Salam Tabligh #8
Mendengar bacaan Al Qur’an tanpa tahu artinya saja memberikan efek luar biasa bagi kesehatan, apalagi dengan membaca pasti efeknya jauh lebih hebat lagi. Dalam proses mendengar, indera yang paling terlibat aktif adalah pendengaran. Sedangkan dalam membaca, indera penglihatan dan pendengaran, dua-duanya terlibat aktif. Membaca Al Qur’an menimbulkan suara yang kita dengar sendiri.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Rasulullah memerintahkan kita membiasakan diri membaca Al Qur’an dan memberikan kabar gembira bagi orang yang selalu membacanya. Beliau bersabda:”Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an, akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan berlipat sepuluh kali. Aku tidak berkata alif, laam, mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR Turmudzi).
Beliau menyuruh kita mengkhatamkan Al Qur’an sebulan sekali. Abdullah bin Amrin bertanya: “Wahai Rasulullah, berapa lama saya harus mengkhatamkan Al Qur’an?” Nabi menjawab: ”sebulan”. Abdullah berkata:”Saya mampu mengkhatamkan kurang dari sebulan”. Abu Musa mengulangi perkataannya dan mengurangi (tempo khatamnya) sampai Rasulullah bersabda: “Khatamkanlah Al Qur’an selama tujuh hari”. Abdullah mengatakan: “Saya bisa mengkhatamkan dalam waktu kurang dari 7 hari”. Nabi bersabda:”Tidak akan memahami Al Qur’an bagi orang yang membacanya (mengkhatamkannya) dalam waktu kurang dari 3 hari” (HR Abu Dawud).
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk ummat manusia sampai akhir zaman. Fungsi al-Qur’an antara lain sebagai petunjuk (hudan), sumber informasi/penjelasan (bayan), pembeda antara yang benar dan yang salah (al-furqan), penyembuh (syifa’), rahmat, nasehat atau petuah (mau’idzah). (lih. Qs. Al-Baqarah: 185 dan al-Isra: 82)
Fungsi-fungsi Al Qur’an tersebut dapat diperoleh melalui proses membaca dan memahami arti dan maknanya. Semakin tinggi intensitas membaca dan memahaminya, semakin banyak manfaat yang diperolehnya. Sebagaimana sabda Nabi yang dirawayatkan oleh Turmudzi di atas, dari setiap huruf Al Qur’an yang kita baca kita mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan berlipat sepuluh kali.
Banyak sekali kebaikan yang kita peroleh! Bahkan suara bacaan Al Qur’an saja sudah mampu memberikan manfaat meskipun bagi orang yang sama sekali tidak mengerti bahasa Arab.
Salah satu manfaat Al Qur’an adalah sebagaimana dihasilkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad al Qadhi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research yang berpusat di Amerika Serikat sekaligus konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida. Ia meneliti pengaruh Al Qur’an pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) tahapan.
Tahap pertama bertujuan untuk meneliti kemungkinan adanya pengaruh Al Qur’an pada fungsi organ tubuh sekaligus mengukur intensitasnya jika memang ada. Tahap kedua diarahkan untuk mengetahui apakah efek yang ditimbulkan benar-benar karena Al Qur’an atau bukan.
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan mesin pengukur dan terapi stress yang berbasis komputer, model Medaq 2002 (medical data quotient) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Kedokteran Universitas Boston. Alat ini mampu mengukur reaksi yang menunjukkan tingkat stress dengan 2 (dua) cara: (1) melakukan pemeriksaan fisik secara langsung melalui komputer, dan (2) memonitor serta mengukur perubahan-perubahan fiisiologis pada tubuh.
Eksperimen dilakukan sebanyak 210 kali dengan melibatkan responden laki-laki dan perempuan dengan usia antara 18-40 tahun. Semua responden non muslim dan tidak bisa berbahasa Arab. Mereka diminta mendengarkan bacaan Al Qur’an dengan Bahasa Arab dengan kaidah tajwid 85 kali. Mereka juga diminta mendengarkan bacaan berbahasa Arab yang bukan Al Qur’an sebanyak 85 kali juga. Bacaan-bacaan berbahasa Arab non Al Qur’an ini dilantunkan dengan kaidah tajwid layaknya Al Qur’an sehingga memiliki kemiripan dengan Al Qur’an dari aspek lafal, intonasi suara, dan ketukan di indera pendengaran. Bacaan bahasa Arab non Al Qur’an digunakan sebagai placebo, di mana responden tidak dapat membedakan antara Al Qur’an dengan bacaan non Al Qur’an.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa bacaan Al Qur’an menimbulkan efek relaksasi hingga 65%, sedangkan bacaan berbahasa Arab non Al Qur’an, efek relaksasinya hanya mencapai 33%.
Hasil ini menunjukkan bahwa Al Qur’an memiliki pengaruh positif yang sangat signifikan dalam menuurunkan ketegangan (stress) pada pengukuran kualitatif maupun kuantitatif. Pengaruh ini tampak dalam bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada arus listrik di otot, juga perubahan pada daya tangkap di kulit terhadap konduksi listrik, perubahan pada sirkulasi darah, serta perubahan pada detak jantung, kadar darah yang mengalir pada kulit yang kesemuanya saling terkait dan paralel dengan perubahan-perubahan pada aspek lain.
Semua perubahan ini menunjukkan adanya perubahan fungsi dan kinerja sistem syaraf otonom yang lebih lanjut berpengaruh pada organ-organ tubuh yang lain serta fungsi-fungsinya. Karena itu ditemukan adanya kemungkinan-kemungkinan tak terbatas pada pengaruh-pengaruh fisiologis yang bisa dihasilkan Al Qur’an.
Dalam penelitian lain, Kazemi (dkk) melakukan penelitian yang mirip terhadap 107 mahasiswa keperawatan Rafsanjan University of Medical Sciencies dengan metode kuasi eksperimental. Mereka dibagi ke dalam dua grup, grup kontrol dan grup yang diintervensi. Skor Kesehatan Mental diukur pada kedua grup dengan 12 item kuesioner. Grup yang dintervensi mendengarkan Al Qur’an masing-masing selama 15 menit, tiga kali sepekan selama empat pekan berturut-turut, yang diperdengarkan dengan tape rekorder. Sepekanatau tujuh hari setelah intervensi selesai, skor kesehatan mental diukur kembali pada kedua grup. Hasilnya, terjadi peningkatan skor kesehatan mental yang signifikan pada group yang diintervensi. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa mendengarkan Al Qur’an meningkatkan kesehatan mental mahasiswa.
Mendengar bacaan Al Qur’an tanpa tahu artinya saja memberikan efek luar biasa bagi kesehatan, apalagi dengan membaca pasti efeknya jauh lebih hebat lagi. Dalam proses mendengar, indera yang paling terlibat aktif adalah pendengaran. Sedangkan dalam membaca, indera penglihatan dan pendengaran, dua-duanya terlibat aktif. Membaca Al Qur’an menimbulkan suara yang kita dengar sendiri.
Meskipun mendengar dan membaca Al Qur’an meningkatkan derajat kesehatan kita, ada hal yang lebih penting yang harus kita raih, yakni menjadikannya sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan kita di dunia. Fungsi sebagai petunjuk dapat kita peroleh dengan memahami arti dan maksudnya dengan sikap sami’na wa atha’na —saya baca, saya mengerti, dan saya taat.
Ketika yang kita baca isinya perintah, kita laksanakan. Bila berupa larangan, kita jauhi dan tinggalkan. Bila berupa kisah-kisah, isyarat, petunjuk tidak langsung, dan hal-hal lainnya, kita ambil sebagai pelajaran dan inspirasi kehidupan kita. Kita mohon kepada Allah agar Al Qur’an menjadi penyuluh hati, pencerah jiwa dan pemandu pikiran sehingga amal yang kita lakukan merupakan pengejawantahan Al Qur’an. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW, di mana akhlak beliau adalah Al Qur’an. Beliaulah sosok sempurna sebagai contoh ideal pengamalan Al Qur’an. Suasana jiwa saat membaca Al Qur’an adalah semangat memperoleh petunjuk dan inspirasi dalam menjalani kehidupan.
Tentu ada alasannya Rasulullah SAW menyuruh kita mengkhatamkan Al Qur’an dalam sebulan. Perasaan dan pikiran kita sangat dipengaruhi pada apa-apa yang kita berikan kepadanya lewat indera-indera kita, khususnya penglihatan dan pendengaran. Al Qur’an yang kita baca berulang-ulang setiap hari besar sekali pengaruhnya. Perasaan dan pikiran menjadi positif, amal perbuatan yang dihasilkan akhirnya juga positif. Satu huruf kita baca, satu kebaikan kita peroleh. Setiap kebaikan berlipat sepuluh. Berapa huruf kita baca bila rata-rata sehari kita baca 1 juz? Pasti Allah telah mempersiapkan banyak kebaikan buta kita!
Mengkhatamkan Al Qur’an setiap bulan menjadi ringan bila telah menjadi kebiasaan. Kebiasaan merupakan hasil dari proses berpikir, perekaman, pengulangan, penyimpanan, pengulangan, dan akhirnya menjadi kebiasaan.
Yang pertama-tama dilakukan adalah berpikir untuk mengaji setiap hari 1 (satu) juz. Bayangkan seolah-olah anda telah melakukannya setiap hari: setiap menjelang subuh, bakda shalat subuh dan bakda shalat maghrib. Waktu-waktu tersebut merupakan waktu anda membaca Al Qur’an. Sekali lagi banyangkan, anda telah memiliki kebiasaan tersebut. Lakukan mulai hari ini juga. Syetan akan mengatakan: “Jangan buru-buru, waktu masih panjang, mulailah besok saja!” dan besok syetan menggoda lagi dengan kalimat yang sama. Jangan tergoda!
Apa yang anda pikirkan dan lakukan direkam oleh otak. Ulangi pada saat yang sama dengan perasaan yang sama. Otak akan membuat hubungan yang kuat antara waktu menjelang subuh, bakda shalat subuh dan bakda shalat maghrib dengan aktifitas anda membaca Al Qur’an. Semakin sering anda mengulanginya, semakin kuat otak menyimpan dalam memorinya. Akal menyimpannya dalam file dan menghadirkannya di hadapan anda setiap kali anda menghadapi peristiwa serupa.
Melepaskan diri dari perilaku semacam ini akan semakin sulit karena pikiran itu sudah tersimpan di dalam file akal bawah sadar anda. Selanjutnya, disadari atau tidak, anda mengulang kembali perilaku yang tersimpan kuat di akal bawah sadar. Anda dapat merasakan bahwa anda telah mengulangi perilaku itu atau terjadi begitu saja di luar kemauan anda. Setiap kali memori yang tersimpan di akal bawah sadar itu diulang, ia semakin kuat dan mendalam. Mulai saat itulah kebiasaan terwujud.
Mari kita biasakan mengkhatamkan Al Qur’an setiap bulan!
Wassalamu’alaikum wr wb.
Samarinda, 11 Juni 2012
Agus Sukaca
guskaca@gmail.com