Oleh: dr. Agus Sukaca, M.Kes.
الْسَلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وسَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِى اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَا دِيَ لَهُ وَنَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إلاَّ الله وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا بَيْنَ يَدَىْ السَّاعَةِ، مَنْ يُطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ رَشَدَ وَمَنْ يَعْصِمُهَا فَقَدْ غَوَى، نَسْأَلُ اللهَ رَبُّنَا أنْ يَجْعَلَنَا مِمَّنْ يُطِيْعُهُ و يُطِيْعُ رَسُوْلَهُ، و يَتَّبِعُ رِضْوَانَهُ و يَجْتَنِبُ سَخَطَهُ فَإنَّمَا نَحْنُ بِهِ وَ لَهُ.
اللهُ أَكْبَرُ, اللهٌ أَكْبَرُ, لاَ إلهَ إِلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أكْبَرُ وَ لِلَّهِ اْلحَمْد.
أمٌا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المتٌقُوْنَ، فَاتَّقُوْاالله َحَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
اللهُ أَكْبَرُ, اللهٌ أَكْبَرُ, لاَ إلهَ إِلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أكْبَرُ وَ لِلَّهِ اْلحَمْد.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!
Marilah kita syukuri anugerah Allah yang tiada putus-putusnya kita terima. Saat ini diberi-Nya kita kesempatan melewati bulan Ramadhan mubarak tahun 1442 H hingga selesai. Mudah-mudah segala dosa dan kesalahan kita diampuni Allah, amal kebaikan kita diterima-Nya, serta kita berada dalam rida-Nya. Kita kembali kepada fitrah!
Salah satu bentuk syukur kita kepada Allah adalah dengan merencanakan masa depan kita lebih dekat lagi kepada Allah, dengan menjalani perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, dan menata segala aktivitas kita sesuai ketentuan petunjuk-Nya.
Ini bukanlah perkara yang mudah, oleh karena kita harus melewati fase pertarungan antara keinginan fitrah yang cenderung mengikuti jalur ketakwaan dengan hawa nafsu yang cenderung kepada kesenangan duniawi. Setiap manusia memiliki potensi keduanya.
Allah telah memasang kedua jenis potensi tersebut pada diri setiap manusia. Dia berfirman:
وَنَفس وَمَا سَوَّىٰهَا فَأَلهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقوَىٰهَا قَد أَفلَحَ مَن زَكَّىٰهَا وَقَد خَابَ مَن دَسَّىٰهَا
“Demi jiwa dan penyempurnaannya. Maka Dia mengilhamkan (memasang) potensi fujur (kejahatan) dan ketakwaan. Sungguh beruntung orang yang memilih menyucikannya (mengaktualisasikan potensi ketakwaan) dan sungguh rugilah yang memilih mengotorinya (mengaktualisasikan potensi fujur)” [QS Asy-Syams 7 – 10]
Allah juga telah memberikan petunjuk yang jelas tentang jalan ketakwaan dan keburukan, dengan narasi yang mudah dipahami oleh manusia berupa kitab Al-Quran. Bagaimana cara mengimplementasikan dalam kehidupan nyata, telah diberikan contoh teladan oleh nabi junjungan kita Muhammad SAW.
Beliau berpesan:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku tinggalkan untuk kalian 2 perkara, tidak akan pernah tersesat sepanjang berpegang teguh dengan keduanya, yakni Kitab Allah Al-Quran dan Sunah Rasul-Nya” (HR Al-Hakim)
Petunjuk Allah sangat sempurna dan cocok hingga akhir zaman.
Kita para manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah paling sempurna dan terjaga kesempurnaannya selagi memilih jalan takwa dengan iman dan amal saleh. Orang yang mampu senantiasa menjaga diri dalam keimanan dan amal saleh, memiliki kedudukan lebih terhormat dibandingkan para malaikat.
Sebaliknya, manusia bisa menjadi lebih buruk dari yang buruk jika memilih mengaktualisasikan potensi fujur yang bersifat pragmatis, mengikuti keinginan hawa nafsu dan kesenangan duniawi.
اللهُ أَكْبَرُ, اللهٌ أَكْبَرُ, لاَ إلهَ إِلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أكْبَرُ وَ لِلَّهِ اْلحَمْد.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!
Allah telah menunjukkan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk, mana jalan ketakwaan dan jalan keburukan. Kepada kita diberikan kewenangan dan kebebasan sepenuhnya untuk memilih, dan tentu dengan akibatnya masing-masing.
Firman Allah:
وَقُلِ ٱلحَقُّ مِن رَّبِّكُمۖ فَمَن شَاۤءَ فَلیُؤمِن وَمَن شَاۤءَ فَلیَكفُرۚ
“Katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barang siapa menghendaki beriman, berimanlah! Barang siapa menghendaki kufur, kufurlah” (Al Kahfi 29 ).
Setiap pilihan membawa akibat yang berbeda!
Memilih beriman dan mengaktualisasikan keimanannya dengan amal saleh mengantarkan pada kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
Sedangkan memilih mengingkari petunjuk Allah dengan memilih jalan yang berbeda dari yang ditunjukkan Allah, mengantarkan kepada kesengsaraan dan penderitaan.
آللهُ أكْبَرُ آللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْد
Bapak ibu dan saudara sekalian, kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!
Setiap saat kita dihadapkan pada kedua pilihan tersebut. Dalam sehari kita memutuskan puluhan, ratusan, bahkan ribuan pilihan-pilihan kita.
Pikiran yang dijiwai oleh Al-Quran dan As-Sunah, memilih memutuskan melakukan amal saleh. Sedangkan pikiran yang kosong dari petunjuk Al-Quran dan As-Sunah, memilih memutuskan berdasarkan pertimbangan pragmatis yang belum tentu saleh.
Marilah kita kondisikan memori pikiran kita terikat erat dengan Al-Quran dan As-Sunah sehingga menjiwai setiap keputusan yang kita ambil dalam melakukan atau tidak melakukan suatu aktivitas. Untuk maksud tersebut, kita perlu berulang-ulang membacanya setiap hari.
Seberapa sering seharusnya kita membaca, Rasulullah memberikan petunjuk berdasar pertanyaan sahabat Abdullah bin Amr:
“Wahai Rasulullah, berapa lama saya harus mengkhatamkan Al-Quran?” Nabi menjawab, ”sebulan”. Abdullah berkata, ”Saya mampu mengkhatamkan kurang dari sebulan”. Rasulullah bersabda: “Khatamkanlah Al-Quran dalam tujuh hari”. Abdullah berkata, “Saya bisa mengkhatamkan dalam waktu kurang dari 7 hari”. Nabi bersabda, ”Tidak akan memahami Al-Quran bagi orang yang membacanya (mengkhatamkannya) dalam waktu kurang dari 3 hari” (HR Abu Dawud)
Itulah petunjuk Rasulullah. Seharusnya kita khatam membacanya antara 1 – 10 kali setiap bulan. Andaikan bapak ibu memilih yang paling minimal, yakni sekali dalam sebulan, maka setiap ayat Al-Quran dibaca sekali setiap bulan.
Membaca Al-Quran seharusnya dilakukan dengan melafalkan dan memahami artinya. Bagi yang belum mengerti bahasa Arab Al-Quran, untuk sementara bisa dibantu dengan membaca terjemahannya. Ke depan, semestinya mengerti bahasa Arab Al-Quran!
Beranilah memutuskan, dalam beberapa tahun mendatang bapak, ibu, saudara sudah mengerti bahasa Arab Al-Quran sehingga setiap melafalkan bacaan Al-Quran langsung mengerti maksudnya. Selanjutnya segera mulai belajar hari ini, dan berkomitmen melakukannya setiap hati.
آللهُ أكْبَرُ آللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْد
Bapak ibu dan saudara sekalian, kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!
Insya Allah keputusan ini akan membawa kita menuju sebaik-baik manusia, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya” (HR Bukhari)
Akhirnya, marilah bermunajat kepada Allah, memohon ampunan, petunjuk dan bimbingan untuk melaksanakan keputusan-keputusan kita dengan mengikuti jalan-Nya yang lurus.
أللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَاصلَّيْتَ عَلىَ إبْرَاهِيْمِ وَآلِ إبْرَاهِيْمِ وَبَارِكْ عَلىَ مُحمَّدٍ وَ عَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ إبْرَاهِيْمِ وعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمِ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيْدٌ.
اللّهُمَّ اغْفِرْلِلمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتَ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتَ، اَلْأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ، يَا قَاضِىَ الحَاجَاتِ، إنَّك عَلىَ كٌلِّ شَيءٍ قَدِير.
أللّهمَّ ألِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ المسْلِميْنَ والمُسْلِمَاتِ والمُؤمِنِيْنَ والمُؤمِنَاتِ، أللّهٌمَّ أصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهٌمْ، أللّهُمَّ إنَّا نَسْاَلٌكَ الثَّبَاتَ فِى الأمْرِ والعَزيْمَةَ عَلىَ الرُّشْدِ بِرَحْمَتِكَ يآ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلَا وَارْزُقْنَا اِجْتِنَابَهُ
رَبَّنَاآتِنَافِى الدُّنْيَاحَسَنَةً و فِى لآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَاعَذَابَ النَّار
و صَلَّى اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آلِهِ واصْحَابِهِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّايَصِفُوْن، وَسَلامٌ عَلىَ المُرْسَلِيْن والحَمْدُللهِ رَبِّ العَالَمِيْن
والسلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Samarinda, 1 Syawal 1442 H
Agus Sukaca