sel-sel rusak, dan kurang berfungsinya sistem kekebalan. Banyaknya sel yang tua dan rusak berdampak kepada buruknya kesehatan tubuh.
Sampah-sampah sel tersebut dibersihkan oleh enzim “petugas kebersihan” yang bekerja dalam sel di suatu organel bernama lisosom. Dalam organel tersebut, kira-kira ada 60 jenis enzim yang disebut enzim lisosom yang terlibat dalam proses detoksifikasi. Protein rusak dan cacat oleh proses autofagi dibungkus lembaran mirip kantong untuk dipecah dan dibuang, sementara protein normal dibiarkan tetap utuh. Lisosom juga berfungsi sebagai pusat daur ulang dalam sel karena berfungsi menyusun kembali sampah untuk digunakan lagi.
Bila proses pembuangan dan daur ulang sampah tersebut gagal dilakukan dengan baik, seseorang menjadi lesu, tak bersemangat, tetap lelah meskipun sudah istirahat, dan mudah sakit.
Menurut Prof. Hiromi Sinya, MD, ahli bedah gastroenterologi terkemuka dari Albert Einstein College Of Medicine New York, tidak makan adalah pemicu autofagi. Dengan menjalani keadaan kelaparan sementara, tubuh mengaktifkan autofagi, pembuang dan pendaur ulang sampah tubuh.
Dalam keadaan lapar makanan tidak lagi terdapat di usus sehingga aliran gizi dari usus ke seluruh sel-sel tubuh terhenti. Keadaan ini memaksa tubuh mengambil sumber lain dari protein cacat atau sampah melalui proses autofagi. Proses ini menjadi detoksifikasi alamiah di dalam sel dan membuat sel makin aktif. Kelebihan sampah di dalam sel-sel disingkirkan dan didaur ulang menjadi protein baru yang oleh mitokondria dijadikan energi.
Prof. Hiromi Syinya menyarankan puasa kurang lebih 14 jam, sesuai dengan puasanya ummat Islam sejak terbit fajar sampai maghrib. Empat belas jam tanpa makan dan minum adalah waktu ideal mengosongkan perut dan memunculkan rasa lapar untuk mengaktifkan proses autofagi tanpa efek samping yang membahayakan tubuh. Puasa Ramadhan memberikan waktu sebulan penuh proses pembuangan dan daur ulang sampah dalam tubuh sehingga memungkinkan bersih. Tetapi tanpa puasa diantaranya, sepertinya kita memberikan beban berat kepada puasa Ramadhan. Tiga hari dalam sebulan sudah cukup membersihkan dan menjaga tidak terjadi penumpukan sampah.
Nabi kita adalah sosok yang hampir-hampir tidak pernah sakit. Demikian pula sebagian besar sahabat-sahabat Beliau. Rahasianya ternyata ada di puasa dan pola makan. Dalam setiap bulan, Beliau pasti ada hari-hari berpuasa. Pola makan Beliau: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, sesuai hadits dari Abu Hurairah r.a.: “Keluarga Nabi Muhammad SAW tidak pernah kenyang dengan makanan selama 3 hari hingga beliau wafat (HR Bukhari).
Makan berlebihan menyebabkan pusat daur ulang dalam tubuh tidak bekerja. Bila sepanjang hidup senantiasa kenyang, tumpukan sampah sangatlah banyak sehingga berbagai penyakit berdatangan. Penyakit-penyakit kelebihan gizi saat ini telah berada pada papan atas, menggeser penyakit infeksi atau kurang gizi.
Allahu Akbar, Maha Besar Allah! Rupanya di dalam perintah puasa terdapat kejadian luar biasa yang membina tubuh tetap sehat dan bugar. Allah Maha Tahu sifat-sifat manusia! Bila tidak “dipaksa” berpuasa, pasti tidak pernah mau merasakan lapar. Karena kasih sayang-Nya diwajibkanlah berpuasa. Marilah kita rutinkan puasa sunnah melengkapi puasa Ramadhan, dengan penuh iman dan harapan akan karunia Allah yang besar. Dosa-dosa kita, termasuk dosa-dosa akibat makan berlebihan, insya Allah diampuni!
Bantul, 1 Rabi’ul Awwal 1433 H
Agus Sukaca
guskaca@gmail.com