Beriman terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah (asma’ wa shifatullah) sangatlah penting, karena ia adalah bagian yang tak terpisahkan dengan keimanan kepada Allah SWT. Seseorang tidak lurus keimanannya kepada Allah SWT kecuali setelah ia mengenali nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Karenanya, di dalam Al-Qur’an bertebaran ayat-ayat yang berisi tentang penegasan mengenai nama-nama dan sifat Allah. Hal ini dimaksudkan agar manusia lebih mengenal Allah swt sehingga ia benar-benar beriman kepada-Nya.
Allah swt berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (22) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (24) – الحشر : 22 – 24
22. Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 23. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 24. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs al-Hasyr: 22-24)
Allah swt mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk selalu mendekat dan memohon kepada-Nya dengan cara menyebut dan memanggil nama-Nya dengan benar. Sebaliknya, Dia melarang hamba-hamba-Nya mengikuti orang-orang yang melakukan penyimpangan pada nama-nama Allah SWT.
Dia berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ – الأعراف : 180
Hanya milik Allah asmaa-ul husna [Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.], Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Kelak mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raf:180)
Ayat di atas berisi perintah agar kita berdo’a kepada Allah swt dengan memanggil nama-nama-Nya yang agung serta kecaman Allah terhadap orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk Nama-nama selain Allah. Oleh karenanya, agar hal ini tidak terjadi., setiap orang Islam seharusnya memahami Tauhid asma’ was sifaat
Pengertian Tauhid Asma’ wa-Shifat
Kalimat asma’ adalah bentuk jama’ dari kalimat ism yang berati nama. Asma Allah berarti nama-nama Allah. Sedangkan kalimat sifaat bentuk jama’ dari kata sifat yang berarti sifat. Kalimat sifat dalam bahasa Arab berbeda dengan kalimat sifat dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa arab kalimat sifat mencakup segala informasi yang melekat pada suatu yang wujud. Sehingga sifat bagi benda dalam bahasa arab mencakup sifat benda itu sendiri, seperti besar kecilnya, tinggi rendahnya, warnanya, keelokannya, dan lain-lain. Juga mencakup apa yang dilakukannya, apa saja yang dimilikinya, keadaan, gerakan, dan informasi lainnya yang ada pada benda tersebut Dengan demikian, kalimat sifat Allah mencakup perbuatanNya, kekuasaanNya, apa saja yang ada pada Dzat Allah, dan segala informasi tentang Allah. Diantara sifat Allah adalah Allah memiliki tangan yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, Allah memiliki kaki yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, Allah turun ke langit dunia, Allah bersemayam di Arsy, Allah tertawa, Allah murka, Allah berbicara, dan lain-lain. Dan sekali lagi, sifat Allah tidak hanya berhubungan dengan kemurahan-Nya, keindahan-Nya, keagungan-Nya, dan lain-lain.
Para ahli tauhid memberikan pengertian Tauhid asma’ wa-shifat:
إِفْرَادَ اللهِ- عز وجل- بِمَا لَهْ مِنَ الأَسْمَاءِ وَالصِفَاتِ – القول المفيد على كتاب التوحيد – 1 / 16
“Mengesakan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia dalam hal nama-nama dan sifat- sifat-Nya” (al-Qoulul Mufid al Kitabit Tauhid: I:16)
Mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya menuntut seseorang Muslim meyakini secara mantap bahwa Allah SWT. menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan, dan bahwa Dia berbeda dengan seluruh makhluk-Nya. Caranya adalah dengan: Itsbatun yakni menetapkan (mengakui) nama-nama dan sifat-sifat Allah yang yang menunjukkan ke-Maha Sempurnaan Allah yang Dia sandangkan untuk Dirinya atau disandangkan oleh Rasulullah saw dan nafyun yakni meniadakan atau menolak nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ketidak Sempurnaan Allah dengan tidak melakukan tahrif (pengubahan) lafazh atau maknanya, tidak ta’thil (pengabaian) yakni menyangkal seluruh atau sebagian nama dari sifat itu, tidak takyif (pengadaptasian) dengan menentukan esensi dan kondisinya, dan tidak tasybih (penyerupaan) dengan sifat-sifat makhluk.
Tiga Asas Tauhid Asma’ wa-Shifat
Berdasarkan penjelasan dari ayat-ayat al-Qur’an, Tauhid asma’ was shifat berdiri diatas tiga asas, yakni:
Pertama: Mensucikan dan meninggikan Allah SWT dari sifat-sifat dan perkara-perkara yang menyerupai-Nya dengan makhluk-Nya atau dari segala kekurangan.
Asas ini diterangkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat as-Syura ayat 11:
فَاطِرُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“ (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat”.
Juga diterangkan di dalam surat al-Ikhlas ayat 4:
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“ Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Termasuk dalam asas pertama ini, menyucikan Allah swt. dari segala yang bertentangan dengan sifat yang Dia sandangkan untuk Dirinya atau dengan sifat yang disandangkan oleh Rasulullah saw. Jadi mengesakan Allah dalam hal sifat-sifat-Nya menuntut seseorang Muslim untuk meyakini bahwa Allah tidak mempunyai istri, teman, tandingan, pembantu, dan syafi’ (pemberi syafa’at), kecuali atas izin-Nya. Dan juga menuntut seorang Muslim untuk menyucikan Allah dari sifat tidur, lelah, lemah, mati, bodoh, zalim, lalai, lupa, kantuk, dan sifat-sifat kekurangan lainnya.
Kedua: Meyakini nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits; tanpa membatasinya dengan mengurang-ngurangi atau menambah-nambah, atau berpaling, sekalipun sedikit, atau mengabaikannya.
Untuk dapat memenuhi asas tersebut, metode yang dapat digunakan hanyalah metode sima’i atau metode wahyu yakni suatu cara mendapatkan sesuatu melalui mendengar atau membaca wahyu Allah; bukan melalui metode aqliyah yakni cara mendapatkan sesuatu melalui akal pikiran. Karenanya, seseorang dilarang memberikan sifat-sifat atau nama-nama Allah kecuali sebagaimana yang ditetapkan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebab hanya Dialah yang paling tahu tentang diri-Nya sendiri sebagaimana difirmankan didalam Al-Qur’an surat al-Baqarah:140:
قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ – البقرة : 140
Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah,
Misalnya, Allah menyatakan dalam surat ar-Ra’du ayat 2:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ – الرعد : 2
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy,
Kita harus mengimani bahwa Allah SWT bersemayam di atas ‘Arasy, tanpa mempertanyakan bagaimana caranya Allah bersemayam, berapa luas ‘arasy itu, mana yang lebih besar, Allah atau ‘Arasy, di manakah ‘Arasy itu, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin diajukan. Selain tidak akan bisa dijawab karena itu masalah ghaib, juga tidak ada gunanya, bahkan hanya akan menghabiskan waktu saja.
Ketiga: Membuang jauh-jauh khayalan untuk memvisualisasikan sifat-sifat Allah SWT.
Yang demikian itu disebabkan sifat-sifat Allah sama sekali berbeda dengan sifat-sifat makhluk-Nya, yang secara lazim memerlukan pembuktian baik secara material maupun visual. Sedangkan terhadap sifat-sifat dan nama-nama Allah tidak memerlukan pendekatan Dzat atau pemvisualisasian dalam meyakini-Nya.
Jika terjadi persamaan nama dan sifat antara Allah SWT dan makhluk-Nya, misalnya Allah Maha Mendengar, manusia juga mendengar, Allah berbicara dengan Musa, manusia juga berbicara, dan lain-lain, maka persamaan tersebut hanyalah persamaan nama (ismun), bukan persamaan hakiki (musamma). Nama dan Sifat untuk Allah SWT sesuai dengan Dzat dan Kemahaan-Nya, nama dan sifat untuk manusia dan makhluk lain sesuai dengan kemakhlukannya. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk mentakwilkan sifat-sifat Allah tertentu karena takut tasybih atau tamsil, dan lebih dari itu tentu tidak dibenarkan menolak sama sekali nama atau sifat Allah SWT yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya atau mengurangi kemutlakan Allah SWT dalam nama dan sifat-sifatNya. Sebab menolak salah satu nama dan sifat Allah SWT berarti mendustakan Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman dalam surat az-Zumar ayat 32:
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِين
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?
Asas yang ketiga menuntut seorang muslim untuk mengimani sifat-sifat dan nama-nama yang ditegaskan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa bertanya tentang kaifiyyah (kondisi)-Nya, dan tidak pula tentang esensinya. Sebab, mengetahui kaifiyyah sifat hanya akan dicapai manakala mengetahui kaifiyyah Dzat. Karena sifat-sifat itu berbeda-beda, tergantung pada penyandang sifat-sifat tersebut. Dan Dzat Allah tidak berhak dipertanyakan esensi dan kaifiyyah-Nya. Maka, demikian pula sifat-sifat-Nya, tidak boleh dipertanyakan kaifiyyah-Nya.
Karenanya, Imam Malik –Rahimahullah– saat ditanya tentang kaifiyyah istiwa (cara Allah bersemayam) ia menjawab:
اَلإِسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ، وَالْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ، وَالإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ
”Istiwa itu sudah dipahami, sedang cara-caranya tidak diketahui; mengimaninya (istiwa) adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah bid’ah.”
Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah Azza wa Jalla
Asma’Allah azza wa jalla adalah nama-nama yang diberikan Allah SWT kepada diri-Nya sebagaimana telah disebutkan di dalam Al-Qur’an dan sabda Nabi-Nya. Menurut Syekh Ibnu Taimiyah bahwa Setiap nama dari nama-nama Allah menunjukkan kepada Dzat yang disebutnya dan sifat yang dikandungnya. Misalnya nama al-‘Alim (Maha Mengetahui) menunjukkan Dzat dan sifat al-‘ilmu (mengetahui) Allah, nama al-Qadir, menunjukkan Dzat dan sifat qudrah (kekuasaan), nama ar-Rahman (Maha Pengasih) menunjukkan Dzat dan sifat ar–rahmah (kasih sayang) Allah dan seterusnya.
Menurut al-Qur’an dan al-Hadits, ada dua jenis sifat Allah yaitu:
- Sifat dzatiyah, yakni sifat-sifat yang tidak pernah terlepas dari sisi Allah SWT, seperti sifat ilmu, hidup, kekal, kasih sayang, kaya, adil, dan lain-lain.
Allah SWT berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (22) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (24) – الحشر : 22 – 24
22. Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 23. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 24. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. al-Hasr: 22-24)
2. Sifat fi’liyah, yakni sifat-sifat yang menyangkut kehendak Allah dan kekuasaan-Nya, seperti istiwa’ (bersemayam), nuzul (turun), ta’jub (heran), tertawa, ridla, cinta, benci, gembira, marah, tipu daya, dan lain-lain.
Firman Allah dalam surat Thaha ayat 5:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى – طه : 5
(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Arsy
Firman Allah surat al-Anfal ayat 30:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.
Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 15 :
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُون
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
Jumlah nama-nama Allah cukup banyak, tidak ada yang mengetahui selain Allah sendiri. Sebagian nama-namaNya diterangkan kepada manusia dan sebagian lain disembunyikan. Di antara hadith yang menunjukkan bahwa di sana ada beberapa nama lagi yang tidak diberitahukan oleh Allah kepada manusia dan hanya Dia sajalah yang mengetahuinya sebagai ilmu al-ghaib di sisi-Nya ialah sabda Rasulullah SAW.:
مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ هَمٌّ وَلاَ حَزَنٌ ، فَقَالَ : اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ ، ابْنُ عَبْدِكَ ، ابْنُ أَمَتِكَ ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي ، وَنُورَ صَدْرِي ، وَجِلاَءَ حُزْنِي ، وَذَهَابَ هَمِّي ، إِلاَّ أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَحُزْنَهُ ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَحًا ، قَالَ : فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَلاَ نَتَعَلَّمُهَا ؟ فَقَالَ : بَلَى ، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا – أحمد
“Tidaklah seseorang mengalami kesedihan dan tidak pula duka, lalu ia mengucapkan; Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu dan anak hamba wanitaMu, ubun-ubunku berada di tanganMu, hukumMu berlaku padaku dan ketetapanMu padaku adalah adil. Aku memohon kepadaMu dengan segenap namaMu atau yang Engkau namai diriMu dengannya, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhlukMu atau engkau turunkan di dalam kitabMu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisiMu agar Engkau menjadikan Al Qur`an sebagai penyejuk hatiku dan cahaya dadaku serta penawar kesedihanku dan pelenyap dukaku. Kecuali Allah akan menghilangkan kesedihan dan kedukaan serta menggantinya dengan jalan keluar.” Ia berkata; Lalu dikatakan; Wahai Rasulullah, bolehkah kami mempelajarinya? Beliau menjawab: “Tentu, orang yang telah mendengarnya semestinya mempelajarinya.”(HR Ahmad) Menurut penelitian Al-Bani, hadits ini shahih.
Di antara nama-nama Allah, ada yang disebut dengan istilah al-asma’ul husna (nama-nama Allah yang bagus). Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 180:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Dalam sebuah hadits, Rasululullah menyebutkan bahwa jumlah al-asma’ul husna ada 99 nama. Beliau bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ – رواه البخارى
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt mempunyai sembilan puluh sembilan nama. Barang siapa yang menghitungnya (menghafal) niscaya masuk syurgalah ia.” (H.R. Bukhari)
Dalam riwayat Turmudzi disebutkan ke 99 nama itu sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً غَيْرَ وَاحِدٍ مَنْ أَحْصَاهَادَخَلَ الْجَنَّةَ هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْحَكَمُ الْعَدْلُ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ الْغَفُورُ الشَّكُورُ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ الْحَفِيظُ الْمُقِيتُ الْحَسِيبُ الْجَلِيلُ الْكَرِيمُ الرَّقِيبُ الْمُجِيبُ الْوَاسِعُ الْحَكِيمُ الْوَدُودُ الْمَجِيدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيدُ الْحَقُّ الْوَكِيلُ الْقَوِيُّ الْمَتِينُ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ الْمُحْصِي الْمُبْدِئُ الْمُعِيدُ الْمُحْيِي الْمُمِيتُ الْحَيُّ الْقَيُّومُ الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الْقَادِرُ الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ الْأَوَّلُ الْآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْوَالِيَ الْمُتَعَالِي الْبَرُّ التَّوَّابُ الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ الرَّءُوفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ الْمُقْسِطُ الْجَامِعُ الْغَنِيُّ الْمُغْنِي الْمَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ الْهَادِي الْبَدِيعُ الْبَاقِي الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ – رواه الترمذى
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “ Rasulullah saw bersabda: Sungguh Allah mempunyai nama sembilan puluh sembilan, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menjaganya niscaya masuk syurga. Dia adalah Allah yang tidak ada Tuhan berhak disembah kecuali Dia, 1. (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah 2. (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi / Penyayang 3. (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Merajai 4. (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci 5. (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat 6. (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan 7. (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Memelihara / Mengawasi 8. (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa / Yang Dapat Mengalahkan 9. (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Perkasa / Menundukkan Segalanya 10. (Al Mutakabbir) Artinya Yang Mempunyai kebesaran. 11. (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta 12. (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan / Melepaskan 13. (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk 14. (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun 15. (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Memaksa 16. (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah / Pengkarunia 17. (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki 18. (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka 19. (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui 20. (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang / Menyempitkan Rezeki 21. (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat / Melapangkan Rizki 22. (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Merendahkan Derajat 23. (Ar Rafi’) Artinya Yang Maha Peninggi / Meninggikan Derajat 24. (Al Mu’izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan 25. (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina 26. (As Sami’) Artinya Yang Maha Mendengar 27. (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat 28. (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili / Menetapkan Hukum 29. (Al ‘Adil) Artinya Yang Maha Adil 30. (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut/Halus 31. (Al Khabir) Artinya Yang Maha Waspada 32. (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar 33. (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung 34. (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun 35. (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur / Berterima Kasih 36. (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi 37. (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar 38. (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara 39. (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga / Memberikan Makan 40. (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung 41. (Al Jalil) Artinya Yang Maha Pemilik Kebesaran 42. (Al Karim) Artinya Yang Maha Mulia 43. (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada / Mengawasi 44. (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul 45. (Al Wasik’) Artinya Yang Maha Luas 46. (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana 47. (Al Wadud) Artinya Yang Maha Mengasihi / Penyayang 48. (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia 49. (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula 50. (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan 51. (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar 52. (Al Wakil) Artinya Yang Maha Mengurusi 53. (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat 54. (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh / Kokoh 55. (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi 56. (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji 57. (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung 58. (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal / Memulai 59. (Al Mu’id) Artinya Yang Maha Mengembalikan 60. (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan 61. (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan 62. (Al Hayyu) Artinya Yang Maha Hidup 63. (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri 64. (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu 65. (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia 66. (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa 67. (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal 68. (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan 69. (Al Qadir) Artinya Yang Maha Kuasa 70. (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Menentukan 71. (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Mendahului 72. (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Mengakhiri / Penangguh 73. (Al Awwal) Artinya Yang Pertama 74. (Al Akhir) Artinya Yang Akhir 75. (Az Zahir) Artinya Yang Zahir 76. (Al Batin) Artinya Yang Batin / Tak Kelihatan Dzatnya 77. (Al Wali) Artinya Yang Memerintah / Menguasai 78. (Al Muta’ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia 79. (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan / Kebaikan 80. (At Tawwab) Artinya Yang Maha Menerima Taubat 81. (Al Muntaqim) Artinya Yang Maha Memberi Hukuman / Siksaan 82. (Al ‘Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun 83. (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang 84. (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal / Memiliki Kerajaan 85. (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Keagungan dan Kemuliaan 86. (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Adil 87. (Al Jami) Artinya Yang Maha Mengumpulkan 88. (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya 89. (Al Mughni) Artinya Yang Maha Memberi Kekayaan 90. (Al Mani’) Artinya Yang Maha Pencegah / Mempertahankan 91. (Al Dlarr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat / Bahaya 92. (Al Nafi’) Artinya Yang Memberi Manfaat 93. (Al Nur) Artinya Memberi Cahaya 94. (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk 95. (Al Badi’) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya 96. (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal 97. (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi 98. (Ar Rasyid) Artinya Yang Maha Pandai 99. (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar (HR Turmudzi)
Hadits mengenai uraian asma’ul husna yang berjumlah 99 tersebut dinilai oleh Syekh al-Bani gharib dan termasuk hadits dlaif. Karenanya, sebagian ulama’ tidak menggunakan hadits tersebut sebagai landasan dalam menjelaskan uraian mengenai al-asma’ul husna.
Narasumber utama artikel ini:
Zaini Munir Fadloli