banner 728x90

Positive Thinking

Salam Tabligh #12

Assalamu’alaikum wr. wb.

Pembaca yang Budiman, kita adalah apa yang kita lakukan, dan kita melakukan apa yang kita pikirkan. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amal dilakukan dengan niat, dan setiap urusan bernilai sesuai niatnya”[HR Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad]. Niat adalah apa yang ada dalam pikiran ketika kita akan melakukan suatu perbuatan.

Pikiran Anda adalah kata-kata yang Anda dengar dari benak Anda atau yang Anda ucapkan. Ketika Anda mengatakan kepada isteri Anda “enak sekali masakanmu”  Anda terlebih dahulu memikirkannya dan kemudian mengatakannya. Pikiran Anda menentukan perkataan dan tindakan Anda. Bila Anda berpikir positif, perkataan dan tindakan Anda akan positif, sebaliknya bila pikiran Anda negatif perkataan dan tindakan Anda juga akan negatif. Berpikir positif adalah berpikir tentang hal-hal yang baik dan berpikir negatif adalah berpikir tentang hal-hal buruk. Pikiran Andalah yang menentukan apakah perkataan dan tindakan Anda positif atau negatif.

Kazuo Murakami, Ph.D. seorang ahli genetika terkemuka dunia dari Jepang dalam bukunya “The Divine Message Of The DNA”  mengungkapkan hasil-hasil penelitiannya bahwa apa yang kita pikirkan memengaruhi cara kerja gen kita. Pendekatan penuh antusiasme terhadap hidup akan membawa kesuksesan dan mengaktifkan gen-gen yang membuat kita mengalami kebahagiaan sekaligus menonaktifkan gen-gen buruk. Berpikir positif berperan dalam menyalakan gen-gen bermanfaat  dan  menyebabkan pengurangan entropi. Faktor-faktor positif seperti kegembiraan, kesukacitaan, kepercayaan, inspirasi, rasa syukur, sabar, do’a dapat mengaktivasi transkripsi gen-gen yang berharga. Faktor-faktor negatif seperti kegelisahan, stres, kesedihan, rasa takut, dan sakit dapat menonaktifkan transkripsi gen-gen berharga. Berpikir negatif menyebabkan peningkatan entropi. Berpikir positif itu mudah saat segalanya berjalan lancar, tetapi tidak mudah ketika dihadapkan pada situasi yang sulit. Pendekatan negatif tidak mempan mengaktifkan gen-gen bermanfaat.

Berikut ini adalah kisah yang saya ambil dari bukunya DR. Ibrahim Elfiky: “Terapi Berpikir Positif”.

Seorang murid al-Hakim Zaynu sering mengeluhkan tentang apa saja dan di mana saja. Alhasil, banyak orang menjauhinya. Tinggallah ia seorang diri. Ia mengeluhkan persoalan yang dihadapi kepada Zaynu. Ia mengatakan bahwa orang-orang cemburu dan dengki kepadanya. Al Hakim Zaynu minta pemuda itu pergi bersamanya. Saat berjalan bersama, mereka tiba di jalan yang gelap. Zaynu minta pemuda itu melalui jalan itu. Ia kaget dan bertanya, “Mengapa aku harus melalui jalan gelap ini? Mengapa bukan jalan yang terang supaya akan dapat mencapai tempat yang dituju?” Zaynu malah mengulangi kalimat yang sama: “lalui jalan ini! Aku akan menemuimu dari jalan yang lain”. Setelah berkata demikian, Zaynu meninggalkan pemuda itu sendirian. Pemuda itu mulai berjalan, benar-benar gelap dan tak dapat melihat apapun. Bahkan ia tidak dapat melihat tangan dan kakinya sendiri. Sepanjang jalan ia bertanya-tanya: ”Mengapa Zaynu meminta aku melalui jalan ini? Apakah ini ujian atau karena ia sudah tua, jadi tak menyadari apa yang diucapkan? Ketika sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba ia membentur tembok di depannya. Ia berteriak kesakitan dan amat geram. Ia menjauhi tempat itu menuju tempat lain. Namun ia tidak tahu ke mana arah keluar dari kegelapan. Ia juga tidak tahu dari arah mana ia datang. Pemuda itu diliputi keraguan. Akhirnya ia berbalik. Ia marah pada Zaynu. Ia juga berpikir banyak hal negatif yang mungkin terjadi hingga ia membentur tembok lagi. Ia teriak dan memaki Zaynu. Ia mencelanya karena telah memilih jalan lain. Bahkan ia menyalahkan dirinya sendiri karena mengikuti kata-kata Zaynu.  Tak lama kemudian ia terjerumus ke dalam lubang yang dalam. Ia berteriak dan mengerang kesakitan. Dalam kondisi terbakar amarah, ia mengumpat dan memaki Zaynu. Ia berusaha keluar tetapi tidak bisa karena lubang itu cukup dalam. Ia menangis dan tak ada yang bisa dilakukannya selain duduk menyesali diri. Ia benar-benar frustasi hingga pingsan.

Setelah sadar, ia teriak sekencang-kencangnya meminta pertolongan. Tak seorangpun mendengar teriakannya. Harapannya untuk dapat kembali pulangpun pupus. Tak lama kemudian, ia melihat secercah cahaya mendekat.  Ia gembira sekali dan berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan. Ternyata orang yang berdiri di depannya adalah al-Hakim Zaynu. Ia membantu pemuda itu keluar dari lobang lalu membimbingnya keluar dari kegelapan. Di ujung jalan, pemuda itu menghentikan langkah Zaynu dan bertanya:”mengapa engkau lakukan ini kepadaku?” Zaynu tidak menjawab. Karena merasa tidak diacuhkan pemuda itu marah dan kembali bertanya: ”mengapa engkau lakukan ini kepadaku?” Kali ini Zaynu balik bertanya: ”apa yang bisa engkau petik sebagai pelajaran dari pengalaman ini?”. Dengan kesal pemuda itu berkata: ”Sejak hari ini aku tidak boleh mendengarkan ucapan orang lain atau percaya”.  Zaynu mengayunkan langkahnya tanpa komentar.

Tiba-tiba pemuda itu menghadang dan berkata: ”Aku tahu ada pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa yang aku alami. Kumohon engkau memaafkan karena aku teramat menderita di jalan itu. Untuk itu kumohon engkau mengajariku dan menasehatiku”.

Zaynu berkata: ”inilah yang seharusnya engkau ambil sebagai pelajaran wahai pemuda. Ya, ini dia pelajarannya. Caramu bertanya yang terakhir itulah yang mendorongku untuk memberikan jawaban. Sebab cara itulah yang santun dan positif, juga punya tujuan yang bisa engkau ambil manfaatnya. Jalan gelap yang kuminta engkau melewatinya menggambarkan pikiran negatifmu. Tembok yang engkau bentur tidak lain adalah buah pikiran negatifmu. Lobang yang engkau terperosok ke dalamnya juga hasil dari pikiran-pikiran negatifmu yang lain”.

Setelah berkata demikian,  Zaynu mendekati pemuda tersebut. sambil menatap tajam bola matanya ia berkata: ”beginilah pikiran negatif itu wahai pemuda. Pikiran negatif membuat seseorang tidak bisa melihat jalan terang.  Ia memilih jalan gelap di mana ia tidak menemukan jalan keluar dan membentur sesuatu yang menyakitkan. Selain itu, ia merasa tak berarti, gagal, sakit hati, marah, dan segala sesuatu yang negatif sesuai jalan pikirannya. Karena itu, jika ingin benar-benar menjadi orang bijaksana, engkau harus menyadari betul bahwa dalam dirimu ada musuh besar, yaitu pikiranmu yang negatif. Ketika engkau tahu cara mengatasinya, ia akan berpihak kepadamu. Sama seperti kuda yang lepas kendali ia bisa membunuhmu dengan satu tendangan. Tetapi jika engkau mengajarinya, ia akan menjadi sahabat yang bermanfaat. Ingat, pikiranmu adalah perbuatanmu sendiri. Tak seorangpun di muka bumi yang mampu mengubahnya untukmu. Jadi engkaulah satu-satunya orang yang mampu mengubah dan menjadikannya berpihak kepadamu serta membantumu agar tetap stabil dan meraih kebahagiaan”.

Samarinda, 21 Mei 2013

Agus Sukaca

guskaca@gmail.com

 

[1]

banner 468x60